Sabtu, 02 Oktober 2010

Serat Panji Asmara Bangun : Pesta Perkawinan


Pesta Perkawinan
(01)

Raja membicakan dengan permaisurinya perkawinan panji yang akan dating, Panji yang selama ini tidak mau kawin. Karena itu raja agak heran juga mendengar pemberitahuan Prasanta, yang sementara itu sudah datang kepadanya.
Diadakan persiapan untuk perkawinan. Diadakan pesta besar. Malam hari orang pun tidur. Sri berniat buat sementara tidak akan menerima Panji, sebab Sri belum menjelma kembali. Ia pun tidur.
Panji yang lupa, bahwa ia baru saja kawin, tidur seorang diri dalam pavilium dalam taman. Nila Prabangsa, ketika datang pada ibunya Madu-keliku, diganggu oleh ibunya itu, katanya ia ketinggalan jauh oleh Panji. Sebab Panji sudah beristri. Prabangsa marah dicabutnya cerisnya dan ia pergi ke ruang wanita untuk membunuh Panji. Tatkala sampai di tempat tidur Sri, dilihatnya dua orang dibawah selimut. Dikiranya mereka itu Panji dan kekasihnya, lalu ditikamnya keduanya. Tapi mereka adalah Sri dan Unon. Gempar dalam keraton. Waktu dalam sekarat Sri masih sempat minum. Panji berbisik dalam telinga keduanya, supaya mereka menjelma kembali, masing-masing dalam Puteri Kadiri dan Puteri Urawan. Kedua perempuan itu meninggal tidak lama kemudian. Panji tak henti-hentinya menangisi kekasihnya yang sudah pergi. Tatkala orang bersedia-sedia hendak membuat janji untuknya, api unggun untuk membakar mayatnya sudah siap.
Sebelum panji menaruh mayat Sri kedalam api, mayatnya itu hilang dalam tanggannya tanpa bekas.
Saat ini diceritakan tentang raja Daha. Ia mempunyai tiga orang istri, yangtua bernama dewi Rago, yang kedua : Bentari, yang ketiga : Lara-sih. Ketiga-tiganya sedang mengandung. Bentari memfitnah Rago. Katanya, Rago tidak setia dalam perkawinannya. Raja percaya saja dan Rago dikirim ke tempat yang sunyi. Disana Rago melahirkan seorang anak perempuan. Tapi tatkala ia terhantar lemah karena melahirkan itu, Bentari dengan tidak setahunya menukar anak itu dengan seekor anak Anjing. Ketika raja mendengar hal itu, ia dating untuk membuktikan sendiri dan tatkala ia melihat Anjing itu, ia memperpanjang masa hukuman Rago buat masa yang tidak ditentukan. Rago yang tidak tahu apa kesalahannya, menyerah saja kepada nasibnya.
Pun raja Urawan mendapat anak, mula-mula seorang anak perempuan bernama Wadal-wredi alias Retna Cindaga. Setelah itu seorang lagi anak perempuan, yaitu penjelmaan kembali Unon, bernama Kumudaningrat, yang menderita penyakit beser (yaitu sering buang air kecil, tapi sedikit-sedikit). Kemudian seorang anak laki-laki, Arya Panjangkringan alias Sinjang-laga, yang banyak cacat tubuhnya, seperti dagunya terlalu pendek, pincang dan sebagainya.
Raja Singasari pun mendapat seorang anak perempuan, bernama Mertasari. Mengenai penjelmaan kembali Sri, yaitu puteri yang ditukar dengan Anjing, anak itu hanyut disungai, dibungkus dengan tikar. Pada suatu tempat ia terkait, dan ditemukan oleh seorang lurah Bantrang, yang mempunyai firasat, bahwa anak itu bukan anak sembarang anak, tapi anak raja. Dibawanya anak itu pulang dan diserahkannya kepada istrinya, yang amat girang, karena ia sendiri tidakmempunyai anak. Laksana oleh suatu keajaiban keluarlah kini dari buah dada perempuan Bantrang yang sudah agak tua, air susu yang diberikannya kepada Nyi Bantrang segala yang perlu untuk memelihara anak itu.
Pada isteri-isterinya yang lain pun raja Kadiri mendapat anak: Tami-ajeng, keduanya puteri, yang terkecil adalah seorang anak laki-laki, bernama Prabu-sekar. Kedua puteri itu sudah dewasa.
Pangeran Jenggala Manik tak terhibur hatinya mengingat kekasihnya yang sudah meninggal. Berkali-kali ia dianjurkan oleh orangtuanya untuk kawin, tapi ia tetap menolak. Saat ini Kili-suci dikirim oleh kakanya untuk mendesak Panji supaya kawin, yaitu dengan puteri Kadiri, Tami-aji yang amat elok parasnya.

Serat Selanjutnya : Kili-suci

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar lestari….




Tidak ada komentar:

Posting Komentar