Senin, 18 November 2019

Murwa Candika Bersih Candi Kragilan Boyolali : Penyelamatan Cagar Budaya Berbasis Masyarakat


 Murwa Candika Bersih Candi Kragilan Boyolali : Penyelamatan Cagar Budaya Berbasis Masyarakat
Murwa Candhika 
Sabtu, 16 November 2019. Undangan komunitas mBo’ja lali kepada para pecinta situs dan watu candi Dewa Siwa langsung menarik hati. Bertajuk “Murwa Candhika Situs Candi Watugenuk”, Komunitas mBo’ja lali menginisiasi kegiatan yang menginspirasi : usaha pelestarian cagar budaya dengan pelibatan masyarakat.
     Murwa berasal dari kata purwa yang berarti permulaan, sehingga murwa berarti memulai. Sedangkan candika adalah asal kata candi. Penggunaan candika memberi makna bahwa upaya ini tidak hanya terkait terutama dengan fisik candi, tetapi juga hal-hal yang mendasari keberadaan candi, termasuk lingkungan sekitarnya. **
Dewa Siwa Mangayubagya Murwa Candhika Komunitas Mbo'ja lali
Segera kemudian kami mengkondisikan kawan-kawan di Komunitas Dewa Siwa, dengan  Mangayubagya”, tujuannya wujud dukungan serta mempererat persaudaraan antar komunitas. 
Sendang Nganten :Panandita memulai prosesi Adat mengambil Air Suci
Sementara, saya pribadi sebenarnya sudah tahun 2017 menelusuri jejak candi Kragilan (linkCandi Kragilan), mengulang namun kegiatan Murwa Candika sayang untuk saya lewatkan.
Prosesi dimulai dengan ritual di Situs Watu Gentong (kemudian mengambil air di Sendang Nganten yang lokasinya masih di Desa Kragilan.
   Dilanjutkan dengan kirab membawa air suci yang dibawa dalam kendi berjumlah 9. Berasal dari 9 sumber air di sekitar Boyolali (Situs Sumur Songo {7}, Situs Candi Gatak Cepogo dan sendang Nganten Kragilan). 
  Air suci dari 9 mata air dianggap sebagai perwujudan 9 dewa dari 8 segenap arah mata angin dan 1 di pusatnya. Mitos yang berkembang dimasyarakat bahwa Sendang Nganten ini menjadi tempat berkumpulnya 9 dewa*. 
Kirab Murwa Candika Situs Candi Watu Genuk Kragilan Boyolali
         Diiringi Penari, Kirab dipimpin Panandita, membunyikan 'bajra' (lonceng) sambil mengucapkan mantra-mantra keselamatan dalam bahasa Sansekerta berjalan kaki kurang lebih dari 1km,  menuju Candi Kragilan
       Sesampai di lokasi, disambut dengan tarian Bedhaya, 
Tarian Bedhaya di Murwa Candika, Bersih Candi Kragilan
      Tarian Bedhaya juga dimaksudkan sebagai pembuka acara bersih Candi. yang dilanjutkan dengan Tarian Garuda Dwiwarna, 
Tarian Garuda Dwiwarna di Murwa Candika, Bersih Candi Kragilan
      Tarian yang mewujudkan Bhineka Tunggal Ika, satu dalam budaya yang dinaungi dengan bendera Merah Putih.
     Selanjutnya, puncak kegiatan Murwa Candika, dipimpin Panandita. Air suci di dalam kendi kemudian disiram ke sekeliling Yoni, dengan diiringi puja mantra Panandita. 
Murwa Candika, Bersih Candi Kragilan
     Setelah prosesi berakhir, kembali di suguhkan tarian rakyat yang dibawakan oleh komunitas Seni Budaya. 
     Seperti yang Kang Ody Dasa* (koordinator Komunitas Mbo'ja lali) ceritakan kepada penulis. Tujuan kegiatan Murwa Candika memperkenalkan cagar budaya dan memberikan pengetahuan mengenai cagar budaya serta perlunya untuk menjaga kelestariannya, sekaligus pengembangan pemanfaatannya. 
Bapak Kades, Dedy Saryawan dan dri BCB Jateng
        "Kepedulian masyarakat untuk menjaga kelestarian alam dan cagar budaya yang berada di lingkungan sumber air, juga mengembangkan potensi-potensi pemanfaatan cagar budaya dan lingkungan alamnya dengan pelibatan masyarakat tentu akan membangkitkan inisiatif warga", jelas kang Ody Dasa.   
   Berbagai komunitas, seperti Komunitas peduli cagar budaya, Komunitas peduli kelestarian alam, Komunitas seni budaya dan alumni Duta Wisata Boyolali dilibatkan dalam Murwa Candika. 
       Tentu peran Bapak Kades, Dinas Kebudayaan setempat dan BCB Jateng dalam mendukung kegiatan menjadikan usaha pelestarian seperti menemukan jalan mudah. 
Kades Kragilan : Bapak Dedy Saryawan
    Fakta demikian terungkap ketika sarasehan Penyelamatan Cagar Budaya Berbasis Partisipasi Masyarakat dengan Narasumber dari BCB jawa Tengah. 

    Dalam Sambutannya saat sarasehan, Bapak Kades Kragilan, Bapak Dedy Saryawan mengungkapkan rencana desa untuk membeli tanah agar bisa memaksimalkan pemanfaatan, pelestarian dan potensi desa lain sungguh menjadi inspirasi.

         Candi Kragilan sendiri, atau warga menyebut Candi Watu Genuk sebenarnya sudah diteliti sejak ditemukan sekitar tahun 2014. Pasang surut Situs Watu Genuk, tak mengalami perhatian yang serius. Pemasangan plang papan nama Situs, memang pernah dilakukan. 
      Sampai kejadian di pertengahan 2019 dimana ada orang tak dikenal yang menggali Candi Kragilan ini, ditambah kurang dari 100m penambangan batu serta disisi lain ada pembangunan perumahan. Akumulasi kejadian, kondisi dan semangat Komunitas mBo'ja lali yang memuncak, didukung semua lapisan masyarakat menjadikan Murwa Candika sebagai kegiatan rintisan pelestarian Cagar Budaya yang melibatkan masyarakat.
Murwa Candika Bersih Candi Kragilan Boyolali
    Bagi Masyarakat, tentu untuk mengikuti jejak Komunitas mBo'ja lali mengadakan kegiatan seperti ini dibutuhkan tekad yang kuat dan kerjasama yang tidak mudah. Tapi secara individu barangkali bisa berperan. 
       Pak tua ini contohnya, 
Cukup cinta Candi, maka perilaku akan baik,  sumber foto http://www.sasadaramk.com
     Tak harus mewah namun sederhana saja. Jangan buang sampah sembarangan, jangan merusak, jangan mengambil.
Mas Eka Budi Z, Mas Teddy (Komunitas Kandang Kebo), Saya dan Mas Rafael (Klik Nama terhubung blog)
       Sampai Ketemu di Kisah Pecinta Situs Watu Candi,
Salam ...
#Hobikublusukan

Ikutan yuk di Kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia  Rawat atau Musnah!”
Kompetisi “Blog Cagar Budaya Indonesia  Rawat atau Musnah!
Nb :
Sumber 
* Wawancara lewat WA dengan Kang Ody Dasa, Koordinator Komunitas mBoja' lali
** Kerangka Acuan Kegiatan/ Term of Reference Murwa Candhika Situs Watu Genuk oleh Komunitas mBo'ja lali

Sabtu, 16 November 2019

Mampir di Situs Watu Genuk, Kragilan Boyolali


Situs Watu Gentong Kragilan Boyolali
Sabtu, 16 Oktober 2019. Cerita kali ini sebenarnya surprise. Kejutan. Saya sama sekali tak punya informasi atau cerita tentang situs Watu Gentong di lokasi ini. Karena sesungguhnya saat saya ke Situs Kragilan waktu itu (2017) Warga yang kutanyai tak menunjuk ada watu istimewa di Kampoeng Air Kragilan. Pas di kegiatan Murwa Candhika Candi Kragilan baru saya tahu. Itupun ketika saya ingin mengikuti prosesi itu dari awal di Sendang Nganten (Kampoeng Air Kragilan).
Kampoeng Air Kragilan 

Sesaat setelah sampai, saya ketemu Mas Yoga Wahyudi saudara dari Pengging Boyolali yang baik hati sering menjadi penunjuk jalan saat blusukan di area Boyolali. Beliau bercerita ritual diawali dari situs Watu Genuk, dengan telunjuk tangan mengarah ke seberang Taman Air Kragilan. Untuk detail naskah yang sudah saya buat klik Link “Murwa Candika Candi Kragilan”.
Kirab Air Suci Murwa Candhika Situs Candi Kragilan
Segera setelah Kirab – arak arakan budaya yang membawa 9 kendi berisi air suci 9 sumber menuju ke Candi Kragilan, Saya menyempatkan dulu menengok Watu Genuk, Kragilan.
Sendang Nganten yang berada di dalam Kampung Air Kragilan
Bagi bukan warga Kragilan, tentu saja mungkin jarang yang tahu, di dalam pagar tembok putih yang mirip sebuah bangunan ini ada jejak peradaban masa lalu yang spesial. Membayangkan dulu antara Sendang Nganten (Taman Air Kragilan) dan Watu Genuk ini tak terpisahkan… tentu bisa ditarik garis masih terkait dengan Candi Kragilan. Sederhanya…. Bila akan beribadah Ke Candi Kragilan, harus bersuci dulu di Sendang Nganten ini, atau air suci dikumpulkan ke dalam Watu Genuk…. Semacam hipotesa… (sok ilmiah = dibaca saja dugaan).
Watu Genuk atau mirip Gentong ini saya masih menunggu info cerita dari Kang Ody Dasa asal mula penyebutan watu Genuk...juga untuk nama Watu Nganten sendiri, saya masih mencoba tanya2 senior di ‘Komunitas Mbo’ja lali’. 
Sayangnya Lokasi Wisata kampoeng air ini lama terbengkalai. Mungkin karena air nya susut dan pengelola abai untuk nguri-ngiru peninggalan leluhur barangkali..... 'mungkin saja!'
Close Up
Situs Watu Gentong Kragilan Boyolali
      Watu Gentong berukuran lumayan besar, berbeda dengan gentong yang dimiliki biasanya orang jaman nenek/kakek saya…. (Kalau sekarang model Gentong Plastik). Kondisi Watu Gentong cukup baik, walau ada sisi yang rusak. Melihat secara lebih detail, bagian yang terpendam ada relief di setiap sisi tubuh watu gentong. Sangat indah.
Situs Watu Gentong Kragilan Boyolali
Namun melihat kondisi secara umum, Watu Gentong ini masih ada yang nguri-nguri. Watu Gentong juga ada di daerah Bandungan : Situs Watu Gentong Banyukuning, namun dengan bentuk yang sedikit berbeda. Namun mungkin kegunaan hampir sama. Karena ciri-ciri bangunan lain yang terkait pun ada.
Sampai ketemu di penelusuran berikutnya
Saya dan Jagad di Situs Watu Gentong Kragilan Boyolali
#hobikublusukan

nb:
Mampir dulu di Simpang Solidaritas Kragilan Mojosongo

Kamis, 31 Oktober 2019

Roadshow Wisata Kabupaten Semarang with Blogger 2019 #2: Serunya Desa Wisata Sepakung Banyubiru

       Kamis, 31 Oktober 2019. Trip lanjutan dari One Day Trip 2019 with Generasi Milenial Kabupaten Semarang 2019. Dari Destinasi sebelumnya : Link Cerita Roadshow Wisata, Rombongan menyusuri jalanan antara Bandungan- Ambarawa- dan Banyubiru. Perjalanan yang menurut saya sangat berpotensi untuk paket destinasi wisata yang tiada duanya. 
Desa Wisata Sepakung Banyubiru
      Destinasi wisata alam seperti Gunung Ungaran - Rawa Pening-Gunung Telomoyo, juga wisata sejarah ; Candi Gedongsongo -Museum Palagan Ambarawa - Museum Kereta Api belum lagi berbagai destinasi lain macam kuliner, instagrammable
      Yang akan kita datangi ini salah satu Desa Wisata yang lagi nge-Hits. Ada Ondo Langit dan Ayunan Langit. Tapi bagi saya pribadi, terus terang saja… harap-harap cemas semoga trip ini tak hanya ke Gumuk Reco, tapi juga mampir ke Cemoro Sewu. Karena yang tersisa situs-nya ada di Cemoro Sewu. Sementara Gumuk Reco hanya sebuah nama (tak ada yang tahu dimana Reco = penyebutan nama biasanya identik dengan lokasi tersebut---sayangnya tak ada yang bisa saya temui dan kemudian mendapatkan cerita), kembali ke Cemoro Sewu, dari info teman komunitas, ada Watu Lumpangnya. Semoga secepatnya saya bisa melengkapi naskah ini (bersambung), dengan foto dan cerita lain di Cemoro Sewu yang berjarak kurang dari 500m saja. 
      Desa Sepakung, yang berada di Kecamatan Banyubiru, berada di antara gunung Telomoyo… petunjuk arahnya selain lewat Gmaps, misalnya dengan manual … Cari saja Pasar Tegaron, kemudian ambil kanan. Ikuti jalan tersebut. Sahabat akan menikmati pemandangan yang menakjubkan. Dimana landscape Rawapening terlihat indah di kejauhan. Namun tentu saja ada sisi lain… Adrenalin tentu saja harus bernyali… Bagaimana tidak… Jalan sempit, di kanan tebing sementara di kiri jurang yang dalam. 
      Bagi yang tak biasa berpergian naik kendaraan dengan medan terjal, naik turun serta berbelok-belok saya sarankan membawa obat anti mabuk.
   Dan ternyata kami hanya lewat saja tak mampir di Cemoro Sewu... (semoga segera saya bisa ke lokasi unuk melengkapi naskah ini). Untuk sementara saya ambilkan dari postingan rekan pecinta situs di FB, plus sedikit ceritanya.  
ini dia Watu Lumpang Cemoro Sewu, 
sumber foto : fb sabakuseno

         Kisah Watu Lumpang Cemoro Sewu, yang konon akan kembali ke titik semula jika dipindahkan..... kisah menarik lain tunggu ya di penelusuran ulang ... dan ini hasil Penelusuran Ulang saya ke Cemoro Sewu : Watu Lumpang 
      Gumuk Reco Sepakung, Lokasi wisata yang dikelola oleh pemerintah Desa Sepakung ini, tepatnya berada di dusun Kenongo. Mulai viral sekitar tahun 2017 saat ini sudah dilengkapi dengan beberapa spot foto tambahan yang sangat menarik.
    Masuk lokasi wisata, tiket Rp. 10.000,-
Desa Wisata Sepakung Banyubiru
    Suasana kesegaran hutan Pinus, langsung terasa.... 
Desa Wisata Sepakung Banyubiru
       Beberapa spot di Gumuk reco Sepakung, Banyubiru yang berlatang pemandangan menakjubkan :

landskape Salatiga dari Gumuk Reco Sepakung Banyubiru
Sangkar Burung,
Sangkar Burung Gumuk Reco Sepakung Banyubiru
Helipad, 
helipad, Gumuk Reco Sepakung
    Nampaknya Romantis spot, (misal ada bunga atau detail lain akan menambah menarik....) :
Gumuk Reco Sepakung
     Saat saya sedang menata hati untuk mencoba ondo langit.. (baca ragu-ragu--takut), pas sudah yakin berani eh hujan.... wkwkkwk
      Ayunan Langit, (foto saya ambilkan di grup WA peserta one day trip 2019)... mohon ijin...
Ayunan Langit, Gumuk Reco Sepakung
     Juga Ondo Langit, entah adrenalin saya hari ini tak terlalu tangguh. 
Ondo Langit Gumukreco Sepakung

     Menyesal? pasti... apalagi saat menulis cerita ini. Segera saya ingin ulang kembali penelusuran ke Gumuk Reco dan Cemoro Sewu Sepakung, karena saking takjubnya saya melewatkan beberapa spot. Terutama yang bikin menyesal adalah Batu Gumuk Reconya.... Saya dapat dari awanhero.com :
by awanhero.com
Batu Gumuk Reco Sepakung Banyubiru

       Batu inilah saya duga menjadi cikal bakal nama  Gumuk Reco. Konon bila bila dlihat dari atas secara tegak lurus akan nampak sesosok wajah. Benar atau tidak memang perlu untuk penelusuran ulang.
Ibu Ika Sari Hendrastuti, paling kiri dari Dinas Pariwisata Kab. Smg
sumber foto : Grup WA onedaytrip2019
     Di akhir cerita.... saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang yang telah memberi kesempatan kepada saya untuk menjelajahi beberapa lokasi wisata. Juga bagi teman-teman blogger lain yang menginspirasi terutama 2 blogger yang memprovokasi saya untuk beralih ke domain '.com' . Makasih awanhero.com dan travellerscouple.id
      Bagi saya pribadi yang selama ini blog hanya untuk menceritakan hasil penelusuran situs, tapi dengan pengalaman yang saya peroleh, bisa 'mengkolaborasikan', situs cagar budaya dengan lokasi wisata bisa menambah warna di blog saya ini.    Terimakasih. Salam Budaya...
#hobikublusukan

Roadshow Wisata Kabupaten Semarang with Blogger 2019 #1: Taman Celosia 2 - Candi Gedongsongo - Sunrise Hill

     31 Oktober 2019. Rangkaian kegiatan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang (link cerita hari sebelumnya : Saparan di Dusun Sumogawe Getasan) bertajuk "Trip with Blogger 2019". 
      Dari rundown yang dibagikan hari ini nampaknya punya keseruan yang lain.... Taman Celosia 2, Candi Gedong Songo 1, Sunrise Hill dan tujuan terakhir ke Desa Wisata Sepakung  (naskah sendiri).
  • Taman Celosia 2 : Happy and Fun
Taman Celosia 2 : Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang
    Destinasi pertama ini berada di Jalan menuju Candi Gedongsongo Bandungan. Taman Celosia sendiri sejatinya ada 3, Taman Celosia 1 (saat ini sedang ditutup), Taman Celosia 2 Happy and fun serta Taman Celosia 3 Happy Night.
     HTM normal Rp. 25.000,- banyak spot menarik memanjakan mata. Spot instagrammable bertebaran. Mulai dari Unik, Modern, Romantis: Rumah Retak, Teletubbies, Salju, Nuansa Korea, Stone Henge, 3D, Taman Kelinci, Taman Bunga, Dermaga Putih, Kolam Renang (Celosia Water Dance), White Marine Park, Aneka Permainan : Flying Fox, Go Cart dan ATV).
      Celosia 2, nampaknya diciptakan dari ide bahwa saat ini berkembang kebutuhan "berwisata" bagi semua kalangan untuk berselfie.
        Suasana Korea langsung terasa: 
Taman Celosia 2 
Taman Celosia 2














       




       Cukup puas! di Taman Celosia, banyak sekali spot instagrammable... Apalagi berlatar Gunung Ungaran....
Taman Celosia 2 
Keren!
Taman Celosia 2





























      Selain Korea, Nuansa Jepang juga ada.... Bunga Sakura bermekaran didepan rumah 'minka' (rumah adat/ rakyat jepang)
Taman Celosia 2
 Dermaga Putih, 
dermaga putih Celosia 2
       Taman Bunga, 
Taman  Celosia 2
         Trip Berlanjut ke Destinasi ke 2 ....
  • Candi Gedong Songo 1, 
    Candi Gedong Songo : Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang
     Bagi saya, mengunjungi Gedongsongo tentu menjadi nyawa #onedaytrip2019 ini. 
Candi Gedong Songo : Candi Gedong 1
        Setelah Dari lokasi modern kemudian berkunjung ke lokasi sejarah kuno ... Mengajak keluarga dilain hari tentu semacam "wisata sejarah", "menjadi milenial tapi tetap berjatidiri". 
    Kompleks Candi Gedongsongo menjadi magnet wisatawan baik dalam negeri maupun wisman. "Yang paling banyak kunjungan wisata masih tetap Candi Gedong Songo ini", jelas Ibu Hendraswati dari Dinas Pariwisata. 
      Berbagai fasilitas pendukung pariwisata baik hotel, rumah makan ataupun destinasi 'milenial'  menjadikan Candi Gedongsongo menjadi paket wisata pelancong jika ke kawasan Bandungan.
ssdrmk di Candi gedong 1 
      Berada di Lereng Gunung Ungaran, letak Candi yang konon berjumlah 9 ini terpisah dan membutuhkan tracking yang menantang menjadi sensasi sendiri. Apalagi selain pemandangan lembah rawa pening yang indah dan konon kesegaran udara Gedongsongo salah satu yang terbaik di dunia menjadi keunggulan.
   Sebagai bahan 'pemantik' ketertarikan, coba lihat gambar berikut ini...
Jaladwara : Saluran Air di Candi Gedong 1
Relief Gana di Gedong 1 : Candi Gedongsongo
         Pertanyaan saya? bagaimana caranya orang pada masa itu membuat sedetail itu? ... pertanyaan sederhanya yang sampai saat ini menjadikan naskah di blog ini hampir 500-an.. hehehhe. Saya Penasaran!
     Karena keterbatasan waktu, kunjungan kami hanya ke candi Gedongsongo 1. 
      Foto bersama di Candi Gedongsongo 1 :
One Day Trip Kabupaten Semarang bersama Geenerasi Milenial : Gedong Songo Candi gedong 1
   Trip Berlanjut ke Destinasi ke  ....
  • Sunrise Hill : 
    Sunrise Hill : Sumber Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang
     Kunjungan berikutnya, Sunrise Hill yang berada 100m sebelum Gedongsongo. Destinasi wisata yang termasuk baru. Jika pernah mendengar spot selfi icon horor yang viral ya di Sunrise Hill ini.
    Tentu saja spot selfie lain tak kalah menarik. Harga Tiket Masuk 30K. namun ada promo menarik jika kita follow akun IG : @sunrisehill_gedong_songo
      Karena alasan pribadi saya tak ikut saat peserta lain mengeksplor "Kampung Horor Sunrise Hill".... 
Sumber :sunrisehillbandungan.com
     Penasaran langsung saja kesini ..hahahha. tapi siap mental lho ya.
    Sementara saya langsung berbelok ke Rumah Terbalik di sisi sebelah kanan dekat Kolam Renang. 
       Sebelumnya tak mau terlewat, di 3 lokasi eye catching saya langsung menempatkan diri... hehehe 
Sunrise Hill Gedong Songo
Sunrise Hill Gedong Songo
Sunrise Hill Gedong Songo

       Rumah terbalik menjadi pengalaman pertama saya, saking saya senangnya postingan di IG tidak maksimal karena lupa balik gambar...hehehhe.
Sunrise Hill : Rumah Terbalik
Sunrise Hill : Rumah Terbalik
Sunrise Hill : Rumah Terbalik
         Setelah puas mengeksplor, kami serombongan makan siang di Resto Sunrise Hill. Menu masakan tradisional ; Sayur asem, ikan asin, joss tenan!
        Ada Kolam Renang, Resto juga fasilitas lain seperti Playground, Komidi Putar, studio foto pakaian adat Jawa-korea-Jepang-China...dan masih banyak lagi
Foto bersama peserta One day tripp 2019 di Sunrisehill
     Sampai Ketemu di perjalanan lainya...Salam....