Sabtu, 21 Januari 2017

Candi Gedong Banyubiru : Jejak Peradaban Di Dusun Babadan Desa Gedong Banyubiru

Dari penelusuran di destinasi sebelumnya, (Lumpang dan Lapik Dusun Karangpadang) kami kemudian keluar (kembali = balik arah). Untuk guide ke lokasi pilih saja salah satu dari kami : (saya, Lek Wahid atau Mas Dhany).
petunjuk
Singkat cerita, kami parkir di dekat pertigaan, petunjuknya ada sebuah warung kecil, tempat Mas Dhany beli Krupuk, wwkwkwkwk.
 Kami berintirahat barang sejenak, sambil menunggu Lek Wahid menemui Bapak Pri dengan pemilik lahan (dimana destinasi tujuan kami kali ini), singkat cerita kami malah didampingi juga oleh pemilik Lahan. Malah nampaknya ada raut bangga terpancar, sedikit lega hati kami, karena biasanya terlihat raut jengah di beberapa situs lain saat ketemu dengan pemilik rumah/ tanah. Matursembahnuwun nggeh pak Pri
Keberadaan bangunan suci ini didapat oleh Lek Wahid berkat keblasuk nekatnya, asal tanya, dan ternyata dapat pula info yang berharga tiada hinga ini. Karena lek Wahid melakukan penelusuran beberapa waktu sebelum ini, sehingga perjalanan kami, saat ini cukup dimudahkan.
Menyusuri jalan setapak, naik dan turun tegalan yang cukup rapat, lembab dan banyak nyamuknya tak menjadikan kami mundur, kira-kira 10 menit jalan kaki sampailah kami, namun saran kami jika kesini pakai lengan panjang, sepatu plus lotion anti nyamuk saja, rumput lumayan lebat dan tinggi : demi keamanan.
Candi Gedong Banyubiru
Dari kejauhan, walaupun tertutup rumput yang merambat, namun watu kotak berukuran besar jelas terlihat. 
Dan 100% kami meyakini ini adalah Struktur dasar bangunan Suci masa lalu, yang saat ini orang mengenal dengan istilah Candi . (Berasal dari kata candika, nama lain dewi Durga salah satu istri Dewa Siwa).
Pak Pri dengan rela, kemudian menunjukkan kepada Saya dan mas Dhany sisi terluar dari struktur dasar bangunan suci itu = candi. 
Tentu saja sambil kami membersihkan (ala kadarnya—mencabuti rumput) sekitar situs ini.
Tangga Candi Gedong Banyubiru
Karena pengalaman Lek Wahid ke lokasi ini, kami tadi sempat meminjam sabit dari warga. 
Dan sabit pinjaman satu-satunya ini sangat berharga dimata kami. Karena semangat untuk mbabat suket tak bisa kami bendung.
Struktur Bangunan suci, Bagian Tangga masuk menghadap ke utara, “Dulu ada dua mas, namun yang satu sudah lapuk, rusak dan berceceran longsong”, tunjuk Pak Pri kepada kami. 
 Dibagian inilah konon menurut Bapak Pri adalah tangga kedua. 
Candi Gedong Banyubiru : Runtuhan Tangga


     Dimensi Struktur dasar Candi Gedong Banyubiru, 4,6m x 7,3m dengan bahan dasar batu Andhesit. Berpola, ada Kuncian 


Candi Gedong : Struktur dasar Candi

Candi Gedong : Struktur dasar Candi

Candi Gedong : Struktur dasar Candi
 Sambil berbincang bincang dengan pak Pri, kami juga dapat cerita mengenai asal muasal desa gedong, “Sesungguhnya nama Gedong itu diambil dari gedong di gumuk tengah alas ini”, papar beliau. “3 meter sebelah timur ada juga struktur batu kotak yang ada kaitan dengan yang disini, mari saya tunjukkan”, ajak beliau.

Candi Gedong : Struktur batu candi
     Sambil berbincang-bincang, beberapa warga yang mencari rumput ataupun kayu bakar tertarik dan mendekat. Pensaran dengan aktifitas kami. Setelah Bapak Pri bercerita, ditambah (mungkin) melihat semangat kami mencoba ‘nguri-uri’ budaya lokal dimana aslinya warga tersebut berdomisili, Tanpa diminta mereka pun ikut membantu membersihkan. 

Candi Gedong : Struktur dasar Candi
 Dan ternyata setelah kami cermati, disetiap sisinya ada umpak. Uniknya disisi sebelah kiri berbentuk bulat sementara dua lagi di sisi kanan berbentuk persegi empat.


















Hasil akhir

Candi Gedong : Struktur dasar Candi
Saat mengamati lebih mendalam, kami berkhayal : untuk mengetahui bentuk struktur dasar bangunan suci ini = candi, butuh pengambilan gambar dari atas. Kami berangan-angan seandainya ada drone.  Dan jiwa heroik itu muncul…. Dengan kerelaan sepenuh hati tanpa paksaan, lek Wahid memanjat Pohon! Memanjat…. Dari dua pohon yang ada di area ini, sayangnya bukan pohon sawo yang dipilih… padahal bisa cukup tinggi… haghaghag

Proses nya seperti ini : 
Wahid Cahyono

Wahid Cahyono























































Hasilnya, 

Candi Gedong Banyubiru
      Imajinasi kami berkeliaran, mencoba merekontruksi pikiran. Struktur dasar bangunan suci yang terlihat, kemudian pola disetiap batunya serta banyaknya remahan batu bata bekas bangunan diatasnya serta keberadaan umpak. Mencoba menyusun Puzzle, kira-kira demikian. Sebuah Bangunan Suci berpondasi batu, berdinding bata dan bertiang kayu ada dipikiran kami. (Maaf kami hanya berasumsi---)
          Dari geografis, terletak di gumuk, atau bukit kecil, lahan subur dan dekat dengan air (sayangnya kami belum sempat menelusuri jejak peradaban di sekitar aliran sungainya—barangkali ada petirtaan---)

     Video Amatir saat kami disini (nunggu sinyal wifi ok saat upload.. hehehehe-- segera)
          Potensi :Wisata Religi, budaya dan Alam yang natural serta Keramahan Penduduk juga potensi kuliner… Kami yakin bisa dikembangkan…. Tinggal mau apa tidak dan ingat jangan ada kepentingan terselubung!!!! Rahayu….

Rawapening dari Desa gedong
          Saat kami menuju lokasi ini, sempat bertemu dengan warga Negara asing yang nampaknya backpaker-an di area ini…. Apa tidak potensial? Alamnya sungguh indah! Saat perjalanan pulang pemandangan landscape Rawa Pening  yang mempesona. 
Sunrise pasti sangat indah….. dalam benak kami.

Tim Jejak penelusuran :
 Mas Dhany Putra,
Dhany Putra



























Lek Wahid,
wahid cahyono
(foto selfi dari atas pohon sengon)

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Saya, Istri dan jagad 

   Yuk Berwisata Merekontruksi keindahan tingalan para leluhur.... Mengetahui Peradaban. 

Jumat, 13 Januari 2017

Makan murah, rasa mewah, tempat wah plus lihat watu purbakala di sebuah Galeri

13 Januari 2017.
     Kali ini serba kebetulan, naskah ini benar-benar berbeda. Awalnya karena sesuatu hal. Saya pribadi ingin ngobrol santai dengan double eka. Awalnya pingin ngopi2 saja. "Mie Ayam wae, idep2 syukuran wis lulus", Mbah Eka menawarkan. 
     Singkat cerita kami langsung culik paksa, mas Eka Budhi (walaupun masih sarungan)...
    Langsung terbersit ide di benak saya, Ke Warung depan Galeri saja... Kata rekan disana murah (pikir saya). 
     Singkat cerita..... "Ki ra Sido Mie Ayam tapi warung gudeg ya, sing ono kemuncake kae lho", jelas saya. 
    Semua Sepakat dan Meluncurlah.
      Sebenarnya sudah sejak tahun 2014an saya kepingin kuliner di warung ini (Tujuan sebenarnya mengeksplor Kemuncak, dan menggali sisik melik berasal dari mana kemuncak ini). Namun baru kali ini  saya bisa menyambanginya. 
Kemuncak (2014)
      Foto disebelah tersebut saya ambil tahun 2014.
     Setelah kami pesan makan, Nasi mangut, kopi. "Tempat makan dibelakang mas di gazebo atau ruangan", jelas Mbok bakul e. 
    Dan kejutan itu langsung menyerang kami. Tak Hanya Kemuncak Besar... berturut-turut : 
Batu Relief
   Kemudian kami pilih di depan ruang yang posisinya paling enak....


    Saat akan makan, saya mencari tempat cuci tangan,  mata saya " bersirobrok!" memandang dengan tertegun terlihat eksotisnya rumah. Saya pribadi memimpikan yang seperti ini.
    ternyata di tempat cuci tangan ada Lapik sajen.











    


     Disebelahnya ada kemuncak: 








     Obrolan yang saya rencanakan tak kami bahas sama sekali, masing-masing tenggelam  dalam pikiran kami sendiri. Seperti prinsip jurnalistik yang terngiang-ngiang; What, Where, Who, When and How?
     Setelah sepiring Sayur mangut tandas, kami mulai tengok kanan-kiri. Untungnya, ketika kami selesai makan, pemilik keluar dari rumah. Kami di persilahkan untuk melihat-lihat. Bermain peran sebagai OKB yang ingin buat rumah eksotis... hahahahaha.... "Berdosa kita mas!"
     Seperti Biasa tanpa komando kami bagi tugas, bagian lobi-lobi tentu saja Mbah Eka WP... sing paling wibawa (=baca terlihat tua)..wakakakak. Dan kami berdua 
     Berjalan kekanan, ketemu dengan antefik ;
   
       Didekatnya, 
     
     Kami berdua (saya dan mas Eka Budhi), hanya umak-umik tak jelas, dan terbukalah mata kami. Kami yakin tak hanya ini.... yang seperti ini. Dan saya pribadi langsung lemes, satu piring nasi mangut tadi jadi tak terasa... Pedih! (kira-kira seperti itu--lebay yo ben!)
    Kemudian kami berjalan ke sisi rumah yang lain, 

    Ada watu lesung mini yang diletakkan terbalik, didekatnya terselip 2 watu


      Yang istimewa, ditengah kolam ada kemuncak yang lumayan detail dan rumit hiasanya....

    Sebenarnya, banyak cerita yang didapat Mbah Eka WP, Namun tentunya tak bisa kami tulis semuanya... (Ini juga sambil lobi untuk mendapatkan cerita dari Mbah Eka)
    Begitu elok nya tempat ini (diluar jual beli watu)... saya malah kembali ke sini lagi bersama istri..... 
     Salam Lestari Budaya

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Nb:
1. Kontributo foto by Eka Budhiyono
2. Kontibutor Narasumber dan Cerita : Eka WP.
3. 3 Piring Nasi mangut, 2 kopi, 1 teh anget : 35K
4. Maaf Lokasi kami tak bisa memberitahukan. Demi Keamanan saja. 

Kamis, 05 Januari 2017

Petirtaan Sidomukti : Potensi Wisata yang terpinggirkan

Petirtaan Sidomukti
5 Januari 2017, Blusukan Kemisan masih berlanjut.  Awalnya tujuan kaki ini adalah pos pendakian mawar (menuju Puncak Gunung Ungaran), rencana personel yang blusukan kemisan Saya, Lek Sur, Mas Dhany dan Mas Eka Double (Ucrit & Usrok).  Jam 2 kami kumpul di TB. Dhany Putra Kemudian langsung menuju lokasi. Meluncur melalui area Bergas, kemudian Jimbaran dan masuk kearah lokasi wisata Umbul Sidomukti, dimana di lokasi wisata ini ada situs runtuhan candi dan beberapa arca pula yang di display di dekat café sebelah kolam renang. (link : SitusUmbul Sidomukti).
Di pasar Jimbaran, ternyata sudah menunggu Mas Iwan Putra (Putra’ Clan) yang memang berdomisili di Jimbaran-Sidomukti. 
Dan resmilah Mas Iwan ini menjadi sang penunjuk jalan. Awalnya kami mengira akan langsung masuk ke Umbul Sidomukti, makanya saat itu saya langsung tanya, “Situs ada di dalam kompleks wisata? Yang lain saja, tiketnya tak murah je… kata saya”, “Kita ke Petirtaan saja Mas”, jawab Mas Iwab Putra. Okelah... heheheh
Singkat cerita, di tikungan terakhir / hamper 90 derajat, ada gapura masuknya, masuk sebelah kiri dimana jalan berpaving yang hanya cukup untuk satu motor. 
Bila turun hujan sahabat harus berhati-hati Karena mungkin saja licin karena dibeberapa bagian licin dan tidak rata. Namun tak sampai 100m sampailah. 
Petirtaan Sidomukti : Struktur Batu Candi 
Dari cerita masyarakat, Sendang ini masih digunakan untuk kungkum para pemain reog sedang reognya di letakkan di bawah pohon dan ada sesaji lengkap.
Arca Catur Muka Petirtaan Sidomukti
Beberapa batu putih, kotak dan berukuran besar tertata rapi,
Istimewa sekali petirtaan ini dulunya saat masih utuh, batu putih menjadi petirtaan yang indah, apalagi kejernihan air mengalir.
Eksotis! kata yang hampir menggambarkan petirtaan ini.

      Satu arca yang telah rusak dan hanya bisa meraba-raba dari sisa wajah, yang nampaknya ini adalah caturmuka (penggambaran wujud dewa siwa).
Arca Catur Muka Petirtaan Sidomukti



     Saat ada warga yang tertarik dengan aktivitas kami, “Masih ada 2 arca lagi yang lebih bagus kondisinya, namun belum saatnya muncul mas”, ungkap warga tersebut sambil berlalu. 

     Dan membuat kami bengong berjamaah. W.O.W. 

    Keberadaan pohon Bulu yang berukuran besar memberikan kesan teduh dan aura yang berwibawa.

Dugaan kami mata air di petirtaan ini pun masih bertahan terus memancar karena pohon ini pula. 
Jadi kenapa banyak pohon di sekitar kita yang berukuran besar ditebangi? 
Diambil inti kehidupannya? 
Ditarik energinya hingga akhirnya mati?
 Bukankah akhirnya mata air kehidupan mati? 
Tak sadarkah dirimu?





Petirtaan Sidomukti
Posisi petirtaan dekat dengan wisata Umbul Sidomukti yang sudah banyak dikenal ini masih alami, walaupun ada usaha dari desa untuk membangun menjadi pemandian umum, namun saat ini terbengkalai. 


Beningnya Petirtaan Sidomukti
Bila dikemas lebih menarik, kami yakin Desa Sidomukti memiliki juga destinasi Wisata milik desa yang bukan milik perseorangan : Petirtaan Sidomukti, Destinasi Wisata Sejarah dan air alami.
Petirtaan Sidomukti : gemercik pancuran segar
   Suasana sangat tenang, damai cocok bagi seseorang yang mendambakan refresing untuk melepas penatnya rutinitas pekerjaan. 
        Air yang jernih dan dingin menjadikan kesegaran alami yang bisa dirasakan bila membasuh muka. 
     Pemandangan alam sekitarpun menakjubkan.










    






  Bahagia bagi kami itu sederhana, blusukan Situs… Itu saja…
Petirtaan Sidomukti
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Petirtaan Sidomukti
 Nb :
     Penelusuran berlanjut : menelusuri Jejak purbakala di Silowah Pagersari Kec. Bergas… Link segera terhubung.
- Melalui tulisan ini pula kami mohon maaf kepada Lek Suryo, atas miss Koordinasinya sehingga tertinggal dan tak ketemu.

Menelusuri jejak Peradaban di Silowah Pagersari Bergas : Lingga Yoni, Lumpang dan Unfinished Yoni.

5 Januari 2017, Masih Blusukan Ritual Kamisan berlanjut dan ini adalah lanjutan dari blusukan ke Petirtaan Sidomukti. Jalurnya dari Jimbaran kemudian kami kearah Kiri (Ungaran). 
Untuk lebih jelasnya silahkan minta guide ke salah satu dari kami saja. 1. Saya @SSDRMK, 2 Eka Usrok, 3 Eka Ucrit dan Mas Dhany
sendang silowah
Singkat cerita, Mas Eka Usrok menceritakan, “Kemarin ketemu Lumpang saat peneusuran sendiri”, tapi kata warga ada lumpang yang lain” tambahnya. “Wah Lumayan lah 2 lumpang”, pikir saya.
 Kami berhenti di sebuah sendang yang aktif digunakan oleh warga, sumber airnya pun di pompa dan digunakan oleh warga, 
Singkat cerita sampailah kami, di lumpang 1, 
Lumpang Silowah


Kondisi lumpang sudah sangat memprihatinkan, seperti tak pernah lagi dipedulikan orang, padahal dulunya lumpang ini ada maknanya, ada gunanya dan ada nilai sakralnya.
ssdrmk di Silowah
Saat saya sedang mengamati secara detail, rekan lain ternyata dapat informasi super, Lumpang ke 2 tak jauh dari yang pertama

Lumpang silowah 2
Lumpang 2, dengan bentuk yang berbeda namun dengan nasib yang sama, tak terurus. Yang kedua malah kungkum di lumpur sawah pula.



Padahal, konon Lumpang berfungsi sebagai media sakral untuk menumbuk sesaji yang digunakan untuk ritual sesembahan, bahkan ada lumping yang digunakan sebagai pertanda penetapan daerah sima (=perdikan).
Unfinished Yoni Silowah
Kami kemudian  melanjutkan menyusuri lagi watu lumpang yang belum jadi, seperti yang warga informasikan kepada kami.
 Bergeser sedikit ke selatan menyusuri pematang sawah dengan clue dibawah pohon kelapa. 








Yoni Unfinished.

Kami awalnya menduga ini akan dibuat Yoni namun urung dilanjutkan karena bagian bawah berlubang.
Yoni Unfinished Silowah
Kemungkinan lain seperti Lapik Arca kami sementara kesampingkan dulu, namun karena keberadaan watu purbakala lebih dari satu menjadikan kami ‘aklamasi’ mempunyai keyakinan ada lagi yang lain. 

Karena topografi lokasi ini sangat identik dengan lokasi yang biasanya menjadi tempat sacral dimasa lalu.

Yoni Unfinished Silowah
Sambil mendokumentasikan, beberapa dari kami bertanya kepada warga, sebagian lagi mencoba menyusuri perimeter sekitarnya. 


Dan Ternyata dugaan kami terbukti kuat…. Benar!!!!

Lingga Yoni Silowah


























Komplit  Lingga-Yoni dan Nandi… Kurang Lapik saji,
Arca Nandi Silowah
       Tanpa di komando kami segera menyingsingkan baju untuk membersihkan Yoni, lingga dan Arca nandi yang telah terpenggal kepalanya. 

     Tanpa bantuan apapun, hanya dengan tangan kosong kami membersihkan Yoni yang masih lengkap dengan pasangannya ini.



     Untungnya berada dialiran air sawah, untuk membersihkan kami bendung kemudian kami ambil pakai gayung sepatu (nya) mas Dhany. 

Setelah Kami coba bersihkan, ini hasil akhirnya… Begitu mempesona bukan? 

Lingga Yoni

(sekilas pengetahuan, saya ambilkan dari berbagai sumber) Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga – yang dihubungkan dengan kehadiran candi.
Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci= saat ini orang menyebut / mengenal dengan nama candi. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga.
Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), JagatiPadmaKanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca
Penampang Atas
Lingga



Cerat

Relief Cerat


Arca Nandi, 

Arca Yang dikenal sebagai wahana Dewa Siwa ini memang identik dengan keberadaan Lingga-Yoni. 

    Melidungi tak cukup seperti ini memang, Edukasi lebih penting…. 

(satire : kami melepas kaos sebagai pertanda kami melepas pelindung tubuh kami dari angin dan hujan, dan kami ingin melindungi Lingga-Yoni, Arca Nandi ini. Namun apalah daya kami? )



Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Situs Silowah Pagersari Bergas

Melalui tulisan ini saya menyampaikan ajakan untuk rekan, teman, sahabat dan saudara kami… ayo blusukan lagi penuh guyub, kekeluargaan… hilangkan egois. Karena kita belajar bersama bukan menggurui. Komunitas Pecinta Situs dan Watu Candi (DEWA SIWA) Punya Karakter Sendiri berbeda dengan komunitas Lain yang diisi Arkeolog… Sementara Kita? Awam semua, hanya berangkat dari rasa eman kita,  Jadi mari belajar bersama, mencoba berbuat walau sedikit dan berperan walau hanya edukasi. 
@ssdrmk
#KangenTehKotak
#KangenGuyongasak2an

Karena sesuatu hal : waktu penambahan watermark, saya tampilkan ekaucrit semua. Mohon maaf pemilik foto asli.... hanya masalah waktu/ teknis saja...
Kepada Mas Dhany Dan Mbah Eka USro mohon Dimaafkan.