Kamis, 17 Maret 2016

Menelusuri jejak peninggalan situs di Kalitaman Salatiga

Relief watu candi : Yang tersisa di kalitaman Salatiga
  Kamis, 17 Maret 2016. Blusukan #Udantambahedan, kali ini sebenarnya ke area pabelan, tepatnya di yoni situs Getas Kauman Lor. Namun Karena beberapa waktu yang lalu Kang Hendrie dan Lek Suryo posting watu candi ber-relief. Saya terpancing juga untuk menengok terlebih dahulu. maka Jadilah. Kami meluncur ke arah Salatiga. Beberapa rekan yang saya ajak ternyata angkat tangan dan geleng kepala. Dari Ambarawa, saya melaju (kali ini menjadi boncenger). Sesampainya di Tuntang nampaknya mendung mulai bergelayut dilangit. 
    Dan sesampainya di Blotongan hujan Menyambut kami. Tepat Kami berhenti.... di sebelah kiri jalan ada dusun NGRECO!!!!... sebuah nama yang tendensius bagi saya pribadi..... semoga tak lama kami bisa menelusurinya..... (bagaimana kawan-kawan dewa siwa?)
watu candi berelief yang tersisa
Situs Kalitaman Salatiga
      Situs ini berada tepat didepan kolam renang Kalitaman Salatiga. Dengan petunjuk yang sangat mudah. Tak Jauh dari Ramayana Mall, paling 100m saja arah kebelakang.
Warung Waringin kalitaman salatiga
      Singgah sebentar, teh anget (saya) dan susu anget (lek suryo suka susu) untuk menghangatkan badan kami, di warung tepat diseberang situs ini
        Setelah ngobrol sebentar dengan ibu bakul di Warung "Waringin" tersebut tentu aslinya percakapan kami dalam bahasa jawa.
Kami : "Bu tugu di depan itu apa ya?
Ibu : "Itu Tugu peringatan cikal bakal nama Kalitaman. Dulu diresmikan oleh walikota, sekitar tahun 1975"
Kami : "Ada batu candi yang ada ukirannya apakah masih ada bu?"
Ibu : "Kata orang sih masih mas.... Tapi saya malah tak pernah lihat."
Kami : "Kalau di area kolam renang didalam ada juga ngga bu?"
Ibu: "Wah saya ga tahu, coba aja tanya penjaganya."
 
Tugu Kalitaman
 Kurang lebih obrolan kami seperti itu. Kemudian Mulailah Kami Mengeksplor Situs Kalitaman, Walaupun hujan masih cukup deras, air tumpah dari langit sangat banyak....tapi bagi kami:  udanblusukantambahedyan
     




     Yang masih tersisa dari Situs Kalitaman ini : 
watu candi di Kalitaman : relief nya masih nampak jelas
   Dibawah pohon ringin, sekaligus watu candi yang menurut dugaan saya pribadi umpak. Ada akar pohon Beringin yang tembus ditengah lubang umpak tersebut. (--nunggu rusak---)
watu candi kalitaman salatiga
    Disampingnya masih watu candi berelief yang memiliki kontur melengkung, bukan kotak persegi. 
--Keunikan tiada tara--- melengkungnya presisi sekali!!!
    Dan disampingnya lagi ada batu mirim alas permainan tradisional Dakon.... "This is wonderful indonesia guys!!. Batu Dakon pecah, masih di Situs Kalitaman Salatiga : 
watu dakon situs kalitaman salatiga

   Mirip dengan lubang di watu lumpang, tempat itual menetapkan tanah perdikan / 'sima' namun watu dakon ini punya lubang yang lebih banyak. 
    Belum dapat sumber secara pasti kegunaan masa lalu sebagai apa.... 
     Di sisi yang lain, dibawah pohon ringin juga masih ada watu candi yang terlihat. 
     Di taruh pula Kentongan yang (mungkin) cukup tua : 
   Sementara di bawah Tugu Kalitaman (---baca Situs Kalitaman Salatiga ini) Ada sendang warga yang boleh siapapun mandi disini. bila tak hujan deras seperti saat saya disini, banyak warga yang mandi disini.
   Sendang Kalitaman : 











Bahan Bacaan : 
  1. http://jurnalwarga.com/2014/05/28/banyak-benda-bersejarah-tak-terawat-salatiga-butuh-museum.html

   Dari sumber diatas itu pula ternyata tak jauh dari kalitaman, yaitu desa Pancuran terdapat beberapa watu candi. Sungguh patut ditelusuri lagi (segera).

Salam Pecinta Situs Watu Candi
di SItus Kalitaman Salatiga
Yuk Ketahui, Kunjungi dan lestarikan....

Jumat, 11 Maret 2016

Yoni Situs Kauman Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

Yoni Situs Kauman Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang

    Kamis, 10 Maret 2016,Blusukan kemisan masih bersama lek Suryo, untuk destinasi  kali ini kami bermaksud menelusuri informasi tentang keberadaan Yoni di Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang tepatnya Desa Timpik dusun Kauman. (Info berasal dari Pak Dwi Pamong Budaya Kab. Smg). 
    Janjian di Jalur Lingkar Salatiga, "Sori lek, telat rodo suwi keadaan je... heheheh". Dari JLS, kami menuju arah tingkir. Kali ini sebagai ucapan maaf saya jadi guide Lek Suryo untuk menelusuri Yoni Situs Karangasem Suruh, kemudian Situs Yoni Kauman Suruh, Situs Yoni Mplantungan Kradon Lor Suruh dan Situs Stupa Tawang Susukan.
    Dari Tawang, perjalanan kami lanjutkan menuju Desa Timpik. Karena berada di satu kecamatan dengan desa Tawang yang menjadi tujuan kami sebelum ini. Pencarian kami menjadi lebih mudah. Sesampainya di Kantor Desa Timpik, kemudian kami tanya pada warga yang kebetulan ada di kantor tersebut. "Lurus saja, dari Kantor Desa Timpik ini kira-kira 1km. Ikuti jalan beton mas, nanti batu purbakala itu di masjid sebelah kiri jalan. Masuk Dsn Kauman", jelas warga tadi.
    Segera kami meluncur, selain tak sabar cuaca juga nampaknya segera menumpahkan air dari langit. Beberapa saat kami mencari, Akhirnya kami menemukan keberadaan Yoni tersebut. Berada di Bawah Jalan penghubung menuju Masjid Jami Hadil Muayyad Dusun kauman Desa Timpik(masjid ada di lt 2):
Yoni Situs Kauman Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
    Saat sampainya di sini, waktu beranjak sore. Beberapa anak-anak murid TPQ mendekat penasaran dan bertanya, "watu opo kui mas? kok difoto-foto?" tanya mereka. Setelah kami cerita panjang lebar, "ini watu peninggalan masa lalu... Jaman kerajaan", mereka nampak berbinar. Bahkan salah satu anak ada yang berkata, "Wah berarti desa kita dulu ada kerajaan ya".... Sungguh Generasi ini harusnya ta diputus mata rantai sejarah masa lalu nya, biar tahu jatidiri mereka.

     Selain anak-anak ini, ada pula beberapa warga yang rumahnya tak jauh dari masjid juga mendekat. "Yoni ini dulu pindahan dari sawah di sana", ucap warga tersebut (Saya lupa menanyakan namanya). "Masih banyak watu candi di sawah itu, namun banyak yang terpendam di sawah" tambah beliau sambil menunjuk arah belakang masjid. (Semoga lain waktu bersama teman Dewa Siwa yang lain bisa menelusuri lokasi awal ; lebih gasik waktunya). 

Yoni Situs Kauman Desa Timpik 
     Dalam Kepercayaan Hindu, Dewa Siwa sebagai dewa utama mempunyai sejumlah nama lain, di antaranya adalah Mahadewa, Isana, dan Rudra. Penggambaran Siwa selain sebagai manusia, seringkali digambarkan dalam bentuk lingga. Lingga yang digambarkan sebagai kelamin laki-laki biasanya dilengkapi dengan Yoni sebagai kelamin wanita. Persatuan antara Lingga dan Yoni melambangkan kesuburan. Dalam mitologi Hindu, yoni merupakan penggambaran dari Dewi Uma yang merupakan salah satu sakti (istri) Siwa.
     Yoni adalah landasan lingga yang melambangkan kelamin wanita. Pada permukaan yoni terdapat sebuah lubang berbentuk segi empat di bagian tengah – untuk meletakkan lingga. Yoni merupakan bagian dari bangunan suci. Yoni dipergunakan sebagai dasar lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi seperti Candi Klero di Tengaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah.

   Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit,  di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. cerat Yoni yang telah (di)rusak : 
Cerat Yoni Situs Kauman Desa Timpik 

    Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. 
    Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. Beberapa ahli mengemukakan bahwa bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga.
Yoni Situs Kauman Desa Timpik Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang
   Dari penelusuran kami, warga geleng kepala saat kami bertanya keberadaan Lingga... entah tertinggal atau sudah rusak.
    Benar saja, tak lama di sini, Kami di sambut selamat datang dengan hujan sederas-derasnya. Namun tak patah semangat kami... tetap nunggu hujan reda dengan santai, damai dan nyaman. Jargon di komunitas kami #Blusukan Udan tambah Edyan menjadi sebuah tambahan spirit kami.
Yoni Situs Kauman Desa Timpik : penampang atas
    
Video Amatir keriuhan saat kami blusukan : 



     Hari beranjak Magrib, saatnya kami menyudahi Blusukan kemisan ini. Sampai lain waktu lain lokasi... Blusukan Duet bersama Lek Suryo:

Dewa Siwa 











Save this, Not only a Stone...
Mari Kunjungi dan lestarikan
---
saya dan anak lokal dsn Kauman Desa Timpik


Salam Pecinta Situs Watu Candi

Senin, 29 Februari 2016

Umpak Kalisidi : Menelusuri jejak Kampung Kuno Tejomanik #1

Umpak Kalisidi
Umpak Kalisidi Ungaran
     Senin, 29 Februari 2016, "Blusukan tahun kabisat" kalau saya membuat istilah untuk petualangan kami kali ini. Setelah dapat info keberadaan umpak serta perkampungan dan makam kuno di Kalisidi Ungaran/ lereng Gunung Ungaran bagian Barat. Kami, Saya dan lek Suryo dan tentu saja di pandu oleh "Ranger" Mbah Eka W. Prasetya
      "Ada kampung kuno di dekat curug lawe", seru mbah Eka waktu itu, saat menceritakan hasil solo explorer -nya. Tentu saja menjadikan saya tak sabar segera menelusuri. Setelah obrolan di message fb, tercapailah kesepakatan ketemuan di Kampung Seni Lerep Ungaran. (Dekat Watu Gunung yang ada Arca Nandi). Di Kampung seni lerep ini ada juga beberapa lumpang yang saya pribadi yakini hasil karya para leluhur. Menurut info saya di dalam Kampung Seni (yang sekarang sudah tutup) ada beberapa arca (Naskah  penelusuran tersendiri)
Perkampungan Kuno Tejomanik-Nyahmati
Gambar 1 : ikuti petunjuk jalan
     Dari lokasi berkumpul, kemudian kami lewat jalur dalam, (ada jalur lewat Jalan Ungaran-Gunungpati). Kami melewati kantor kecamatan kemudian mengikuti petunjuk menuju Curug Lawe-Benowo Kalisidi. Tujuan kali ini memang area dekat dengan Curug tersebut. Namun sekali lagi saya ta akan mengeksplor pemandangan curug yang memang indah tersebut.
    Gambar 1 : ikuti saja petunjuk tersebut, di setiap pertigaan ada. Salut untuk Pemerintah Desa Kalisidi yang sadar wisata dan potensi alamnya. Rute yang kami tempuh juga melewati situs Sitoyo. Pemandangan khas pedesaan yang alami, jalur berkelok, menanjak, kiri kanan sawah dan air jernih mengalir di sungai. Suara gemericiknya meneduhkan. Pas rasanya blusukan kali ini menghilangkan kejenuhan rutinitas pekerjaan. "Ngilangi Stress", seru Lek Suryo.
     Mampir di Pos / ticketing terlebih dahulu. Dan memberitahukan maksud kami, bukan berkunjung ke curug tapi melihat umpak dan pemukiman-makam kuno. (jika tak menyampaikan ada tiket dan motor harus parkir di lokasi ini). Untungnya juga, ranger kami ternyata masih kerabat dengan Pak Kades Kalisidi. Saat penelusuran sendirinya beberapa hari sebelumnya banyak informasi yang didapat serta kemudahan. Kata Mbah eka saat memulai obrolan "Saya sepupunya pak Kades".... heheheheh.-----
menuju lokasi : umpak kalisidi - curug lawe
       Kawasan wisata ini termasuk di lingkungan Perkebunan PT Zanzibar, sehingga aksesnya sangat terbatas. Kami sangat beruntung karena silsilah mbah Eka Tadi. Sangat membantu sekali. Dari pos tiket, kami bermotor lagi arah naik, melewati jalur jalan beton. Kira2 500m sesampainya di jalan agak mendatar, di kanan pohon besar, kiri gumuk kecil. Umpak itu ada di sini :
Umpak Kalisidi 
    Menurut sumber yang Mbah Eka dapat, watu umpak ini dulunya adalah sebuah batas wilayah yang menjadi alas 'tetenger' : bisa berupa lingga patok ataupun arca.  

         Sementara watu yang berukuran lebih kecil adalah umpak sebuah bangunan pos pengamatan wilayah. 





    Karena kesorean kabut mulai turun ditambah cuaca tak bersahabat. Gerimis mulai turun.... berdiskusi cukup lama antara kami terus menelusuri Makam Nyah Mati dan Perkampungan Kuno Tejomanik tetap lanjut atau kami sementara sudahi disini..... 2 suara lanjut.
menelusuri tejomanik
Akhirnya kami nekat... tetap melanjutkan di temani tebalnya kabut. 

    Menelusuri jalur beton, kami melajukan motor pelan-pelan.... untungnya 'pen' di kaki masih cukup berahabat. Karena penanda bantuanya hanya sebuah pohon kelapa.... membuat kami kesulitan untuk mencarinya, ketika dari jauh terlihat dahan kelapa, eh sudah dekat ternyata pohon palem. Setelah beberapa jarak tak ketemu, akhirnya kami memutuskan rehat sambil menikmati pemandangan 'wonderful Indonesia' yang memikat
di salah satu area perkebunan cengkeh kalisidi... : the other wonderful indonesia.
Video Amatir : (proses Upload)
    Bersambung ke penelusuran Tejomanik berikutnya.....

     Blusukan bersama DEWA SIWA crew : SayaLek Suryo,  dan Mbah Eka







Mari kunjungi dan lestarikan







Kamis, 25 Februari 2016

Situs watu Lumpang Sendangan Nyatnyono a.k.a Lumpang Love

watu Lumpang Sendangan Nyatnyono a.k.a Lumpang Love
      (Kamis, 25 Februari 2016), Blusukan kali ini spesial sekali saya lakukan. Karena hari ini "mohon maaf naskah agak berbeda", Tanggal 25 Februari ini ultah istri: Maria Qibty Murdianto "Ki mah spesial dariku, heheheheh", pingin mberi sesuatu yang berbeda, masih dibulan kasih sayang pula..... 
    Dan info tentang keberadaan watu berbentuk love, beberapa waktu lalu menjadi terbesitlah ide untuk menghadiahi naskah ini, saya dedikasikan untuk istri saya.
     Masih bersama Lek Suryo, "Sori yo lek, sakbenere ada motif tersembunyi ta jak ning Lumpang love sendangan iki". 
    Dari Ambarawa, kami langsung laju menuju rumah Mbah Eka di perumahan Ungaran Indah Nyatnyono. 
MI Nyatnyono
     Info yang kami dapat dari beliau, jadi maksud kami ingin tanya petunjuk arah. namun ternyata beliau belum pulang, ya sudah... kami putuskan untuk mencari sendiri. 'Dekat dengan Situs Yoni Sendangan', sms Mbah Eka. W Prasetya memberikan panduan. 
     Situs sangat dekat dari Rumah Mbah Eka ini, kurang dari 100m, di Makam Sendangan (Belakang MI Nyatnyono). 
     Watu Lumpang ini tepat berada di tengah komplek Makam Desa Sendangan Nyatnyono, trap ke 3. Karea ada bekas tapak roda2, kami memberanikan diri parkir motor di dekat posisi watu lumpang. Saat kami kesini, kebetulan para warga belum ada yang ziarah. Jadi masih sepi, kamipun jadi lebih leluasa mengeksplor 'watu lumpang love" ini tanpa tatapan aneh. 
     Watu lumpang Love ini menurut saya pribadi bukan  sengaja, namun karena sebuah proses. "Apa mungkin nenek moyang kita sudah memakai lambang hati?".. hehehehhehe.... 
     Kemungkinan terbentuk karena beberapa faktor. Selain pelapukan alam juga oleh perusakan oleh manusia. Namun untungnya masih ada sisa, dan membentuk keunikan lumpang yang berbentuk hati.
Lubang di Watu Lumpang Sendangan Nyatnyono a.k.a Lumpang Love

    Lumpang yang pada masanya diciptakan sebeagai sarana penetapan tanah "sima" atau perdikan. karena kesucian daerah itu, keistimewaan atau atas jasa masyarakat kepada penguasa. 
watu lumpang sendangan
     Selain sebagai penetapan sima lumpang di masa selanjutnya dipakai pula untuk menumbuk sesajen yang dipakai untuk sesembahan kepada dewa/i.
     Watu lupang tepat dibawah pohon "Puring" di tengah makam (Gambar dari sisi yang lain).
    Watu Lumpang sendangan ini nampaknya sudah tak dihiraukan orang, terlihat dari kondisi.... = Keadaan sama dengan kondisi Yoni Sendangan Nyatnyono pula (yang berlokasi 20m saja dari watu lumpang ini.
watu Lumpang Sendangan Nyatnyono  

Video Amatir : (proses uplod)

Mari Kunjungi dan Lestarikan
di Situs watu Lumpang Sendangan Nyatnyono a.k.a Lumpang Love

Save This, Not Only a Stone! mari lestarikan.....

nb: sebelum pulang kami sempatkan "ngobras ngopi udud" dulu di Rumah Mbah Eka....
---- Kata Mbah Eka, asli bikinan istrinya.... 

Kamis, 18 Februari 2016

Situs Watu Lumpang Ngaglik Nyatnyono Ungaran

Watu Lumpang Ngaglik Nyatnyono Ungaran
      Kamis 18 Februari 2016, berawal penelusuran singgle Mbah Eka. Ceritanya penasaran keberadaan peninggalan di area Ngaglik/ kebun Ngipik di wilayah desa Nyatnyono. "Aku yakin di area penyebaran tinggalan purbakalanya banyak, , dilihat dari geografinya dan ciri-ciri yang lain", yakin mbah Eka
    Singkat cerita dia membawakan kami oleh-oleh petunjuk keberadaan peninggalan di area itu. Watu Lumpang dan kisah kuno lainya. Selengkapnya mari disimak....
Kantor Kec. Ungaran Barat
     Titik kumpul di Kantor Kecamatan Ungaran Barat di Desa Lerep Ungaran. Kemudian jalan sebelum kecamatan (kalau sahabat dari arah alun-alun lama Ungaran) kami ambil kiri. Terus naik sampai ketemu dengan arah Dusun Ngaglik. Terus naik cari / tanya warga keberadaan watu lumpang Ngaglik ini/ makam desa, posisi lumpang persis di samping makam. 
   Namun sebelum kami ke Ngaglik, kami ke Ngipik terlebih dahulu, (jalur ada petunjuk arah---nunggu yang blusukan susulan, siapa tahu berkenan memberikan gambar) Informan berdomisili di Bukit Ngipik. 4/5 tahun yang lalu bukit Ngipik ini booming sekali menjadi tempat melihat sunrise/sunset. Namun entah saat ini nampaknya mulai memudar pamornya. Menurut info yang saya terima memang dilarang oleh PT. Perkebunan Kopi yang mengelola area ini. Sayang sekali. Padahal pemandangan alam nya menakjubkan "Wonderful Indonesia" buangetss, belum lagi jika malam hari, kota Ungaran terlihat seperti lautan lampu.
di bukit ngipik
    Seperti rencana kami, (kali ini team blusukan Kemisan berjumlah 4 orang, saya, Mbah Eka, Mas Dhany dan Lek Suryo), menemui dulu Mbah Zaitun. Narasumber yang sebelumnya di korek informasi oleh Mbah Eka. Rumah Mbah Zaitun adalah salah satu dari 2 rumah yang ada di Bukit Ngipik ini. 
ngobras di warkop Bukit Ngipik
     Mbah Zaitun sudah 11 tahun tinggal sendirian di bukit Ngipik ini. Rumah berada tak jauh setelah warung kopi, dan berdiri tower komunikasi di samping rumah beliau. Setelah menikmati kopi dan ngobrol ngalor-ngidul' terlebih dulu, "Dua batang rokok lah", kata lek suryo.
     Kami menuju lokasi Watu lumpang Dsn. Ngaglik, namun ada tambahan informasi dari Beliau tentang keberadaan watu dukun. Setelah kami telusuri, batu yang dikeramatkan dan memiliki energi yang cukup tinggi, "Banyak didatangi orang pintar untuk 'laku' disini, jelas Mbah Zaitun
     Dari bukit Ngipik menuju Dusun Ngaglik kami kembali turun memutar arah. Kemudian parkir di depan rumah warga, (sebelah kanan tepat tanjakan ekstrim).
Watu Lumpang Ngaglik Nyatnyono Ungaran
 
     Setelah itu jalan kaki menyusuri jalan setapak kira-kira 100m melewati kebun warga. Penandanya adalah keberadaan makam desa. Dan watu lumpang ada di lereng bukit.

Watu Lumpang Ngaglik Nyatnyono Ungaran

      Watu lumpang selain fungsinya ditengarai sebegai media ritual adat dalam Penetapan tanah Sima "perdikan" yang dianugrahkan kepada suatu daerah karena keistimewaan atau jasanya. Bisa pula berfungsi sebagai alat / media mempersatukan sesembahan bagi para Dewa di masa itu (ditumbuk).
Pemandu kami : Mbah Zaitun

     Blusukan Kemisan paling edan bersama Mbah Eka W Prasetya & Lek Suryo Idein
Di situs Watu Lumpang Ngaglik, ki-ka :Suryo, saya, mbah zaitun, mas dhany, mbah Eka
   Kenapa saya bilang paling edyan? blusukan terberat, kabut, hujan dan udara dingin menjadi tantangan kami... Tapi Bukan Dewa Siwa kalau tak menganut paham: #UdanBlusukannambahedan
    
Mari Kunjungi dan Lestarikan

     Save This, Not Only a Stone! mari lestarikan.....