Jumat, 17 Agustus 2018

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1


    Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
  Jumat, 17 Agustus 2018. Beberapa kali di setelah ikut upacara memperingati HUT RI, saya penelusuran situs juga. Entah kenapa, saya merasakan sudah lengkap alias lebih afdol jika blusukan juga. Mungkin mencoba merasakan bagaimana melakukan 'perjuangan' menelusuri situs seperti para pejuang bergelirya, walaupun tak bernilai apa-apa karena tentu saja tak akan dapat disandingkan dengan perjuangan para pahlawan saat merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. 

       Tapi niat saya ingin juga berperan walau sedikit dan, sepele saja.... ingin pula memperjuangkan kelestarian hasil budaya sejarah bangsa, dengan berbagi cerita seperti ini. Maaf jika terlalu muluk.... Kegagalan beberapa kali rencana blusukan sebelumnya membuat saya meneguhkan hati untuk 'harus' blusukan. Walaupun tentu butuh guide spesial, karena pemandu ini pastinya harus rela berkorban waktu maupun tenaga. 
     Dua kandidat telah saya hubungi, sebenarnya 2 kandidat ini ‘ok’ semua. Namun kandidat 1 ternyata ditugaskan sebagai peserta upacara detik-detik proklamasi. Menjadi dilema, karena hari ini Jumat, waktu semakin mepet. 
    Sebagai alternatif, saya hubungi kandidat yang kedua. "Siap, tapi setengah 1 kudu selesai. Soalnya ada panggilan,dari bos!" tangkas kandidat ini cepat membalas pesan WA saya. Selain menyanggupi, beliau ikhlas menunjukkan arah bahkan menawari 4 destinasi situs benda cagar budaya yang akan kami telusuri. Tanpa pikir panjang segera saya menyusun strategi, biar rame saya dikabari Mas Eka Wp. Kembaran dari si kandidat, kembar nama maksudku, bukan kembar yang lain.... hehehe. Biar aman dari istri, anak saya ajak pula, hehehhe... kebetulan juga pulang dari upacara di sekolahnya. 
Menuju  Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Tentu saja saya telah menyisipkan baju ganti di tasnya..... Janjian jam 9, singkat cerita sesaat sebelum berangkat, Mas Eka Budi ternyata punya jaringan baru, mahasiswa KKN Unnes ingin turut serta merasakan blusukan bersama kami, konon salah satu programnya 'nguri - nguri’ situs di sekitar 'Kelurahan Gedanganak'. W.O.W.... sangat jarang yang care seperti ini. Seperti yang kita ketahui, di Gedanganak ada beberapa situs salah satunya tinggalan berupa lumpang, kemudian petirtaan Gedanganak (yang sampai saat ini belum berhasil kami telusuri jejaknya, karena konon sudah didirikan rumah diatasnya. 
      Setelah terlebih dulu kami ngampiri di posko KKN, di Kelurahan Gedanganak. Kami kemudian meluncur menuju tujuan : yaitu Jatipelen Wonorejo Pringapus. Lewat jalur di area perkebunan karet, Sebelum Yoni - Arca Nandi Situs Wonorejo kami ambil kanan. Saat kami datang, jalan sedang dicor, sehingga kami mencoba mencari jalan alternatif lain. Yang membuat kami kesasar namun mendapatkan berkah. 
     Warga yang kami tanyai malah menyarankan jalan lain agar parkirnya tak terlalu jauh. 
     Situs Jatipelen ini pernah saya singgung di penelusuran sebelumnya, masih di area pringapus pula :  Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
    Walaupun salah satu dari kami harus kena musibah dulu : ban Bocor... Tapi tetap semangat.
       Setelah, parkir di halaman warga, dan sebelumnya ijin nitip sebentar motor kami, kemudian berjalan kaki menyusuri pematang sawah. Jadilah, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
     Watu lumpang di pinggir pematang sawah, dengan Posisi sudah miring. Terlihat jelas watu lumpang ini sudah ditinggalkan. 
     Ditinggalkan dalam arti sesungguhnya, tak ada lagi yang menghargasinya pun sebagai media ritual ataupun beda suci yang menjadi sarana utama upacara. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
    Tapi masih untung tak dikenapa -napa, biasanya diremuk, dibuat pondasi atau bahkan dijual. Yang akan membuat putus lah sejarah area ini. 
    Close Up penampang atas Watu Lumpang dengan Lubang ditengahnya, 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
       Keadaan yang cukup panas membuat Watu Lumpang ini seperti membara saja, tak ada tanaman yang menghijau disekitarnya, bahkan rumput keras pun ikut mengering. Jika sedikit lebay : "Se-kering atensi warga terhadap Watu Lumpang ini", kurang lebih demikian. 
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
      Berlanjut ke Watulumpang Jatipelen 2 Pringapus. 
 Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #1 
#Hobikublusukan 

nb ; 
Mohon maaf kamera seadanya sehingga gambar kurang memuaskan. 

Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus

Watu Lumpang Dusun Kawah  Desa Wonorejo Pringapus
      Jumat 17 Agustus 2018. Masih di Blusukan Hari Merdeka lanjutan dari 2 Watu Lumpang Jatipelen Wonorejo Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Saat kami beristirahat, Mas Eka WP yang sebelumnya ban Bocor Karena tidak kuat dibonceng kembarannya, ternyata nyusul juga, walau secara pribadi sempat khawatir beliau mutung dan balik kanan. Tapi salut dengan pantang menyerahnya, dan tetap mencari kami. Sempat melihat Watu Lumpang Jatipelen 1, secara ikhlas Mas Eka WP sepakat lanjut ke Lumpang berikutnya. (saya merasa aneh, kok dadi apikan ya? Opo karena blusukan karo mahasiswi KKN ya?hehehe!!). 

      Tujuan kami masih di desa Wonorejo, hanya beda dusun. Yaitu Dusun Kawah. Dalam perjalanan, Mas Eka Budi bungkam, tak memberi cerita apapun batu cagar budaya yang akan kami lihat ini. “Pokoknya Lumpang ini sangat menarik!”, kata Mas Eka Budi penuh misteri. 

     Kira-kira 5 menitan kemudian setelah melewati gang menuju makam dusun, sampailah kami. Petunjuk keberadaan Watu Lumpang nya adalah gubuk di tengah lapang. (sebenarnya jika dimusim hujan gubuk tersebut berada di tengah sawah). 
     Pemandangan cukup indah!, 
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
      Dari rekan facebook, (maturnuwun : rekan dengan akun 'kyai tapak angin', memberikan tambahan informasi. Cukup mencengangkan. Bahwa di sebelah utara, jika musim hujan  di area persawahan ada fenomena alam yang mengagumkan. "Semacam semburan uap panas yang meletup-letup. Itu hanya terjadi saat musim hujan. Semakin besar letupan gas tersebut semakin panas airnya", jelas Kyai Tapak Angin.
      "Nama Kawah konon juga berasal  dari letupan gas tersebut", imbuhnya. Kami semua tak sabar, ingin segera masuk. Untungnya tidak dikunci. 
     Yang pertama masuk adalah tentu saja sang guide, namun tiba-tiba keluar dengan heboh lebay, “Waaahh ada kulit ular!”, Mas Eka Budi Histeris, (saking alaynya dengan aksen jawa serta bahasa wajah yang lucu, tak tega saya ceritakan..maaf), beberapa dari kami kaget namun setelah mencermati ‘hanya’ kulit ular, kami berturut turut mengintip dan kemudian masuk. 
      Sebuah pertanda bahwa di lokasi ini tentunya sangat nyaman, yang berarti tenang, nyatanya ular saja berganti kulit dilokasi ini.
     Saya jadi teringat teman yang sangat takut dengan ular, bahkan lebih kecil dari jari kelingkingnya. (mantan rekan blusukan tadi, apa kabar?) 

Istimewa, sangat!
Watu Lumpang Kawah yang mempesona : Desa Wonorejo Pringapus
     Adalah kesan pertama saya, istimewa dari bentuknya yang masih sempurna, istimewa dari perhatian warga pula. Keren pokoknya. Warga menyebutnya dengan Mbah Godek. Dikeramatkan dan masih sering dipakai untuk ritual tertentu.

Close up.,
Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
     Karena masjid sudah mulai adzan, waktunya kami untuk menyudahi blusukan ini.
     Bagaimanapun juga blusukan adalah hiburan sementara kewajiban kami Jumatan tetap harus kami laksanakan. 

Eka WP dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sampai ketemu lagi di Blusukan, Penelusuran situs berikutnya. Maturnuwun Mas Eka Budi dan Eka WP juga teman-teman KKN yang turut serta blusukan Jumat Seru ini, Semoga kelak bisa berjumpa lagi. 
Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes
     Sukses untuk project pelestarian Cagar Budaya di Kelurahan Gedanganak!

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad di Watu Lumpang Kawah Desa Wonorejo Pringapus
#hobikublusukan

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2

Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
       Setelah dari Lumpang yang pertama, di Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus, kami kemudian menyeberangi jalan, mengikuti pemandu kami : Mas Eka Budi dan masih bersama 4 mahasiswa KKN Unnes, “Ini lumpang yang kedua di dusun yang sama”, ucapnya sambil celingak-celinguk terlupa, karena sudah lama terakhir kesini, begitu alibi dari Mas Eka B. ‘Faktor U’, batin saya. 
     Beberapa saat kemudian, akhirnya ketemu juga, itupun  setelah semua terlibat mencari. Posisi sama dengan Watu Lumpang yang pertama, yaitu di pematang sawah, namun yang kedua ini kondisinya sudah terpotong tak utuh lagi. Walaupun lebih mulus, karena mungkin saja masih terpendam sebagian. Sedangkan yang pertama tadi sudah dipermukaan semua. 
     Namun kondisi sama-sama ditinggalkan. Watu Lumpang Jatipelen yang kedua ini kalau menurut saya auranya masih berwibawa. Entah kenapa perasaan saya merasa Watu Lumpang ini lebih Indah. 
     Sebelum-nya saya perlu intermezzo, mungkin yang membaca cerita perjalanan saya ini juga ada yang bosan, kok watu lumpang, lumpang lagi lumpang lagi... bagi saya walaupun banyak orang yang gak terlalu peduli bahkan meremehkan keberadaan watu Lumpang yang ‘biasa’, bukan ‘Sang Hyang Lumpang’ (berciri khusus seperti ada inkripsi, relief dll) namun bagi saya ‘cuek’ saja. Sesederhana pun, Watu Lumpang adalah jejak peradaban di masa yang telah lalu. Walapun tak menyentuh peradaban kebangsawanan hanya rakyat jelata. Biarlah yang meremehkan itu, karena orang orang tersebut merasa ilmunya sundul langit lupa melihat bumi, karena saya memang hanya ingin berbagi jejak peradaban saja. Maaf ya sahabat. Saya perlu menulis ini untuk memberikan pandangan saya juga. ---- dan untuk memotivasi diri sendiri.
Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
     Watu Lumpang yang kedua ini, secara fisik bentuknya berbeda. Terkesan agak kotak.
     Keberadaan 2 Watu Lumpang di satu area yang cukup dekat, bagi saya pribadi memunculkan dugaan ramainya peradaban waktu itu. 
Watu Pande
      Apalagi ada beberapa ciri lain, seperti tanah yang subur, dekat dengan mata air, dimana peradaban akan selalu dekat dengan ciri-ciri tersebut.
      “Tak jauh dari watu Lumpang ini ada sendang yang ada batu unik nya, Kalau warga menyebut dengan batu pande.” Jelas Eka Budi. 
     Konon menurut warga dulunya di sendang ini ada seorang empu yang bermukim dan ahli membuat senjata. 
     Jarak sekitar 100m dari Watu Lumpang.
     Namun entah kenapa, saya malah berasumsi ini adalah bakalan struktur sebuah bangunan, terlihat dari kotak-presisi yang ingin dibuat. 
      Kok bisa?! Jika ini adalah untuk menempa? Kenapa posisinya agak jauh dari air sendang. sekitar 2m. 
       Apakah tidak repot? Apalagi konon ini adalah sendang suci. 
     Jika ini batu asahan untuk mempertajam logam setelah di tempa, kenapa malah terlihat presisi? 
      Tentu saja tak ingin sedikitpun menggugat legenda yang telah mematri di hati warga tentang sendang pande ini, bahwa dulunya ada empu pembuat senjata. 
      Biarlah menjadi kearifan lokal, dan menjadi pemacu warga untuk tetap melestarikan legenda, sejarah desa nya. 
     Bersama Guide Eka Budi dan Mahasiswa KKN Unnes 2018 Kelurahan Gedanganak

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bersama Jagad : di Situs Watu Lumpang Jatipelen Desa Wonorejo Pringapus : #2
      Bersambung Lumpang Berikutnya : Lumpang Kawah Wonorejo Pringapus. 

#hobikublusukan

Selasa, 07 Agustus 2018

Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak


Umpak : Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul
Selasa 7 Agustus 2018. Sebenarnya bukan termasuk blusukan, karena terus terang saja serba kebetulan. Bagaimana tidak... ceritanya panjang sekali...
Umpak Bergas Kidul : Sumber dari website dinas
Cerita berawal sekitar tahun 2011-an ketika saya mencari sisik melik keberadaan Yoni yang berubah fungsi menjadi pawon atau alas kompor salah satu (konon perangkat desa) warga Bergas Kidul (Saat itu saya mendapatkan sumber informasi berasal dari sebuah website instansi, namun saat ini instansi tersebut telah pisah dengan instansi induknya, website ini telah hilang, untung saja saya sudah menyimpan dalam bentuk screenshoot).
Beberapakali pas blusukan disekitar area desa Bergas Kidul, selain bertanya situs yang dituju, juga tak lupa untuk bertanya keberadaan yoni ini. Bahkan awal-awal kenal dengan Mas Dhany (paling beliau lupa, jika saya sudah bertanya) malah saya titip pesan untuk dia mencari keberadaan di dapur rumah perangkat kenalannya. Sayangnya berlalu-nya tahun berlalu pula informasi tersebut.
Posisi Watu Umpak 2015
Sampai kemudian 2015, saat saya tak sengaja lewat di depan kantor Desa Bergas Kidul, tak sengaja saat menoleh ..eh di pojok dekat tangga masuk ada batu candi yang menyedot perhatian saya. Tanpa pikir panjang saya balik kanan dan memastikan secara langsung.
Yeah…!!,benar sekali, 'Watu Umpak' dugaan waktu itu.  Karena sudah menjelang waktu Magrib, tak satupun ada yang bisa saya tanya. Akhirnya ya hanya mencoba mendokumentasikan secara detail
Dalam Kenangan 2016 : Di watu Umpak Bergas Kidul
Dan sialnya saya terlupa terhadap info tentang keberadaan Yoni yang selama ini saya sangat cari-cari ingin saya telusuri. 
Tak ingat lagi bentuk, ciri dan bagaimana rupanya. Saking lupanya, saat kedua rekan lama ini blusukan setahun kemudian saya belum sadar juga, (sekitar tahun 2016).
Sekitar pertengahan 2017 Umpak ini sudah tak ada ditempatnya ketika saya kembali lewat. 
Timbul rasa menyesal, belum sempat mengupas tuntas.
Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak
Namun, hari ini. Agustus 2018 saat datang ke Kantor Desa bersama mobil perpusling, tepat didepan mobil batu itu di tempatkan,  saya seperti ingin meruntuki diri saja. 
Situs purbakala di Kantor Desa Bergas Kidul : Watu Umpak
Ternyata ini (umpak), adalah batu candi yang selama ini saya cari-cari. 
Karena ternyata, setelah saya amati lebih lama, saya ‘pegang’, sentuh secara langsung, nampaknya detail mirip gambar yang saya dapatkan dari website xxxx tersebut. 
Semua orang pasti pernah salah”, itu saja permakluman dari saya, namun saya sangat menyesal baru tersadar watu candi inilah yang disebut Yoni itu. (yang baru ngeh ternyata di deskripsi dibawah gambar adalah umpak. Dengan ukuran yang sama persis.
Posisi Watu Umpak Bergas Kidul 2015
Lega…. Plong sekaligus tertawa geleng kepala mengutuki kealphaanku. Seperti sebuah peribahasa gajah dipelupuk mata tak Nampak, semut di ujung laut jelas terlihat.
Namun semoga pihak desa segera merealisasikan ide membuat wisata edukasi sejarah. 
Agar segera diamankan, tak keburu dicolong mafia laknat (maaf tapi memang seperti itu pengucapannya---hehehhe).  
Detail Watu Umpak terkini (2018),


Di Kantor desa ini sendiri ada beberapa benda tinggalan kuno lain selain umpak, ada kentongan kuno juga lumbung padi kuno yang konon adalah tinggalan di masa kerajaan Demak.
Sampai Ketemu lagi di penelusuran berikutnya.....

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 

#hobikublusukan

Kamis, 02 Agustus 2018

Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus

Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
       Kamis, 2 Agustus 2018. Lanjutan dari Blusukan Kemisan : Setelah Lumpang di Ngorolou Pringapus kemudian Lumpang di Kebonagung Pringapus. Destinasi kegita ini kami menuju Dusun Sambeng Desa Wonorejo masih di kecamatan Pringapus. 
   Dari Kebonagung, kami kembali ke arah Pasar, kemudian Pringsari menuju Wonorejo, sebelumnya mampir pula di lokasi yang menurut infoman ada watu Lumpang. Berada di pabrik Handuk, saya bela-belain beli handuk tapi yang paling murah, 25k... eh tetap dapat tanggapan dingin dari satpam. 
      Ya Sudahlah.... Mereka belum tercerahkan kok.... mungkin di-didik untuk curiga...agar aman... hehehe.
      Melanjutkan perjalanan, menuju arah Wonorejo setelah itu ada salah satu gang disisi kanan (sepertinya sebelum SDN Wonorejo - jika tidak sebelumnya)
Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus

     Mohon maaf saya bener-bener lupa petunjuk jalannya. Namun satu yang masih saya ingat, tujuan kami kali ini mencari Lumpang yang berada di Rumah seorang warga (RT 03) Bapak Yohanes. 
     Singkat cerita, sampailah kami. "Watu Lumpang ini saya bawa dari sawah yang mau dibuat pabrik. Dulunya sawah itu garapan saya, namun diminta. Sayangnya Lumpang itu mau di gepuk. Saya kemudian inisiatif menyelamatkan. Eman-eman pikir saya. Soalnya batu seperti ini tentunya sangat tak bernilai. karena menyimpan sejarah. Banyak yang akan membeli, namun saya tolak", panjang lebar Bapak Yohanes menjelaskan kepada kami.
    Saya pribadi mengapresiasi inisiatif beliau, yang umumnya banyak warga yang tak peduli. Masih Ada juga yang eman-eman ingin mencoba melestarikan dengan sekuat apa adanya.
     Yang buat kami terkejut, ternyata tidak hanya 1 Watu Lumpang, namun 2. Tapi dengan 2 ukuran yang berbeda. "Saat kesini belum ada lumpang yang kecil itu", ujar Mas Eka Budi nampak kaget bin surprise. "Memang benar, itu baru saja saya selamatkan dari sawah juga, malah sama pemilik akan dibuang", tambah beliau
   Seperti minum es degan saat terik panas...nyesss!! begitu mendengar langkah Bapak Yohanes... Salut pak!
       Detail Lumpang 1, 
Lumpang Dusun Sambeng Wonorejo Pringapus
      Umumnya watu lumpang kuno yang kami telusuri. Berukuran lumayan dengan lubang yang presisi dibagian penampang atas-tengah. Dugaan sebagai sarana ritual persembahan watu lumpang ini dulunya memiliki fungsi khusus.
    Detail Lumpang 2,     
Watu Lumpang 2 : ukuran lebih kecil
     Ukuran lebih kecil. Dugaan saya pribadi sebagai media menumbuk entah biji-bijian atau ramuan obat. 
     Atau bisa jadi media ritual setingkat rumah tangga saja sementara yang berukuran besar digunakan seluruh kampung... Maaf dugaan saya saja yang tak berilmu.
Penampang atas Watu Lumpang
    Beberapa informasi tentang keberadaan Batu peninggalan kami obrolkan, sangat gayeng bincang-bincang kami. Seperti sudah lama kenal saja. 
     (berkah sesama pecinta situs mungkin---). "Dirumah saya juga ada!" pekik Seorang Bapak yang kemudian ikut bergabung dengan kami. 

     Yang ternyata beliau adalah Adik Kandung dari bapak Yohanes. Bapak Paulus namanya. "Kapan-kapan mampir kerumah mas", ajak beliau.
Gendar Pecel, kopi dan udud adalah sesuatu
     Jika ada waktu, sekarangpun saya siap. Namun sayang sekali durasi blusukan membatasi langkah saya.. hehehe... salam keset gatel Mas Dhany!
   Setelah merasa cukup kemudian kami berpamitan. melanjutkan aktifitas.
    Setelah sebelumnya mampir di Gendar pecel di pertigaan Dusun Sambeng (tepat di poskamling) yang awal berangkat tadi sempat saya lirik.

Mas Eka Budi Dan Bapak Yohanes : hanya punya dokumentasi ini)
     Maturnuwun Mas Eka Budi sudah menyita waktunya, mengorbankan jam istirahat kerjanya. Sampai ketemu lagi ya... jangan kapok... masih ada 5 watu lumpang lagi lho...
--- (semoga ada kelanjutannya)

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

#HobikuBlusukan

Menengok Yukkkk .... : Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus

         2 Agustus 2018. Lanjutan blusukan masih di zona Pringapus tepatnya dekat Pasar, destinasi yang kedua petunjuknya adalah gang setelah SMKN 1 Pringapus masuk. Ternyata saya buta sama sekali daerah yang akan kami telusuri ini,walaupun awalnya Saya  merasa cukup kenal wilayah di Kabupaten Semarang. Tapi menjadi asing ketika masuk ke pedalaman Jatirunggo Pringapus. Salah satu manfaat blusukan, saya jadi tahu daerah terpencil dan masih dalam bingkai Garuda Pancasila… hehehhe. 
       Sesampainya dilokasi terdekat. "Ini sudah dekat!", ujar Mas Eka. Tapi saya jadi malah curiga, istilah dekat Mas Eka Budi sangat meragukan. Benar saja, dia menunjuk saya untuk parkir didepan rumah warga, setelah minta ijin untuk nitip motor, kemudian kami melewati jalan di sela antara tebing padas dan rumah, menyusuri jalan setapak. 
       Tanpa saya duga kami meniti jembatan yang tingginya kira-kira 20m dari dasar sungai. 
    Yang cukup menengangkan "jembatan seadanya". Rangka terdiri hanya dari Besi kolom di rangkai dengan jarak 10cm. sementara sambungan hanya dililit kawat. Untuk menutupi jembatan dipakai anyaman bambu. Itupun sudah ada beberapa yang lapuk, setiap melangkah selain bergoyang juga suara bambu patah mengiringi. Terbayang kan bagaimana adrenalin kami meninggi menantang mental. 
        Melihat dasar sungai penuh dengan batu berukuran besar karena kemarau yang menyusutkan debit air sungai adalah bohong jika saya tak ndredek, ngewel. Dalam istilah jawa ada kata semengeren membayangkan masih 1 kali lagi menyeberangi jembatan ini. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Tapi karena blusukan harus tetap terlaksana, selangkah demi selangkah terlewatkan juga… Langsung lemes. Karena seluruh energy terkuras untuk melawan ketakutan. Saat sudah menyeberangi jalan inilah, berpapasan dengan warga. Saat saya bilang minta ijin untuk melihat Watu Lumpang, sekonyong-konyong beliau kaget. “Kok bisa tahu, Kalau beruntung kalian bisa melihat kekayaan dunia. Tinggal kuat tidak lelaku disana”, panjang lebar beliau menjelaskan. Mohon maaf tak bisa secara detail, takutnya bisa kenyataan… hehehehe. 
Dulu ada dusun di lereng itu : Dusun Tambak Yang Hilang
      Posisi area yang kami telusuri ini seperti berada di tempat yang terpencil, dikelilingi tebing tinggi dengan aliran sungai yang membentuk kerucut. Bahkan beberapa tahun yang lalu, karena longsor tersebut satu dusun terpaksa di relokasi ke tempat yang lebih aman. Konon nama desa tersebut Adalah Dusun Tambak Desa Jatirunggo, Pringapus. 
      Watu Lumpang ada di tengah pematang sawah, dengan posisi yang sudah miring. “Dimasa banyak nomor togel beberpa tahun lalu, watu lumpang ini ramai. Begitulah manusia”, kata bapak yang berpapasan dengan kami tadi, yang ternyata beliau adalah Pak Modin desa. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Ukuran Watu Lumpang sedikit lebih besar dan dengan kondisi yang lumayan lebih baik, dari Watu lumpang yang kami telusuri sebelum ini. 
       Berada di ketinggian, dikelilingi sumber air dan Subur adalah ciri kas yang melekat di area ini, sehingga menambah keyakinan tentang bukti keberadaan Situs di daerah dengan ciri Geografi seperti itu. 
       Posisi Miring di pematang, 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Masih terlihat bentuk spesial dari watu lumpang, dimana disisi terluar ada semacam pembatas air/ panel lumpang yang mengelilingi area pinggir lumpang. Hiasan sederhana tapi membuat spesial, karena biasanya lumpang dibagian penampang atas hanya datar. Selain cekungan lubang. 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
      Untuk fungsi lumpang, saya coba utarakan salah satunya saja, diduga sebagai media ritual permulaan masa tanam untuk persembahan kepada dewi kesuburan. 
Pohon itu, dibawahnya sendang 
       Diseberang sungai, disisi jalan kedatangan kami tadi, informasi yang saya dapat dari Mas Eka Budi ada sebuah sendang kembar yang cukup keramat, dengan berlindung dibawah pohon yang sangat besar. 
        Menurut cerita dari warga, sendang tersebut masih ada kaitan/ hubungan dengan Watu Lumpang ini. 
       Secara logika mungkin saja, Sendang atau pada masa itu bisa disebut petirtaan adalah tempat mensucikan diri terlebih dahulu sebelum ritual di watu lumpang ini.
      Seiring berjalannya waktu, ketika peradaban berubah. Watu Lumpang berubah pula fungsinya. 
     Dulu yang menjadi sarana suci beralih menjadi mitos, bahkan kadang airnya bermitos obat awet muda. yang terkini sering diminta nomor togel. Sehingga di banyak tinggalan lain banyak yang dimusnahkan dengan alasan musrik, padahal yang salah bukan batu nya tapi manusianya....     
      Mas Eka, sang andalan jika kepepet musti blusukan, hehehe, 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Watu Lumpang Kebon Agung Pringapus
        Berlanjut ke blusukan ke Watu Lumpang Dusun Sambeng Jatirunggo Pringapus 
#hobikublusukan