Kamis, 29 Maret 2018

Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran


Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Dan semua keindahan yang memudar
Atau cinta yang tlah hilang
Tak ada Yang Abadi…..
(Noah)

Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Kamis, 29 Maret 2018. Hanya ingin menegaskan bahwa Blusukan Kemisan masih berlanjut, ya konsisten saja. Hiburan saya salah satunya memang blusukan mencari jejak peninggalan peradaban. Disela-sela kesibukan yang tiada habisnya, selain pekerjaan saya juga momong pula…. Apa kabar mas Dhany? Kesetnya laris? Wkwkwkwk. Usulan untuk mengganti hari blusukan terlanjur susyah sekali, karena hari lain bila di imbuhi akhiran –an jadi ga enak; 1. Seninan (senenan) dalam Jawa berarti hari dimana rutin untuk dimarahi? Keset teles kebes mas…., 2. Selasanan, istilahe dadi wagu, 3. Rabuan = ra masuk blas, seperti pupuk kandang. 4. Jumatan = ojo iki Copyright e sing kuwoso, mengko ndak kuwalat. 5. Sabtuan (Setuan) = artine aneh… 6. Mingguan = koyo majalah… Paling pas ya Kamisan…hehehhe. Malah di medsos ada yang ngikut lo ritual blusukan tiap Kamis (Kemisan)…wkwkwkk. Di komunitas daerah lain…. Eman2 yen ganti..
Bukan biar pas, bahwa hari Kamis sudah umum di masyarakat, menjadi hari sakral, dimana didalam jawa ada Malam Jumat Kliwon, juga sudah menjadi kebiasaan waktu ziarah kubur dan mendoakan orang tua yang mendahului kita, maka kita seperti ikut-ikutan ke makam tiap Kamis (banyak situs yang berada di makam), aneh… karena yang lain pake peci, buku yasin, kami ??? tongsis, kamera, surjan bahkan tas ransel penuh isi makanan-minuman.
Namun yang senyatanya adalah…. Hari dimana saya dan Lek Suryo (saya sebut kami adalah partner in crime) disela pekerjaan yang agak longgar pengawasannya bisa ketemu dan mudah untuk janjian, itu sebenarnya alasan ritual kemisan. Bukan hanya sekali duakali, namun sudah sangat sering sekali.
Walaupun tentu saja idem seperti petikan lagu ‘tak ada yang abadi’ nya Peterpan… suatu saat pasti Lek Suryo punya alasan untuk berhenti, dan untuk saya melanjutkan ritual Blusukan Kemisan adalah Pilihan. Walaupun blusukan tetap butuh partner, beberapakali mencoba sendiri lagi seperti dulu namun terasa keroyo-royo. Dan akhirnya…. Keyakinan bahwa tujuan melestarikan akan menemukan jalannya lagi…. Blusukan Kemisan Still Go on …
Rizal Rico Pratama
Sebelumnya terimakasih kepada Mas Rizal, atas respon jawabannya saat saya tanyakan petunjuk arah postingan beliau tentang sendang yang banyak “watu” kunonya.
Segera saya screenshoot untuk saya jadikan petunjuk saat blusukan pada waktunya nanti = Hari ini. Kebetulan sudah 3 Kamis saya alpha untuk blusukan, karena berbagai faktor yang komplit menghalangi.
Blusukan Kemisan Kali ini benar-benar suka-duka nya saling mengalahkan…. (baca saja sampai akhir), Selain saya dan Lek Suryo, sebenarnya ada 2 lagi aktor. Namun dengan pertimbangan yang berbeda tak bisa saya sampaikan, cerita saya sembunyikan. Demi kenyamanan bersama…
Singkat cerita, Saya perpusling terlebih dulu di SMK NU Suruh, sementara Lek Suryo melaksanakan tugas pula di seputaran Suruh. Setelah usai, kami janjian di pasar Suruh. Kemudian mobil perpusling saya parkir di balai desa Barukan Kecamatan Tengaran, Sesuai informasi yang saya terima dari Mas Rizal, Lokasi Sendang kuno berada di Kali Jali. 
Tegalwaton Tengaran
Menuju lokasi, saya membonceng, menuju papan petunjuk ke Desa Tegalwaton, melewati gerbang selamat dating, kemudian belok kiri sebelum Kantor Desa Tegalwaton, jalan terus kira-kira 1 km kemudian di sampailah di dusun Kali Jali. Kami kemudian bertanya kepada warga, yang menjelaskan tak ada kekunoan di sendang Kali Jali. Kami tetap kekeuh untuk menelusuri terlebih dahulu, masalahnya ternyata sendang tersebut harus dicapai dengan jalan kaki, menyusuri pematang sawah dengan jarak kira-kira 1km. Setelah parkir di sebuah mushola, kami menyusuri tanggul irigasi,  dan sendang yang kami temui memang benar tanpa batu sedikitpun serta nampaknya tak pernah difungsikan lagi menjadi sendang.
Disana Proyek Tol SMG-Solo
Walaupun begitu tetap beruntung, ada warga yang kami temui di pojokan irigasi (nampaknya sedang mengaso setelah bekerja pada proyek Tol) memberikan setitik cerah kepada kami, ada sendang yang memang banyak batu kotak di Sendang Kali Purong. “Ikuti saja irigasi ini nanti akan sampai”, jelasnya.  Setelah mengucapkan terimakasih kemudian kami berbalik lagi dengan alternatif jalan kedua, dimana melewati jalan gang yang sudah berbeton, “Ikuti jalan itu, setelah melewati makam nanti ada jalan menurun. Ada dua pohon besar di sendang itu”, tambah warga yang kami tanyai.
Dan sampailah….
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Bukan hanya satu, tapi ada dua sendang! (tentu saja jaman dulu hanya ada satu ... sebuah bangunan, karena perkembangan jaman struktur yang menjadi kesatuan dipakai untuk membuat 2 sendang.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Gemericik pancuran sendang dari kejauhan seperti membuat diri saya melupakan segala masalah, kecuali satu hal (durasi tentu saja.. hehehe). Dua pohon besar yang berdekatan menjadikan suasana teduh dan udara sangat fresh plus suasana bunyi gemericik air menjadikan rasa hati tak tahan untuk segera untuk njegur. Benar-benar tetesan surga…. sangat kontras dengan 500m di dekatnya yang sedang ada aktifitas proyek tol.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Masing masing dari kami langsung asyik sendiri mengeluarkan segala properti khas blusukan… kamera, HP, Slayer, tongsis dan tentu saja ganti kaos…. Mosok blusukan gowo hem dan sepatu pantovel?
Petirtaan Kali Purong Tengaran
Yang menjadi pusat perhatian bagi saya tentu saja bentuk pancuran. Menurut warga yang memberikan petunjuk tadi, dari dulu sendang dan pancurannya ya seperti itu tak pernah diubah. 
Sementara disekeliling sendang tertata rapi batuan kotak. Sebagian ada lubang-lubang mirip lubang di watu lumpang.
Beberapa batu berpola tersebar di beberapa sisi luar sendang, Seperti struktur bawah bagian pinggir bangunan tembok/pagar Petirtaan.
 Selanjutnya saya menyebutnya sebagai Petirtaan Kali Purong. Untuk ikhwal sejarahnya kenapa dinamakan Kali Purong saya belum dapat cerita.
Petirtaan itu sering digunakan untuk bertapa”, seorang ibu berkata kepada kami.
Petirtaan yang berarti tempat mensucikan diri, dimana berasal dari mata air yang suci…. (Sampai saat ini debit mata air tak pernah surut dan jernih-segar bahkan menurut saya mengalahkan Air konsumsi sehari hari yang didistribusikan perusahaan daerah itu).   







 





        Disekitar area Suruh berdekatan dengan Petirtaan Senjoyo dengan Cerita Jaka Tingkir, kemudian beberapa Yoni di Suruh juga tak jauh adalah Salatiga dimana ada Prasasti Plumpungan. Menjadi banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi..
Setelah merasa cukup, sebelum pulang sebenarnya sempat diberi informasi ada sendang lagi dimana batu kotaknya banyak dan lebih besar… namun, durasi dan  saya belum makan adalah masalah yang sangat mengganggu. Tapi suatu saat pasti saya akan kembali menelusuri informasi itu, Janji hati saya.
.
Lek Suryo dan Saya (ssdrmk) Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
 Video Amatir (Proses Edit dan Uplod, segera setelah beres saya beri link-nya)
(bukan)Saat terakhir blusukan Kemisan yang melegenda bersama The Partner…..
Apa yang saya maksud suka duka saling mengalahkan ya itu….. Suka nya …… sudah sahabat baca, namun dukanya cukup dihati saya saja…. Heheheheh…. Sampai ketemu lagi di kisah selanjutnya…..
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran








 #hobikublusukan

Jumat, 09 Maret 2018

Candi Gebang Sleman YK

Jumat, 9 Maret 2018. Entah bingung awalnya darimana. Cerita kali mulai begitu saja tanpa rencana tanpa niat sama sekali. Penyebabnya adalah sebuah keinginan saya meningkatkan skill menulis, kemudian ikut pelatihan. “Selain dapat ilmu, ada city tour ke lokasi sejarah lohh, hotel bintang 4 sangunya lumayan”, iming-iming Mas eka. “Dulu 3 hari saja segini (menyebut nominal, apalagi ini 5 hari!”, imbuhnya. Tanpa pikir panjang saya membuat draft kemudian mencoba ikut seleksi. Hasilnya … saya jadi salah satu peserta.
Hari pertama di jam awal saya seperti mendapat pencerahan, namun ternyata jam 10 malam belum selesai…. Sebenarnya tak kendor untuk tetap mengikuti, yang jadi masalah saat selesai, eh malah hujan deras. Padahal saya memutuskan untuk tak menginap. Hari kedua pun sama…. Saat hari ketiga saya mendapatkan bocoran kegiatan ini akan ditutup hari keempatnya. Yang langsung terpatri adalah hari kelima saya harus blusukan. Apapun yang terjadi….! karena pelatihan ini cukup membuat pikiran saya terkuras. Walaupun tak sesuai ekspetasi…. No citycar, no 4star… n no… no ect. Haghaghaghag…. Pikir saya mengarah ke Candi Gebang Sleman, yang waktu itu sempat di inbox gambar keindahan Candi gebang. Tertarik tentu saja langsung menjadi target, saya simpan di alam bawah sadar agar suatu saat bisa kemari. Kebetulan yang ‘njegurge ya beliau juga’ Enak Jamanmu Mas Eka WP!.
 Teman sekamar sempat mengingatkan, uang 50rb berani sampai Jogja? Ya, jawab saya. Setengah dari bonus kali ini…. Karena hiburan untuk mengobati kekecewaan ya blusukan. Salam seduluran Mas Sasmito.. Ayo Ngekek bersama… ssttt rahasia… kode sandi 408! (maaf ini memang karena beliau ahlinya persandian-yang paham ya beliau saja).
Sambil nunggu kegiatan penutupan, download pula maps offline, hubungi the partner, juga japri Mas Achid (pecinta situs dan watu candi pula dari Sleman, untuk minta petunjuk arah serta rekomendasi situs/candi sekitar yang mungkin bisa kujangkau, “Matursembahnuwun mas informasinya, plus tetap siaga mas… semoga lancar”.
Selesai acara, saya mampir terlebih dahulu di the partner siapa tahu bisa turut serta. Walaupun kecil kemungkinan. Ya tetep mampir, minimal minta kopi lah…. Tanpa dinyana, bagaikan mendapat jawaban atas doa, sepertinya blusukan besok dimudahkan. 
Lek Suryo ini mengeluarkan 1 botol xxxxcola warna biru, awalnya sempat ku protes, “lha wong mintanya kopi kok malah xxxxcola!”, sebelum terlontar protes. “Kio no turahan pertamax campur pertalite, keno ge blusukan sesuk”, paksanya dengan senyum yang nampak berbeda hari ini… wkwkwkwk. Tak cukup 1 botol bahkan tanki diisi sampai full. 
Setelah diisi Lek Suryo
Tanki dan Kilometer setelah sampai di Candi gebang
Benar sich, Walau tak menjadi partner, tapi pertamax e bersama…wekekekek. Lebay. Bahkan dengan jahatnya, tak sangoni rokok sisan pie?…wkwkwkwk. 
Awalnya ragu, seperti buah simalakama. Nolak eman-eman, tapi menerima kok ya ndableg…. Akhirnya dengan rodo tegak saya tolak.
Karena jadwal surat tugas menyesuaikan acara di surat jadi blusukan paling aman baik secara kedinasan maupun kekeluargaan… haghaghag. Sampai saya nulis ini tak ada yang tahu…. Saya jujur biar …. dosanya ilang.
Seperti rutinitas pagi hari, nampak seperti biasa saya setelah ngantar anak sekolah langsung gass poll menuju Sleman. Berangkat dari rumah Jam setengah 8, target saya jam 14.30 sampai di sekolah anak saya agar aman damai. #kelinganjuragankeset (sebuah tagar yang mengingatkan rasa persaudaraan di komunitas Dewa Siwa, dimana ada situasi terpaksa ngacir pulang dengan pontang pating karena istri miscall 10x..haghaghag).
Untung saja Gmaps offline sudah di download, walaupun saya fans berat PSIS namun, stadion Maguwoharjo memang belum saya sambangi saat berkaos Panser Biru. Jadi petunjuk Candi Gebang berada dibelakang Stadion Maguwoharjo perlu bantuan teknologi. 
petuntuk menuju Candi gebang
Sempat salah jalan, saya ambil kiri pertigaan jalan didepan Stadion, celakanya jalan itu buntu di sekitar perumahan, tapi GMaps sudah menulis selamat saya sudah sampai dan terlihat atap Candi Gebang.  
Saya putar arah, kemudian melewati pula Jogja bay. Kira-kira 500m kemudian ada xxxxxmaret, ambil kiri….
Sesampainya disini cukup mudah karena setiap belokan ada papan petunjuk.
Tiket 5K untuk satu kepala. (sayangnya saat beberapa waktu saya duduk pengunjung lain tak dikenai karcis, barangkali mencium setengah sangu tadi mungkin…wkwkwkwkkw. Hanya bercanda---- saya tak memikirkan lebih lanjut). Kemudian mengeksplor seluas-luasnya.
Candi Gebang Sleman
Dari papan informasi candi, dapat diketahui informasi relatif lengkap. Secara administratif Candi Gebang berada di wilayah dusun Gebang Desa Wedomartani Kecamatan Ngempak, Kabupaten Sleman. Luas Bangunan Candi 27,56m2 dan menempati lahan seluas 2260m2
Ditemukan pada November tahun 1936 oleh penduduk, pada waktu itu hanya menemukan Arca ganesha yang saat ini berada disalah satu sisi tubuh candi (relung arca).
Pada tahun xxxx Candi Gebang selesai dipugar, walaupun banyak struktur batu pengganti namun usaha ini layak diapresiasi.
Bagian Atap Candi dipenuhi kemuncak berbentuk ratna dan arca :
Candi Gebang Sleman



















Dari Papan keterangan Candi, di Atap Candi Ada Lingga yang ditempatkan dalam bantalan berbentuk bunga seroja.  Candi Gebang ini menghadap ke Timur. 
Salah Satu relung candi di sebelah kanan pintu masuk masih ada arca Nandiswara, Sementara relung lain kecuali yang utara. Kosong. menurut Papan keterangan seharusnya arca Mahakala. Sementara Sisi Utara Arca Ganesha yang berada diatas Yoni ada di sisi utara. 
arca candi gebang

Bagian dalam atap candi yang cantik 


Candi Gebang Sleman


















Ada Yoni di Ruang dalam bangunan Candi gebang, Sayangnya Lingganya sudah raib...
Yoni Candi Gebang Sleman
Di halaman bagian belakang, kompleks Candi Gebang ada tumpukan struktur Batu candi :




























































Masih ada lingga patok di sisi luar Candi gebang. Mohon Maaf tak terdokumentasikan, namun di Video amatir yang saya buat ada. 


Salah Satu keistimewaan Candi Gebang Ya keberadaan Lingga Patok itu yang menentukan titik pusat Candi.
Suasana di Candi Gebang sangat asri, penataan taman pun cukup indah. 
Candi Gebang Sleman
Jogja Bay nampak dari Candi Gebang, yang kontras..... 
Semoga banyak pihak bukan hanya TK ini (saat saya kesini ada rombongan TK).

Generasi cerah pelestari Budaya : di Candi Gebang
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
ssdrmk di Candi gebang
 #hobikublusukan

Jumat, 02 Maret 2018

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
       Jumat 2 Maret 2018. Mleset Kemisan tak blusukan penelusuran situs, hari Jumat jadilah. Informasi situs benda cagar budaya ini sebenarnya sudah cukup lama saya dipameri si pelakor. setelah sekian lama, sampailah hari ini... barulah saya merasa beruntung Mas Eka W Prasetya bersedia mengantar. Jumat Berkah judulnya. Karena kami satu masjid saat Jumatan sehingga bisa saya paksa.
Tanpa harus ngalor-ngidul berbasa-basi, saya minta Mas Eka yang didepan, selain berkejaran dengan waktu, langit juga mulai mendung. Dari perpustakaan Ungaran menuju lokasi ternyata tak sampai 5 menit. “Blusukanku kadohan!, begitu kata pertama yang saya pikirkan dalam hati….
Saya angkat topi, penelusuran beberapa waktu sebelumnya yang hanya mengandalkan insting dan melihat ciri geografi/geologi dan tanda-tanda alam beliau bisa menelusuri dan mendapati ada benda cagar budaya di lokasi ini. 
Sekali lagi apresiasi, karena di lain lokasi, walaupun sampai 8 makam dia telusuri, dia masuki di satu daerah karena hanya ingin menelusuri informasi abstrak yang dia terima. Memang keterlaluan si abstrak tersebut!
Kami berada di daerah Lerep, dimana data saya pribadi ada beberapa situs yang berada di area Lerep : Yoni Lerep, Situs Soko terlepas dari dulu beratus-ratus tahun lahu tak ada sekat daerah.
Kembali ke Situs yang saat ini saya telusuri. 
Berada di sebuah makam di lereng gunung Ungaran yang terjal, kiri jurang terjal dan masih suasana khas pegunungan. 
Dari kejauhan, pohon sangat besar menjadi pertanda….
      Setelah parkir motor, di pendapa makam, kemudian saya mengikuti jalan Mas Eka WP yang ada didepan, Sampailah….

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
Lingga Patok


Dijadikan ‘patokan’, 


















Jejak Simbol Brahmasutra



















     Masih terlihat jelas simbol di lingga : BRAHMASUTRA, di kedua lingga pathok ini.

Menurut warga, dua lingga patok ini dulunya ditemukan di lereng sisi kiri makam ini” ungkap Mas Eka. Menilik keberadaan Lingga Patok, dulunya adalah sebagai penanda batas luar suatu area suci yang biasanya diatas/ ditengah ada bangunan suci yang disakralkan. 
Ciri Identik lingga, yang terlewat oleh orang..... 











.



Guider Blusukan Sangat tipis Setelah Jumatan :
Eka WP di Situs Lingga pathok Lerep Ungaran

Sebenarnya banyak cerita rakyat yang berkembang di area ini, ada beberapa makam keramat. namun maaf tak saya ceritakan. Selain minim sumber juga passion saya berbeda. 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 22 Februari 2018

Menengok Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan : Jejak Peradaban

Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
   Kamis 22 Februari 2018. Jika terlalu banyak rencana niscaya semua akan berbalik menjadi kesialan yang beruntun. Itu saya alami. Sehari sebelumnya, saya hubungi 2 rekan yang memungkinkan untuk ‘Kemisan”, dua-duanya pun mengusulkan destinasi yang aduhai…. Lek Suryo menawari bayar utang janji guide ke Temanggung, Sementara Mas Eka WP dalam pesan whatshap nya mengatakan,destinasi Geblog siap.
Sementara tugas kerjaan ya tak boleh kulewatkan, sehingga saya mencoba merencanakan secara urut agar semua bisa terlaksana, ya kerja=perpusling, pagi langsung berangkat, kemudian agak siang lanjut blusukan temanggung area. Yang terakhir Penelusuran  Geblog Sidomukti Bandungan sekaligus kuliner “bubur Tipes”.
Namun rencana tinggal rencana, bila takdir Tuhan berkehendak lain, entah berhubungan atau tidak, hari ini sepertinya sial terus. Mulai dari ban motor bocor saat berangkat kerja, kemudian saat sarapan jeruk anget, eh malah tumpah, padahal baru seteguk saja saya minum. 
Tidak hanya itu, saat akan berangkat perpusling, eh baru akan keluar garasi spion nyenggol tembok garasi, kaca spion jatuh, awalnya gak pecah tapi karena panik, kopling ku lepas dan akhirnya ‘krek!’, pecah deh. 
Sial selanjutnya, saat di tukang kaca untuk ganti gaca spion, eh antri nya banyak, 1 jam saya nunggu.
Akhirnya ku putuskan untuk batalkan perpusling, langsung on the way ke lokasi kumpul di Mas Dhany. Sampai disana sial lagi…. disuruh nunggu Mas Eka Gawe Pusaka. Nunggu sang empu menempa pisau yang katanya kekinian. Padahal yang namanya pisau tetaplah pisau, bukan keris atau pedang, nunggu 1 jam lagi. Semoga cukup kesialan hari ini.
Dari pasar Karangjati, kami kemudian langsung meluncur menuju Dusun Geblog Sidomukti Kecamatan Bandungan, Awalnya mencoba nyulik  Mas Iwan Putra, namun ternyata lagi banyak gawean. Kami melanjutkan perjalanan setelah janjian terlebih dahulu dengan rekan Mas Eka WP, dimana benda cagar budaya tersebut di berada dirumahnya.
Menuju lokasi, kami melewati lagi Makam Geblog, dan Arca Ganesha yang kamis sebelumnya kami sambangi. Singkat cerita, Kami kemudian bertamu di rumah Mas Eko Handoyo dan langsung menuju dalam rumahnya dimana benda cagar budaya berada. 
Awalnya kami sempat meyakini bahwa yang kami kunjungi ini adalah Yoni, dari gambar kiriman share Mas iwan di WA Grup, identik dengan Yoni dengan ciri lubang di tengah, berbentuk kotak ada hiasan.
Saat dipersilahkan ke dalam rumah, kami kemudian mengkesplornya,

Kami balik…. Ternyata Lapik, bisa lapik arca maupun lapik sajen, “Dulu yang mengamankan mbah saya, karena takut dicuri. Soalnya banyak batu lain yang hilang”, cerita mas…. “Lokasi dari dekat makam desa”, tambahnya.
"Nanti saya antar kesana, soalnya konon masih banyak batu yang lain”, imbuh mas. "Oke", jawab kami serempak.
Setelah kami balik,
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
   Kami sementara sepakat ini Lapik, namun masih berdiskusi mengarah debat antara Lapik Arca maupun lapik Sajen. 
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan

Lapik Arca : Berarti dulu konon diatasnya adalah sebuah Arca. Sementara Lapik Sajen, adalah ditaruh diatasnya sesajen ritual. 
Hiasan Motif teratai masih terlihat jelas, 

 Lapik di Geblog Sidomukti 
Kedua kemungkinan tersebut didukung keberadaan Arca Ganesha dan Lingga di Geblog ini. Kami duga ini adalah satu paket, alias satu kesatuan.
Dilihat dari atas, 
 Lapik di Geblog Sidomukti 
     Walaupun terlihat ada beberapa kerusakan, namun wibawa-keindahan masih terlihat jelas. Sederhana namun berkelas!
Badan Lapik, terdapat hiasan motif sederhana.
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
       Selfie dulu, 
 Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan : Mas Eko Handoyo yang memakaai Kaos Oranye
Kami kemudian menerima tawaran untuk penelusuran titik awal dimana lapik ini dulunya berasal, dan makam-makam yang menurut banyak orang banyak watu candi.
Dari Rumah Mas Eko Handoyo, Kami kemudian mengkikutinya menuju makam yang berada di atas desa, melewati ladang warga, dengan pemandangan yang menakjubkan.
Salah satunya, foto perjalanan : Mohon fokus di pemandangan alamnya :
Paseduluran, tak butuh syarat : DS

Beberapa watu candi yang berhasil kami telusuri, (trims to Lek Suryo dan Mas Eka WP yang rela foto jepretannya saya pajang disini: 




Link Videoo : (lapik Geblog)
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan

  Setelah selesai, kami kemudian segera menuju Kuliner klangenan, yang sebelumnya menancap di hati kami. Menuju Bubur Tipes, Sidomukti. Namun...... Kedatangan Kami terlambat, nyaris dapat. Pelanggan terakhir yang berpapaan dengan kami yang membiorongnya. Apes.... bin sial terakhir hari ini.
Sebagai obat ganti kecewa, akhirnya yang kami dapat "Lothek" yang sangat pedas.




#hobikublusukan