Tersisa Reruntuhan
Planggatan |
Ketika perjalanan selepas Candi Sukuh, tepatnya di perempatan Sekitar kebun Teh, saat saya menikmati semilih angin, sejuknya mata memandang, tiba tiba ada seorang ibu yang menggendong anaknya, melambaikan tangan sambil mngucapkan “ minta tolong Bapak saya ikut sampai Ngargoyoso”, tanpa berpikir panjang, okelah…..
Seusia kakek saya, memang tidak ada angkot lewat jalur ini, jalan pun kayaknya berat. Beruntung saya diberi kesempatan untuk menolong. Sambil melaju pelan-pelan, saya ngobrol dengan kakek yang “bonceng”, saya juga menceritakan kesenangan saya mengunjungi candi-candi, Kakek itu Tanya sudah kemana saja? Apakah Candi Planggatan sudah? Wah…, langsung saja…..mumpung masih ada waktu (belum sore)… saya kumpulkan informasi selengkapnya dari kakek itu….
Ternyata jalurnya sama dengan jalur ke candi Sukuh, kakek itu juga bilang kalau ke Candi Planggatan jangan lupa mampir Ke Telaga Mardida. Oke lah kalau begitu….semangat ’45 nic…. Tepat di Terminal wisata Ngargoyoso Kakek itu turun, saya berketetapan hati untuk mencari sampai dapat. Mumpung saya masih di Karanganyar.
Ternyata memang di tempat parkir Candi suruh tadi ada papan petunjuk arah ke Candi Planggaran, langsung saja saya ikuti jalan tersebut, mohon berhati-hati karena selain jalan menurun juga rusak, tidak beraspal sama sekali. Saya sungguh salah bawa motor, Vixion yang menemani saya tidak cocok, tapi bagaimana lagi lha punya Cuma itu kok….hehehehe… lain kali mungkin bawa super moto…..hehehehe…. sahabat nanti ketemu dengan jalan dimana sebelah kiri itu banyak lubang-lubang gua…
lubang di kaki bukit Perjalanan ke planggatan |
Sesampainya di jalan persimpangan berbentuk K, pilih serong kekiri, kearah Desa Tambak. Menuju tujuan kita yaitu Candi Planggatan. Ikuti jalan cor-cor an semen di desa tersebut, pada gang ke tiga langsung saja belok kanan. Sekitar 75m saja dari jalan tadi.
Sedikitnya informasi mengenai keberadaan candi ini menjadikan saya mengabadikan sisa sisa reruntuhan candi sesuai feeling saya saja.
menggambarkan relief Candi ini (mungkin) |
Candi Planggatan hanya tinggal reruntuhannya saja, dimana ada beberapa pohon besar tumbuh diatas bebatuan gundukan batu yang merupakan batuan candid an bagian inti candi. Relief – relief candi tersebar di beberapa tempat, menyembul diantara tanah atau tersembunyi di balik batuan padas yang besar. Dan adanya yoni kecil yang rusak menandakan bahwa tempat ini adalah peninggalan Hindu
Yoni yang rusak |
perlu penanganan |
Relief wayang |
Situs ini termasuk peninggalan dari Prabu Brawijaya V Raja terakhir Majapahit sebelum moksa. Diceritakan bahwa Prabu Brawijaya berpindah dari Jawa Timur ke Gunung Lawu, sebelumnya Brawijaya sempat beristirahat dan membuat singgahsana di sekitar Rawa Pening Kab.Semarang yg saat ini disebut Candi Dukuh.
Kondisi situs :
Sebagian besar batu2 belum digali dan hanya nampak beberapa batu2 dan batu berelief yang masih setengah terpendam. Menurut juru pelihara situs ini, lokasi situs ini dulunya adalah tanah bengkok milik warga desa yang ditanami rumput gajah untuk keperluan pakan ternak warga. Setelah diketemukan situs ini maka status kepemilikan tanah di ambil alih oleh pihak BP3 Jateng dan tempat ini pun ditetapkan sebagai Cagar Budaya
Diantara beberapa relief yang ada salah satunya menggambarkan sengkalan memet (sandi angka tahun) berupa Gajah Wiku, yaitu sosok setengah gajah, setengah manusia dengan belali ke bawah dan memakan bulan sabit dengan pakaian seorang wiku/ pendeta. Relief ini dibaca “Gajah wiku mangan wulan” dan diartikan 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Selisih 19 tahun dengan Candi Sukuh yang selesai tahun 1437 Masehi.
Disamping kanan relief gajah Wiku ini, terdapat prasasti berhuruf dan berbahasa kawi sebanyak empat baris yang berbunyi :
"padamel ira ra
ma balanggadawang
barnghyang punu
n dah nrawang"
Terjemahannya :
"Pembuatannya Rama Balanggadawang bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang"
Sayang sekali, relief gajah wiku kurang jelas akibat tertutup tanah dan relief di Candi Planggatan yang tipis dan serupa dengan relief – relief di Jawa Timur. Hal ini tak begitu mengherankan karena Candi Planggtan sendiri di bangun oleh prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum moksa ke Gunung Lawu.
Situs/ Candi Planggatan ini masih digunakan oleh masyarakat sebagai tempat dilangsungkannya upacara Bersih Desa, selain juga dikeramatkan. Candi Planggatan juga masih ada usaha untuk selalu membersihkan, jadi tidak terkesan benar-benar diabaikan, tapi mungkin saja hanya oleh warga sekitar. Tampaknya belum tersentuh usaha ekskavasi dan eksplorasi reruntuhan candi untuk merenkontruksi Candi Planggatan ini.
Seperti pesan Kakek tadi, saya melanjutkan menuju Telaga Mardida, kita keluar lagi kearah perempatan berbentuk K, kita ambil serong kanan. Kalau lurus pun juga bisa namun agak jauh sedikit. Jalanan masih sama, tidak sebagus masuk Desa Tambak tadi. Bahkan batu-batuannya malah besar, jadi sayya harus berhati-hati, karena tipe roda motor saya bukan untuk kondisi jalan seperti ini. Dari planggatan kurang dari 2km saja.
Ketika saya berada di Telaga Mardida ini, ada dua orang anak yang tertarik dengan apa yang saya lakukan, mendekat dan meminta untuk ikut difoto…IMG_8199. Saya menjelaskan saya seorang penikmat candi sukuh,ceto dan planggatan, dua adik-adik ini bilang : ada satu lagi kak, didekat Tawangmangu sana ada Candi Menggung… kakak lewat jalan tembus kea rah Tawangmangu. Wah, sayang… selain waktu sudah merayap sore hari, tenaga dan logistikpun sudah terkuras. Jadi dengan agak menyesal saya bilang mungkin laen kali… lagi-lagi keramahan seperti ini saya dapat…
Sampai ketemu lagi di perjalanan selanjutnya….