Kamis, 28 Desember 2017

Situs 3 Lumpang di Krajan Desa Kenteng Susukan Kabupaten Semarang.

Lumpang 1# Kenteng Susukan

Lumpang Mini Situs Watu Lumpang Kenteng Susukan

Lumpang 3# Kenteng Susukan

Kamis, 28 Desember 2017. Sudah sejak lama radar terarah di sebuah desa dengan nama ikonik situs, yaitu Desa Kenteng Kecamatan Susukan. Secercah harapan mulai terbit ketika Desa Kenteng ikut lomba perpustakaan dan menang menjadi juara 1. Apalagi ketika rekan petugas perpustakaan Desa Mukiran, Mbak Daryati diundang ke Desa Kenteng menjadi narasumber, saya sempat nitip pertanyaan ke perangkat. “Adakah situs peninggalan di Desa Kenteng”, tanya saya waktu itu. Dan ternyata di jawab beberapa saat kemudian dengan 3 buah foto dengan batu yang berbeda!
Sekali dayung 2 tujuan tercapai langsung terpatri dalam benak. Dan yang saya tunggu akhirnya datang juga, hari ini kerja plus blusukan adalah tema blusukan kemisan hari ini, yang pertama mendapat tugas dari kerjaan untuk survai perpustakaan desa potensial menjadi replikasi perpuseru mandiri ---. Dan tentu saja tujuan yang kedua adalah penelusuran situs di Desa Kenteng. Seperti biasa, sesaat setelah mendapatkan kepastian tugas kantor, saya hubungi rekan “The Partner” blusukan kemisan dan tentu saja guide local sekaligus pengelola perpusdes : Mbak Daryati.
Jam 12 siang saya berangkat dari Ungaran, lumayan laju karena mengejar waktu jam 5 sore harus sampai rumah kembali.  Hehehe. Salam durasi! Satu jam kemudian, Saya dan Lek Sur ketemu di Terminal Tingkir. Awalnya maksud saya lewat Tengaran, pertigaan Klero ambil kiri. Namun Lek Suryo kekeuh bahwa ke Susukan lebih dekat lewat Tingkir-Suruh, pasar Suruh Ambil Kanan. Memang sih saya mengerutkan dahi, tapi karena sayapun tak yakin sehingga memilih untuk mengalah dan mengikutinya.
Namun… seperti yang diperkirakan para perangkat desa yang janjian dengan saya, Kami malah memutar Jauh.. hehehe “Lha mosok disik aku”, ungkap Mbak Daryati sambil ngekek. Singkat cerita… saya ya Cuman mesam-mesem ga enak sama rekan saya, walaupun saya juga sering lewat jalur tersebut saat Pusling. Setelah menunaikan kewajiban terlebih dahulu (tugas kerjaan). Kami kemudian ditemani Pak Kaur Pemerintahan Bapak Muhsin, Bapak Giyono, Mbak Daryati dan Suaminya (jadinya rame banget) menuju 3 lumpang di Desa kenteng Susukan. Tapi tetap santai, karena bersama para petinggi desa, sehingga kami tak menemui kendala apapun.
Situs Lumpang #1 Kenteng Susukan

Lumpang 1, Tak butuh waktu lama, tak ada satu menit kami sudah sampai. Karena tak sempat mengambil gambar petunjuk arah gang masuk. Saya yakin bila sahabat ingin pula melihat bukti sejarah masa lalu disini. 
Situs Lumpang #1 Kenteng Susukan
Tanya saja warga desa. Pasti akan di tunjukkan dengan ramah khas desa. Watu Lumpang 1 posisinya di tengah lahan kosong (penuh semak belukar) bekas rumah yang ditinggal pemiliknya ke Hongkong. Sedikit berada di belakang rumah sisi samping.
Situs Lumpang #1 Kenteng Susukan
Konsisi Watu Lumpang memang sudah tak 100% lagi. Selain terpendam dan menyisakan bagian penampang atas saja. Beberapa sisi juga sudah rusak, rompal.
Watu Lumpang ini awalnya posisi 10 m kearah sana, tapi karena akan dibangun rumah. Lumpang ini kemudian digeser”, jelas Bapak Musin sambil menunjuk arah.  
Konon, Watu Lumpang ini saat akan dipindah. Digotong beberapa orang tak kuat, namun saat digeser, didorong dengan alu malah bisa. Aneh memang tapi demikian kenyataannya. Kata Mbah saya”, tambah beliau.
Penampang atas Watu Lumpang 1# :
Situs Lumpang #1 Kenteng Susukan
Yang menggembirakan, Lumpang ini sudah ada tanda pernah didatangi instansi terkait. 
Terlihat dari kode tulisan-angka warna putih, sayangnya  kode angka sudah tak terlalu jelas, sehingga saya tak bisa tahu berapa tinggalan purbakala di Kecamatan Susukan. Sebagai modal penelusuran--- (informasi yang mahal)
Foto Bersama ‘Rombongan’:
Bapak Giyono, Mbak Daryati dan Suami, Bapak Muhsin
Video Amatir Lumpang 1

Lanjut perjalanan menuju Lumpang yang kedua, keluar kembali ke Gang dengan jalan sedikit lebih besar. Dan masih cor-coran. Sampai di (petunjuk) dekat Queen Salon. Krajan RT 04.
SSDRMK di Situs Lumpang #1  Kenteng Susukan
Berlanjut, 
Situs Lumpang #2  Kenteng Susukan
 Watu Lumpang 2, Posisi Watu Lumpang berada di tanah tegalan di atas jalan. Posisi Watu Lumpang ada di bawah tulisan merah di gambah ini :
Menuju Situs Lumpang #2 Kenteng Susukan
Kondisi Lumpang relatif lebih baik dari lumpang yang pertama.
Situs Lumpang #2 Kenteng Susukan
Sama-sama masih terpendam. Kode regristrasi tak saya lihat (Semoga saja hanya pandangan saya yang tak teliti mencari) mungkin karena tertutup rumput atau terpendam tanah.
Situs Lumpang #2 Kenteng Susukan
Fungsi Watu lumpang dari berbagai sumber ; Menumbuk bahan sesajen  yang digunakan untuk ritual, kemudian menumbuh bahan makanan. 
Situs Lumpang #2 Kenteng Susukan
Juga digunakan untuk upacara penetapan tanah perdikan (sima) yang biasanya ada inkripsi/ berciri spesial.
Lumpang di Krajan Desa Kenteng Susukan Kabupaten Semarang.
Video Amatir Watu Lumpang 2
 Saya di Watu Lumpang yang Kedua :
Situs Lumpang #2  Kenteng Susukan

Penanda Situs Watu Lumpang #2 adalah Gang ini :
Menuju Situs Watu Lumpang #2 Kenteng Susukan
Menuju,
Menuju Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan
Watu Lumpang 3. Menuju Lumpang yang terakhir. Masih pula di Dusun Krajan, sehingga tak juga butuh waktu lama.
Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan
Watu Lumpang yang ketiga ini tak terpendam. Nampak keseluruhan. Dari lokasi kami parkir, Lumpang di sisi luar (badan Lumpang) terlihat tak rata yang saya diga rusak karena usaha masif. Ketika mendekat dan mendokumentasikan Lumpang secara Close up. 
Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan
Kami dikejutkan dengan keberadaan Lumpang mini di Lubang Lumpang. “Beberapa waktu lalu, Alu lumpang mini ini masih ada, namun sekarang entah kemana”, jelas Pemilik rumah.
Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan : Limpang Mini
Saya pribadi menduga, lumpang mini ini, pada masa lalu pernah digunakan oleh tabib untuk meracik obat (saya terinspirasi dari dokter anak saya yang sebelumnya saya temui). Beberapa rekan lain meyakini Lumpang seperti ini dipakai untuk menaruh “Kinang”. Beberapa dugaan yang butuh kajian mendalam, butuh riset. Walaupun sebagian besar orang bilang “Hanya Batu”, tapi kenyataanya? Sejarah ini sungguh tak sepele!
Keberadaan 3 Lumpang plus 1 Lumpang mini ini menjadi bukti mutlak. Bahwa Sejarah panjang Kenteng telah ada dan tertinggal disini. Logika sederhana. Nama Krajan, Kemudian Desa Kenteng adalah pertanda bagi yang bisa berpikir. Sebuah potensi besar Bagi Desa Kenteng untuk mengembangkan destinasi sejarah. Apalagi suasana Desa kenteng masih khas desa.
Lumpang Mini Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan
Yang paling riskan, Lumpang mini…. Semoga segera disimpan…. Jangan lagi hilang seperti alu mini nya…. Bisa menjadi Ikon Desa Kenteng… Menurut Saya.. Bisa menjadi benang merah bagi generasi muda yang ingin tahu sejarah desanya…..


Video Amatir Watu Lumpang 3

Konon, Bagian sisi luar (melingkar) Watu Lumpang dipercaya terdapat relief tulisan arab pagon.... namun hanya yang bisa dan mampu membacanya saja. Cerita warga yang saat itu mendekat dan tertarik dengan aktifvitas kami. 
Situs Watu Lumpang #3 Kenteng Susukan
Karena jam mulai menunjukkan alarm bahwa saya harus secepatnya pulang. Rewang saya pulang. Jadilah sesaat setelah pamit saya kemudian Gasss Poll - mblandang bahkan partner saya tinggal…haghagahag.. Wanimen…. Supra 125 ngepret CBR150. Yen ga kepepet gabakalan….
Sampai ketemu di blusukan selanjutnya…..
Suryo Wibowo
Ketahui dan mari lestarikan….
SSDRMK di Situs Lumpang #2  Kenteng Susukan
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

#hobikublusukan

Minggu, 24 Desember 2017

Jejak Peradaban di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang

Jejak Peradaban di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang
          Minggu, 24 Desember 2017. Bagai dapat durian runtuh saja ketika liburan natal pulang ke rumah mertua. 
       Bagaimana tidak, sebelumnya rekan Komunitas yang tinggal di Mranggen Demak, Mas Romi posting tinggalan purbakala di daerah Penggaron yang memang berbatasan dengan Mranggen.
    Beberapa hari sebelumnya sempat berkomunikasi, juga rekan lain "The Partner", tertarik turut serta jadilah.... 
Selain jadi penunjuk jalan, Mas Romi dengan rela saya nebeng motor... sekaligus saya di jemput dari Rumah Mertua di kembangarum. hehehe. terimakasih-nya triple  ya mas...hehehe.             Setelah kumpul semua, dari kembangarum kami kemudian berangkat ke arah Terminal Penggaron, pertigaan Giant lurus, kira-kira 500m kemudian lampu sign arah kanan kami nyalakan.
      Masuk jalan perkampungan, kira-kira 1km lebih dikit (mohon maaf saya tak terlalu hapal), sayapun alpha share lokasi. Jadi sebaiknya sahabat jika ingin ke lokasi minta tolong Guide spesial saja : Mas Romi, Semoga beliau berkenan... hehehe.
Jejak Peradaban di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang
    Beberapa kali belok kanan dan kiri, melewati mushola (saya lupa namanya), sampailah kami..... Situs tepat di ladang Jagung dan Kebun Pisang depan Rumah Bapak Surahman Penggaron Lor Kec. Genuk Kota Semarang.
Situs Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang
         Bukan hanya 1 batu purbakala di situs ini, tapi ada Yoni, Nandi, dan 2 Lapik.
Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang
Arca Nandi, atau yang menjadi cikal bakal nama situs ini serta nama daerah "WATU SAPI", Penggaron Lor, Kec. Genuk ini menjadi fokus pertama kami. 
Kepala Arca nandi Penggaron Lor
 Bentuk Arca Nandi = (Lembu) sangat unik, bentuknya tak seperti  biasa yang saya temui. Nandi yang merupakan wahana (kendaraan) Dewa Siwa ini posisi seharusnya adalah menghadap Yoni, sehingga dugaan saya telah bergeser (walau) sedikit.
Kondisi Arca Nandi masih utuh dengan kepala (sebagian besar yang saya temui saat blusukan sudah terpenggal), namun terlihat sudah mengalami perubahan bentuk karena termakan usia, bagaimana tidak ribuan tahun yang silam.
Bentuk kepala nampak sederhana tak terlalu detail (mungkin karena lapuk) dan agak terasa ganjil. Saya menganggap ganjil karena dari pengalaman saya, rata-rata bentuk secara fisik sangat mirip dengan hewan Sapi (dengan skala ukuran sangat proposional). Kesimpulan saya, Arca Nandi ini unik.
Posisi Njerum (duduk santai versi Sapi, kaki belakang ditekuk) sebelah kanan, yang tak biasa saya temui.
Disebelahnya, merupakan (tuan-nya) : = bila lengkap satu paket YONI-LINGGA.
Yoni Situs Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang

Yoni, merupakan manifestasi dari Dewa Siwa yang diwujudkan dalam satu bentuk. Yoni adalah perwujudan Shakti dewa Siwa.

Kondisi Yoni baik (walau) mengesampingkan ketiadaan pasangannya (= lingga) serta lumut dan jamur di hampir seluruh permukaan Yoni. Di dekat Yoni ada beberapa sajen dan sisa dupa yang tak habis di bakar. Yang membuktikan masih ada yang lelaku di situs ini, namun entah bertujuan apa.
Yoni berukuran sedang, maaf terbiasa lupa untuk mengukur dimensi situs…. (untuk memudahkan saya bagi tiga skala : kecil, sedang dan besar saja untuk memudahkan. Heheh…. Juga sederhana, tapi tetap berhas pelipit, tanpa penangga cerat serta polos tanpa hiasan pada bagias atas cerat. 
Rompal ceratnya : Yoni Situs Watu Sapi
Kondisi penampang atas, terutama bagian luar (penahan air yang mengalir agar keluar melalui cerat) sudah aus di hamper semua sisi. Nampaknya seperti yang sudah-sudah dipakai secara turun temurun untuk mengasah benda tajam seperti Pedang, sabit, parang, dll.
Badan Lingga :

Yoni Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang











Lubang Lingga :

Yoni Watu Sapi Penggaron Lor
Cerat Yoni : 
Cerat Yoni Watu Sapi Penggaron Lor

Dulu ada patungnya pula saat saya masih kecil, namun katanya dibawa ke museum/ siapa saya tak ingat”, cerita pak Surahman. “Malah dulu pernah ada orang yang ingin mencuri Yoni itu. Tapi karena mobilnya tak kuat sehingga tak jadi”, tambah beliau.
Warga masyarakat disini masih menjadikan situs ini keramat, sehingga tak akan pernah setuju bila dipindahkan, sebegai tetenger atau pengingat leluhur”, tutup Bapak Surahman sambil berlalu ingin meneruskan berladang. Semoga pula tetap lestari….
Lapik Arca Situs Watu Sapi Penggaron Lor
Batu yang ketiga, kami duga lapik Arca, walaupun bentuknya identik dengan Yoni, namun tak ada Lubang dimana Lingga berada. 
Lapik Arca Situs Watu Sapi
Berukuran lebih kecil daripada Yoni,  Lapik Arca inilah yang membuat dugaan kami percaya dulunya ada arca / patung dilokasi ini. 

Bahkan lebih (misal sebuah bangunan suci yang lengkap pada masa itu)

Yang terakhir adalah sisa sebuah bentuk batu purbakala. “Yen Aku kok ini sama, lapik arca”, duga Mas Romi. 
Salah satu sisi terlihat sama persis dengan Lapik yang utuh. Kami idem. 

         Berfoto selfie dulu : 
Situs Watu Sapi Penggaron lor
       "Selain Watu sapi, di arah sana ada sumur tua yang dipercaya warga punya keterkaitan dengan Watu Sapi ini", jelas Bapak Surahman sambil menunjuk arah dengan petunjuk pohon kelapa. 
Sumur tua Penggaron
       Dari tempat parkir kami di depan rumah Bapak Surahman, kemudian kami jalan kaki. 
       Saat datang kesini, karena musim hujan tanah tempat berpijak seperti lumpur, benar-benar menyiksa karena selain nyamuk cukup banyak kaki menjadi berlumpur. 
     Ya semua itu hanya ingin tahu bagaimana wujud rangkaian sejarah masa lalu yang tertinggal itu.
        Batu Bata sumur unik, masih memakai batu bata melengkung dan berukuran lebih besar sedikit dari pada Batu bata jaman now. Namun saya duga bukan dari peradaban yang sama dengan Watu Sapi.
Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang
       
      Video Amatir :
 
      Sampai ketemu di kisah penelusuran selanjutnya, Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Situs Watu Sapi Penggaron lor
#HobikuBlusukan

Mie Ayam Pojok Penggaron Lor
        Sebelum pulang, karena memang waktu sudah sore dan kami sudah lapar, mampirlah di "mie ayam pojok', Penggaron Lor.



KAMEHAMEHA
Di Watu Sapi, Penggaron Lor Semarang : SSDRMK, ROMI ROMEO dan SURYO WIBOWO

Kamis, 21 Desember 2017

Situs Watu Gajah, Geblog Sidomukti Bandungan

Situs Watu Gajah, Geblog Sidomukti Bandungan
Kamis, 21 Desember 2017. Heran juga, banyak rekan  yang tetap pura-pura tak tahu saat ditanyakan petunjuk arah. Yang jadi pertanyaan mengapa? Apakah semua pecinta situs seperti itu? Unik dalam arti membuat kesal… Entahlah….. Yang pasti bagi saya pribadi…walau tak dihiraukan banyak jalan menuju tujuan, seribu cara menggali informasi bisa didapatkan. Salah satunya kejadian ya blusukan kemisan ini. Sebuah informasi sesama pecinta situs yang sangat mahal harganya.
Saya mengambil resiko ketika nulis kisah ini,  tapi apa boleh buat. Ini kisah saya…. Tak mampu saya tutupi, juga sebagai penanda kisah saya pribadi puluhan tahun yang akan datang.
Kenapa istilahnya Kemisan?, awalnya memang karena kebiasaan kami blusukan setiap hari Kamis. Karena waktu luang (bisa) ya hanya Hari Kamis, ditambah anak yang libur menjadi Durasi tak terlalu mengikat saya. “Apa Kabar juragan Keset Karangjati?”….
Sampai jam 12 siang kami masih belum punya destinasi, sementara penatnya pekerjaan membutuhkan penawar = blusukan. Kami, (saya dan Lek Suryo) mencoba membuka bank data hasil blusukan rekan yang kami kumpulkan sendiri (Karena pertanyaan petunjuk arah mulai sudah sia-sia tak akan ada jawaban).
Yang kami pilih, yang berjarak relatif dekat yaitu di area Sidomukti Bandungan. (Beberapa situs di area sekitar ; Candi Sidomukti, Petirtaan Prigen, Nandi Mlilir, Lumpang Pakopen dan Masih banyak lagi tentunya).
Tepatnya di Dusun Geblok, Desa Sidomukti. Anehnya, bila bukan saya petunjuk itu dengan mudahnya diberikan, “Diatas Kampung Bunga Clapar”, bunyi petunjuk itu. Rencana nya pingin juga mengabadikan eksistensi diri saat di Clapar ini, (namun ternyata saat pulang gerimis sudah menerpa kami, juga sudah sore = plus lapar). Kami itung sampai 3 kali bertanya tentang destinasi kami, yang terakhir, “Oia ada watu gajah di bawah masjid”, ungkap Ibu petani yang sedang memanen sayur Sawi.
Kami segera meluncur, Watu gajah Tepat di depan bangunan ini (Seberang jalan dusun),

Kami langsung membuat video amatir :

Kondisi Watu Gajah (warga menyebutnya demikian) sudah lapuk, sehingga tak terlalu jelas bentuknya. Orang biasa takkan menyangka bahwa ini adalah anak dari Dewa Siwa,

yaitu Dewa Ganesha yang juga dewa kebijaksanaan, ilmu pengetahuan adalah anak Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Dimana awalnya Ganesha berwujud normal berkepala manusia. Namun karena kesalahannya dan membuat murka Dewa Siwa maka dihukum penggal. 
Dewi Parwati tak terima, kemudian memohon untuk menghidupkan kembali. 
Karena Kepala sudah terpenggal, saat dihidupkan kembali  Ganesha diperintahkan untuk mencari makhluk di dunia. Yang ketemu pertama dan rela diminta kepala adalah Seekor Gajah. 
Singkat cerita Ganesha kemudian dikenal menjadi Dewa berkepala Gajah. 
(maaf cerita ulang yang mungkin kurang bagus).

Beberapa dokumentasi lain :






































Setelah merasa dokumentasi yang saya ambil cukup, kemudian kami pulang. 
Rintik air gerimis mengawal kami bertiga pulang. Yang aneh tepat di depan Mas Iwan Putra (temen komunitas) hujan sangat deras dan mbak laiva tak bawa jas hujan. 
biar kuat ngopi dulu
 Yach… sekalian kucingan pikir saya. Kebetulan yang jualan adalah adik dari mas Iwan Putra ini (yang masih bertalian darah dengan juragan karangjati yang phobia keset…wkwkkwkw. Guyon mas Dhany). Namun ternyata tak sedang dilokasi….
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Situs Watu Gajah, Geblog Sidomukti Bandungan
#terimatantangan
#kapokbertanya
#hobikublusukan

Kamis, 07 Desember 2017

Situs Lesung Lumpang Kaliulo Pringapus

Add caption
Kamis, 7 Desember 2017. Ritual blusukan kemisan berlanjut. Bukan sebuah obsesi, namun hanya sekedar menyempatkan diri berbagi, bukan ingin dikenal tapi lebih baik situs yang kami telusuri diketahui banyak orang, sekali lagi terserah anggapan orang, karena ini sekedar hobi. Ya... hobi yang mungkin aneh bagi banyak orang banyak.
Musim hujan yang sedang puncaknya tak menyurutkan kami untuk berkoordinasi, tetap semangat. Dimana pernah hitz di komunitas kami, "Udan tambah edan, banjir ora mlipir, tetep blusukan" spirit itulah yang masih lekat di hati.
Kamis ini sebenarnya prioritas kami penelusuran luar kota di area Kedu, namun kami juga membuat rencana cadangan bila situasi dan kondisi tak memungkinkan, yaitu beberapa postingan rekan sesama penikmat sensasi blusukan. Kami pilih destinasi yang lumayan dekat. Rabu malam saya mencoba menghubungi lewat WA dan Messanger. Isi dari pesan saya hanya minta petunjuk arah (ancer-ancer). 1 orang yang saya Messanger (sampai keesokan harinya = hari Kamis tidak merespon walaupun tanda sudah dibaca).
Situs Lesung Lumpang Kaliulo Pringapus
Berselisih detik setelah itu, kemudian 2 Orang saya WA. Orang ke kedua dengan pesan yang sama hanya minta petunjuk bukan minta diantar malah melemparkan saran untuk minta petunjuk orang yang ketiga dan malah pamer situs lain.
Setelah itu saya WA orang ketiga, yang kuhubungi lagi-lagi tak ada respon (ternyata dilain hari setelah kisah ini saya tulis, ketemu orang ketiga dan klarifikasi, dia hanya diberi arah saja dan belum pernah diajak serta).
Ya sudahlah, lagu Bondan prakoso langsung terngiang….. Tak pernah mundur. Kami malah tertantang atas attitude rekan tersebut (dari sisi saya, masih kuanggap rekan) ini... Kok ya mahal sekali… sepertinya mau di pek dewe…. hahahah.
Selain Situasi yang tidak memungkinkan untuk blusukan Luar kota, tantangan itu juga yang , membuat kami mengalihkan destinasi. Meluncur menuju Pringapus. Hilang satu tambah satu…. Bagaimana tidak, saat akan berangkat, saya malah dapat tawaran untuk ditunjukkan area Kaliulo Pringapus oleh rekan kerja, Yang juga berdomisili di Pringapus, bertepatan dengan jam pulang kerjanya.
Sesampainya di Lemah Abang hujan tumpah dari langit, sangat deras sekali. Tapi tak menyurutkan langkah  untuk terus melaju. Pertigaan Klepu kami ambil kiri melewati mBodean (situs mBodean), tepat sesampainya di Perempatan Kamasan, hujan tiba-tiba berhenti, sepertinya alam memudahkan kami.
Mengikuti dibelakang rekan, yang berkenan menunjukkan daerah yang dimaksud. Kami belok kiri, sesampainya di hutan karet, PTPN Ngobo area Kaliulo, kemudian kami bertanya kepada sorang ibu penderes karet. “Oh ya ada, Lumpang dan Lesung. Nanti lurus saja ikuti jalan ini, ketemu pertigaan ambil kiri. Ada jembatan masuk kiri lagi. Dipinggir jalan yang biasanya banyak trail lewat”, jelas beliau. 
Tak menunggu lama, kami segera bergegas menuju arah yang dimaksud, masalah kemudian didepan kami. Ternyata ada 2 jembatan dan dua-duanya sebelum jembatan ada jalan arah kekiri dan terdapat jejak ban motor trail. Saya kemudian pilih jembatan pertama. Tancap gas berjalan kaki. Saat mencari dimana gerangan situs itulah gerimis mulai turun.  Kepalang basah saya tetap menyisir dikanan-kiri jalan di area perkebunan karet. 500m pertama semangat tetap tinggi, walau tak ada orang sama sekali. 500m kedua hati saya mulai agak ragu. Tapi tetap saya berjalan agar bila kembali benar-benar mendapat kepastian. 500m ketiga keraguan mulain menyeruak dan sampailah di 500m keempat saya putuskan untuk balik kanan.
Walau tersenyum getir, namun beginilah suka duka blusukan. Dan benar saja dari kejauhan Lek Suryo cengar-cengir…. “Tak kiro ilang, sampai enthek 3 rokok”, ejeknya….. “Situs ada di jembatan yang kedua”, tambahnya.  Karena hujan, mohor diparkir di pinggir jalan beraspal. Kami kemudian jalan kaki.    
Video Amatir :

Berada di dekat jalur pengangkut hasil karet dan banyak jejak Trail, sayangnya melewatkan begitu saja.  
Lesung Pringapus
Kondisinya secara keseluruhan baik bila di lihat dari sisi ketahanan ratusan tahun batu ini walau sama sekali tak ada yang uri – uri.
Kondisi Watu Lesung, lapuk dan retak di beberapa nagian. 
Ditambah lumut jan jamur menggerogoti batu peninggalan ini.
Fungsi Watu Lesung masa lalu, banyak yang menduga dan mengira-ira; sebagai alat untk menyucikan ; pusaka, atau wadah air suci dan guyonan tapi mungkin serius sebagai bejana batu tempat mandi bayi.
Terus terang saya pribadi sangat penasaran fungsi asli Batu ini... semoga kapan-kapan bisa saya temukan (barangkali di kirimi), literatur mengenai fungsi dan kegunaan watu lesung.
Beberapa dokumentasi kondisi terkini (7 des 2017) Watu Lesung ini (semoga tetap mulia dan lestari) :


Kondisi lumpang sedikit berbeda, masih mulus.
Lumpang Kaliulo Pringapus
Menumbuk sajen, biji-bijian atau bahan makanan mungkin menjadi fungsi sakral Watu Lumpang ini. 
Watu Lumpang yang spesial (ada inkripsi, relief) bahkan digunakan untuk upacara penetapan tanah sima.
Sayangnya saya pribadi sejak awal blusukan penelusuran situs ini belum pernah melihat lumpang spesial yang digunakan untuk upacara penetapan tanah perdikan (sima). 
Dibeberapa lokasi, air di watu lumpang dipercaya memiliki khasiat. Ada yang bisa membuat awet muda, juga obat sakit gigi. Bahkan karena kepercayaan penyembuh sakit gigi, syahdan.... di satu lokasi di lereng gunung ungaran ada Watu Lumpang yang dihancurkan karena emosi warga ketika sakit gigi, berkumur dengan air di lumpang tapi malah tambah sakit.
Lubang lumpang bundar sempurna. Lumpang masih 'cantik', dan perbawa nya masih terasa. 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Mohon maaf di kisah kali ini tersirat energi negatif, saya mencoba mengungkapkan semua yang saya rasakan ketika blusukan…. 
Sekalian sebagai penanda dan pengingat kepada saya untuk selalu berpikiran positif
Semoga pertama dan yang terakhir dan menjadi pembelajaran bagi saya.
      Mengakhiri blusukan kemisan ini, selain lelah secara fisik dan hati. Hujan dan jalan kaki lumayan jauh cukup membuat gemetar karena sangat lapar. 
Akhirnya mampir di Mie Ayam di perempatan Kamasan Pringapus 
#terimakasihtantangan
#kapokbertanya
#Hobiku Blusukan