Tampilkan postingan dengan label rorojongrang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label rorojongrang. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Juni 2011

Candi Plaosan

Ekspedisi RoroJongrang

Candi Plaosan
 Setelah candi Sari, tujuan selanjutnya adalah Candi Plaosan, yang letaknya sejajar dengan 4 candi lainnya yaitu candi Prambanan, Candi Bubrah, Candi Lumbung dan Candi Sewu. Dengan peta di tangan hasil modifikasi sendiri (sumbernya tentu saja ngopy dari mbah google) langsung meluncur menuju Candi Plaosan. Melewati Kompleks Candi Prambanan, (termasuk Candi Sewu,Bubrah dan lumbung). Kurang dari 10 menit, perjalanan melewati prambanan sampailah di Candi Plaosan. Untuk area parkir berada di depan candi yang merupakan lahan milik warga. Rehat sebentar sambil melepas dahaga, saya menyempatkan diri untuk bertanya tentang informasi-informasi mengenai candi Plaosan ini.
Ternyata, Candi Plaosan terbagi menjadi Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Untuk Candi Plaosan luas kompleks dan lebih banyak jumlah reruntuhan bangunan candinya. Jarak antara kedua candi kurang dari 200 meter. Candi Plaosan Lor ada di tepi jalan utama, sedangkan Candi Plaosan Kidul berada di jalan masuk tepat didepan Candi Plaosan Lor.
Stupa di Candi Plaosan
Setelah minta ijin dan membayar biaya masuk (penjaga membebaskan  memberi uang masuk berapa, kata penjaga tadi seikhlasnya), k arena lumayan ramah beda dengan candi Kedulan yang saya kunjungi sebelumnya biar membedakan saya bayar Rp.4.000,- (hehehehe). Baru sebentar jeprat-jepret arca dan bangunan candi, udara terasa panas sekali. Karena lupa membawa topi, “tak ada rotan akarpun jadi” akhirnya saya pakai kaos sebagai penutup kepala darurat.
Candi Plaosan adalah Sebuah candi yang dibangun oleh Rakai Pikatan untuk permaisurinya, Pramudyawardani. Terletak di Dusun Bugisan Kecamatan Prambanan, arsitektur candi ini merupakan perpaduan Hindu dan Budha.

Candi Plaosan = Candi Kembar


Kompleks Plaosan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Kedua candi itu memiliki teras berbentuk segi empat yang dikelilingi oleh dinding, tempat semedi berbentuk gardu di bagian barat serta stupa di sisi lainnya. Karena kesamaan itu, maka kenampakan Candi Plaosan Lor dan Kidul hampir serupa jika dilihat dari jauh sehingga sampai sekarang Candi Plaosan juga sering disebut candi kembar.
Bangunan Candi Plaosan Lor memiliki halaman tengah yang dikelilingi oleh dinding dengan pintu masuk di sebelah barat. Pada bagian tengah halaman itu terdapat pendopo berukuran 21,62 m x 19 m. Pada bagian timur pendopo terdapat 3 buah altar, yaitu altar utara, timur dan selatan. Gambaran Amitbha, Ratnasambhava, Vairochana, dan Aksobya terdapat di altar timur. Stupa Samantabadhara dan figur Ksitigarbha ada di altar utara, sementara gambaran Manjusri terdapat di altar barat.
Arca di dalam candi tanpa kepala (kenapa?)

Candi Plaosan Kidul juga memiliki pendopo di bagian tengah yang dikelilingi 8 candi kecil yang terbagi menjadi 2 tingkat dan tiap-tiap tingkat terdiri dari 4 candi. Ada pula gambaran Tathagata Amitbha, Vajrapani dengan atribut vajra pada utpala serta Prajnaparamita yang dianggap sebagai "ibu dari semua Budha". Beberapa gambar lain masih bisa dijumpai namun tidak pada tempat yang asli. Figur Manujri yang menurut seorang ilmuwan Belanda bernama Krom cukup signifikan juga bisa dijumpai.
Bagian Bas relief candi ini memiliki gambaran unik pria dan wanita. Terdapat seorang pria yang digambarkan tengah duduk bersila dengan tangan menyembah serta figur pria dengan tangan vara mudra dan vas di kaki yang dikelilingi enam pria yang lebih kecil. Seorang wanita ada yang digambarkan sedang berdiri dengan tangan vara mudra, sementara di sekelilingnya terdapat buku, pallet dan vas. Krom berpendapat bahwa figur pria wanita itu adalah gambaran patron supporter dari dua wihara.
Seluruh kompleks Candi Plaosan memiliki 116 stupa perwara dan 50 candi perwara. Stupa perwara bisa dilihat di semua sisi candi utama, demikian pula candi perwara yang ukurannya lebih kecil. Bila berjalan ke bagian utara, anda bisa melihat bangunan terbuka yang disebut Mandapa. Dua buah prasati juga bisa ditemui, yaitu prasasti yang di atas keping emas di sebelah utara candi utama dan prasasti yang ditulis di atas batu di Candi Perwara baris pertama.
Salah satu kekhasan Candi Plaosan adalah permukaan teras yang halus. Krom berpendapat teras candi ini berbeda dengan teras candi lain yang dibangun di masa yang sama. Menurutnya, hal itu terkait dengan fungsi candi kala itu yang diduga untuk menyimpan teks-teks kanonik milik para pendeta Budha. Dugaan lain yang berasal dari para ilmuwan Belanda, jika jumlah pendeta di wilayah itu sedikit maka mungkin teras itu digunakan sebagai sebuah wihara (tempat ibadah umat Budha).
Jika melihat sekeliling candi, anda akan tahu bahwa Candi Plaosan sebenarnya merupakan kompleks candi yang luas. Hal itu dapat dilihat dari adanya pagar keliling sepanjang 460 m dari utara ke selatan serta 290 m dari barat ke timur, juga interior pagar yang terdiri atas parit sepanjang 440 m dari utara ke selatan dan 270 m dari barat ke timur. Parit yang menyusun bagian interior pagar itu bisa dilihat dengan berjalan ke arah timur melewati sisi tengah bangunan bersejarah ini.
Kedamaian di Plaosan

Setelah puas mengeksplor candi Plaosan, agar tidak lagi tersesat atau muter2 tak tentu arah mencari keberadaan candi. Saya mencoba menggali informasi sebanyak-banyaknya dimana candi Sewu, karena tujuan saya selanjutnya candi sewu.

Candi Bubrah

Ekspedisi Rorojonggrang


Setelah Candi sebelumnya yaitu Candi Prambanan dan candi Lumbung, dengan jalan kaki saya lanjutkan ke candi yang konon sesuai namanya Candi Bubrah (bahasa jawa yang berarti Rusak), berjarak ±500m dari Candi lumbung.  Jadi candi ini berada diantara Candi Lumbung dan Candi Sewu. Candi Bubrah adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan, yaitu di antara candi utama Roro Jonggrang dan candi Sewu. Dinamakan Bubrah karena memang keadaannya rusak (bubrah dalam bahasa Jawa) sejak pertama kali ditemukan. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno, satu periode dengan candi Sewu.








Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat pertama kali ditemukan masih terdapat beberapa patung Buddha, walaupun tidak utuh lagi. 
Sama seperti Candi Lumbung, Candi Bubrah diperkirakan dibangun pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi yang memiliki latar belakang agama Budha ini memiliki dimensi 12 m x 12 m, terbuat dari batu andesit, dan sisa reruntuhan candi hanya setinggi sekitar 2 meter saja. Disana saya menemukan beberapa arca Budha yang sudah tidak ada kepalanya. 

Banyaknya material rekontruksi menjadikan saya sungkan untuk masuk areal candi Bubrah. Saya puaskan memandang dari pagar nya saja, soalnya ada rasa takut merusak / mengganggu para pekerja yang sedang merekontruksi Candi Bubrah ini, Karena Bagaimanapun menyusun kembali reruntuhan menjadi candi tidaklah mudah, ibarat "PUZZLE"  raksasa yang dibutuhkan konsentrasi yang tinggi untuk dapat menyelesaikan.
Semoga Candi Bubrah tidak lama lagi siap untuk dikunjungi, agar generasi muda kita tahu keluhuran bangsa kita. amin!

Rabu, 01 Juni 2011

Candi Lumbung

ekspedisi rorojongrang

Berjarak sekitar 500m dari candi Prambanan, dengan berjalan kaki, lapangan rumput dan deretan pepohonan yang asri juga melewati taman bermain anak dan kompleks museum prambanan. rasa nyaman, sekaligus kedamaian tercipta disini. sungguh cocok untuk rekreasi keluarga, selain rekreasi sejarah juga menyegarkan pikiran. Apabila kurang menyenangi jalan kaki, di kompleks candi ini disediakan tour dengan kereta mini, tapi tentunya tidak cukup puas menikmati candi ini satu persatu. Saat saya ekspedisi ini Candi lumbung masih di rekontruksi kembali, alias direnovasi.

Candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan ini diperkirakan dibangun pada abad ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini dinamakan Candi Lumbung mungkin karena bentuknya yang menyerupai lumbung padi dan diperkirakan dibangun pada tahun 850 Masehi.Total terdiri atas 16 candi-candi kecil.Sebagian candi, termasuk candi utama yang ditengah dalam kondisi rusak, dan sedang diupayakan perbaikan, meskipun sempat diguncang gempa 2006 kemarin, namun kerusakan yang diakibatkan tidak separah kompleks Candi Prambanan. 
Candi Lumbung
Terus terang, saya hanya sekilas saja, alias cuma memutari candi ini, tidak masuk kedalam candi. Dikarenakan candi masih dalam tahap renovasi. Saat saya ke candi ini masih banyak pekerja yang menusun "puzzle' candi, jadi saya tidak mau mengganggu. semoga suatu saat nanti jika saya kembali ke sini can di ini sudah berdiri berjejeran dengan megah....




Candi Sari

ekspedisi rorojonggrang
Candi Sari
 Setelah, mengalami kejadian yang kurang menyenangkan di Candi Kedulan, tujuan selanjutnya adalah candi Sari.  Letak candi ini hanya 500 meter dari Jalan Raya, tepatnya di Jl. Solo - Jogjakarta Km. 14, untuk penanda jalan masuk adalah kantor Telkom, setelah ketemu langsung lurus saja, kelihatan dari jalan candi Sari.
Seperti yang sudah-sudah membayar terlebih dahulu Rp. 2000,- kemudian mulailah meng"EKSPLOR" keindahan candi Sari.
Peta Petunjuk Ekspedisi rorojongrang
CANDI SARI berarti candi yang indah, terletak di Desa Bendan, Kelurahan Tirtamartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman DIY. Candi Sari ditemukan dalam keadaan rusak berat, kemudian pada tahun 1929 dipugar oleh Dinas Purbakala, selama setahun. Tahun pendirian candi ini belum dapat diketahui dengan jelas, hanya diperkirakan tahun berdirinya sama dengan pendirian candi Kalasan, yakni abad 8 M pada masa pemerintahan Rakai Panangkaran, bersamaan dengan masa pembangunan Candi Kalasan. Kedua candi tersebut memang memiliki banyak kemiripan, baik dari segi arsitektur maupun reliefnya. Keterkaitan kedua candi ini diterangkan dalam Prasasti Kalasan (700 Saka / 778 M). 
Dalam Prasasti Kalasan diterangkan bahwa para penasehat keagamaan Wangsa Syailendra telah menyarankan agar Maharaja Tejapurnama Panangkarana, yang diperkirakan adalah Rakai Panangkaran, mendirikan bangunan suci untuk memuja Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha. Untuk pemujaan Dewi Tara dibangunlah Candi Kalasan, sedangkan untuk asrama pendeta Buddha dibangunlah Candi Sari. Fungsinya sebagai asrama atau tempat tinggal terlihat dari bentuk keseluruhan dan bagian-bagian bangunan dan dari bagian dalamnya. Bahwa candi ini merupakan bangunan agama Buddha terlihat dari stupa yang terdapat di puncaknya
Candi Sari terdiri dari kaki, tubuh dan atap, Candi Sari berbentuk persegi panjang, dengan ukuran 17,30 x 10 m, walaupun konon denah dasar aslinya lebih panjang dan lebih lebar, karena kaki yang asli menjorok keluar sekitar 1,60 m. Tinggi keseluruhan candi dari permukaan tanah sampai puncak stupa adalah 17 - 18 meter. Gerbang candi, yang lebarnya kira-kira sepertiga lebar dinding depan dan tingginya separuh dari tinggi dinding candi, sudah tak ada lagi. Yang tersisa hanya bekas tempat bertemunya dinding pintu gerbang dengan dinding depan.
Tubuh candi terdiri atas tiga ruangan atau bilik yang berjajar yang masing-masing dihubungkan dengan lubang pintu diantara tembok pemisah. Pada bagian tubuh candi bagian luar terpahat arca arca yang diletakkan menjadi dua baris diantara jendela. Arca ini merupakan Dewa Bodisatwa dan Tara berjumlah 36 buah, yakni 8 di sisi timur, 8 di sisi utara, 8 di sisi selatan dan 12 di sisi barat. Pada umumnya arca ini memegang teratai merah atau biru, serta semua arca ini digambarkan dalam sikap lemah gemulai, yaitu dengan sikap Tribangga, begitu pula dengan roman mukanya digambarkan jauh lebih tenang dan halus serta tidak terlalu mewah hiasannya seakan akan disesuaikan dengan tempat suci agama Budha. Selain itu di sebelah kiri kanan jendela ada pahatan Kinara Kinari atau mahluk kayanganyang berwujud setengah manusia setengah burung. Candi Sari ini di bagian luar dilapisi dengan Bajralepa dimaksudkan untuk memperhalus dinding dan pengawet batu supaya tidak lekas aus.
Melihat bentuk bangunan candi yang terdiri atas beberapa bilik candi yang lantainya dari kayu, jendela bergeruji dari kayu, pintu yang terdiri dari kayu, maka dahulu candi Sari dipergunakan sebagai tempat tinggal atau Vihara yakni sebagai tempat meditasi dan asrama bagi pendeta menganjar para siswanya, dimana didalamnya terdapat sebuah kuil.
Menurut Kempers, Candi Sari ini aslinya memang merupakan bangunan bertingkat dua atau bahkan tiga. Lantai atas dulunya digunakan untuk menyimpan barang-barang untuk kepentingan keagamaan, sedangkan lantai bawah dipergunakan untuk kegiatan keagamaan, seperti belajar-mengajar, berdiskusi, dsb. Tembok candi ini juga dilapisi dengan vajralepa (brajalepa), lapisan pelindung yang juga didapati di dinding-dinding Candi Kalasan. Dari luar telah terlihat bahwa tubuh candi terbagi menjadi dua tingkat, yaitu dengan adanya dinding yang menonjol melintang seperti "sabuk" mengelilingi bagian tengah tubuh candi. Pembagian tersebut diperjelas dengan adanya tiang-tiang rata di sepanjang dinding tingkat bawah dan relung-relung bertiang di sepanjang dinding tingkat atas.
Relung-relung di sepanjang dinding luar candi, baik di tingkat bawah maupun atas, saat ini dalam keadaan kosong. Diperkirakan, relung-relung tersebut tadinya dihiasi dengan arca-arca Buddha.
Dinding luar tubuh dipenuhi pahatan arca dan hiasan lain yang sangat indah. Ambang pintu dan jendela masing-masing diapit oleh sepasang arca lelaki dan wanita dalam posisi berdiri memegang teratai. Jumlah arca secara keseluruhan adalah 36 buah, terdiri dari 8 arca di dinding depan (timur), 8 arca di dinding utara, 8 di dinding selatan, dan 12 di dinding barat (belakang). Ukuran arca-arca itu sama dengan ukuran tubuh manusia pada umumnya.
Pada bagian lain dinding dipenuhi dengan pahatan berbagai bentuk, seperti Kinara Kinari (manusia burung), suluran, dan kumuda (daun dan bunga yang menjulur keluar dari sebuah jambangan bulat). Di atas ambang jendela dan relung-relung dihiasi dengan Kalamakara tanpa rahang bawah dalam bentuk yang sangat dekoratif dan jauh dari kesan seram. Sebagaimana dengan yang terdapat pada dinding Candi Kalasan, dinding Candi Sari juga dilapisi oleh lapisan Vajralepa, yang berfungsi memberikan warna cerah dan mengawetkan batu.
Tangga naik ke permukaan kaki candi telah hancur. Di sisi tangga terdapat sebuah umpak batu. Tidak jelas apakah umpak batu itu memang berada di tempatnya semula, namun tampaknya bagian bawah umpak tadinya terbenam dalam tanah.
Pintu masuk berada di tengah sisi yang panjang di sebelah Timur. Aslinya, ambang pintu di dinding candi tersebut terletak dalam bilik penampil yang menjorok keluar. Saat ini bilik penampil tersebut sudah tidak bersisa, sehingga pintu masuk ke ruang dalam candi dapat langsung terlihat. Hiasan di bingkai dan Kalamakara di atas ambang pintu sangat sederhana, karena hiasan yang indah terletak di dinding luar bilik pintu.
Di dalam candi terdapat tiga ruangan berjajar yang masing-masing berukuran 3,48 m x 5,80 m. Kamar tengah dan kedua kamar lainnya dihubungkan oleh pintu dan jendela. Bilik-bilik ini aslinya dibangun sebagai bilik bertingkat. Tinggi dindingnya dibagi dua dengan lantai kayu yang disangga oleh empat belas balok kayu yang melintang, sehingga dalam candi ini seluruhnya terdapat 6 ruangan. Dinding bagian dalam kamar polos tanpa hiasan. Pada dinding belakang masing-masing kamar terdapat semacam rak yang letaknya agak tinggi yang dahulu dipergunakan sebagai tempat upacara agama dan menempatkan arca. Di lantai bawah terdapat beberapa tatakan arca dan relung bekas tempat meletakkan arca. Tak satupun dari arca-arca tersebut yang masih tersisa saat ini. Pada dinding kamar utara dan kamar selatan terdapat relung untuk menempatkan penerangan
Lantai dan bagian bangunan yang terbuat dari kayu sekarang sudah tidak ada, tetapi pada dinding masih terlihat lubang-lubang bekas tempat menancapkan balok penyangga. Di dinding bilik yang paling selatan didapati batu-batu yang dipahat menyerong, yang berfungsi sebagai penyangga ujung tangga yang terbuat dari kayu
Atap candi berbentuk persegi datar dengan hiasan 3 buah relung di masing-masing sisi. Bingkai relung juga dihiasi dengan pahatan sulur-suluran dan di atas ambang relung juga dihiasi dengan Kalamakara. Puncak candi berupa deretan stupa, yang terdiri atas sebuah stupa di setiap sudut dan sebuah di pertengahan sisi atap.

Candi sari.... The beautiful one                                                              

Selasa, 31 Mei 2011

Candi Prambanan

ekspedisi rorojongrang

Akhirnya sampai juga di Prambanan.... seumur-umur baru kali ini berkunjung ke candi ini, walau fisik sudah ngos2an, tapi karena melihat keindahan candi hindu yang cantik ini semangat berkobar lagi.Tidak sabar rasanya melihat kecantikan Rorojonggrang....
Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah. Candi yang utama yaitu Candi Siwa(tengah), Candi Brahma (selatan), Candi Wisnu (utara). Didepannya terletak Candi Wahana (kendaraan) sebagai kendaraan Trimurti; Candi Angkasa adalah kendaraan Brahma (Dewa Penjaga), Candi Nandi (Kerbau) adalah kendaraan Siwa (Dewa Perusak) dan Candi Garuda adalah kendaraan Wisnu (Dewa Pencipta).
candi apit
Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.
Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.
Pada dinding pagar langkan candi Siwa dan candi Brahma dipahatkan relief cerita Ramayana , sedangkan pada pagar langkah candi Wisnu dipahatkan relief Krisnayana. masuk candi Siwa dari arah timur belok ke kiri akan anda temukan relief cerita Ramayana tersebut searah jarum jam, relief cerita selanjutnya bersambung di candi Brahma.
Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.
candi brahma
Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).
Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.
candi siwa
Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.
Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta? Jawabannya silakan cari tahu sendiri. Sebab, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.
Nah, masih banyak lagi yang bisa digali di Prambanan. Anda tak boleh jemu tentunya. Kalau pun akhirnya lelah, anda bisa beristirahat di taman sekitar candi. Tertarik? Datanglah segera. Sejak tanggal 18 September 2006, anda sudah bisa memasuki zona 1 Candi Prambanan meski belum bisa masuk ke dalam candi. Beberapa kerusakan akibat gempa 27 Mei 2006 lalu kini sedang diperbaiki.
Candi Rara Jonggrang atau Lara Jonggrang yang terletak di Prambanan adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia. Candi ini terletak di pulau Jawa, kurang lebih 20 km timur Yogyakarta, 40 km barat Surakarta dan 120 km selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengahdan Daerah Istimewa Yogyakarta. Candi Rara Jonggrang terletak di desa Prambanan yang wilayahnya dibagi antara kabupaten Sleman dan Klaten.
Candi ini dibangun pada sekitar tahun 850 Masehi oleh salah seorang dari kedua orang ini, yakni: Rakai Pikatan, raja kedua wangsa Mataram I atauBalitung Maha Sambu, semasa wangsa Sanjaya. Tidak lama setelah dibangun, candi ini ditinggalkan dan mulai rusak.

Legenda ROROJONGGRANG
arca roro jongrang
Pada jaman dahulu kala di Pulau Jawa terutama di daerah Prambanan berdiri 2 buah kerajaan Hindu yaitu Kerajaan Pengging dan Kraton Boko. Kerajaan Pengging adalah kerjaan yang subur dan makmur yang dipimpin oleh seorang raja yang arif danbijaksana bernama Prabu Damar Moyo dan mempunyai seorang putra laki-laki yang bernama Raden Bandung Bondowoso.
Kraton Boko berada pada wilayah kekuasaan kerajaan Pengging yang diperintah oleh seorang raja yang kejam dan angkara murka yang tidak berwujud manusia biasa tetapi berwujud raksasa besar yang suka makan daging manusia, yang bernama Prabu Boko. Akan tetapi Prabu Boko memiliki seorang putri yang cantik dan jelita bak bidadari dari khayangan yang bernama Putri Loro Jonggrang.
Prabu Boko juga memiliki patih yang berwujud raksasa bernama Patih Gupolo. Prabu Boko ingin memberontak dan ingin menguasai kerajaan Pengging, maka ia dan Patih Gupolo mengumpulkan kekuatan dan mengumpulkan bekal dengan cara melatih para pemuda menjadi prajurit dan meminta harta benda rakyat untuk bekal.
Setelah persiapan dirasa cukup, maka berangkatlah Prabu Boko dan prajurit menuju kerajaan Pengging untuk memberontak. Maka terjadilah perang di Kerajaan Pengging antara para prajurit peng Pengging dan para prajurit Kraton Boko.
Banyak korban berjatuhan di kedua belah pihak dan rakyat Pengging menjadi menderita karena perang, banyak rakyat kelaparan dan kemiskinan.
Mengetahui rakyatnya menderita dan sudah banyak korban prajurit yang meninggal, maka Prabu Damar Moyo mengutus anaknya Raden Bandung Bondowoso maju perang melawan Prabu Boko dan terjadilan perang yang sangat sengit antara Raden Bandung Bondowoso melawan Prabu Boko. Karena kesaktian Raden Bandung Bondowoso maka Prabu Boko dapat dibinasakan. Melihat rajanya tewas, maka Patih Gupolo melarikan diri. Raden Bandung Bondowoso mengejar Patih Gupolo ke Kraton Boko.
Setelah sampai di Kraton Boko, Patih Gupolo melaporkan pada Puteri Loro Jonggrang bahwa ayahandanya telah tewas di medan perang, dibunuh oleh kesatria Pengging yang bernama Raden Bandung Bondowoso. Maka menangislah Puteri Loro Jonggrang, sedih hatinya karena ayahnya telah tewas di medan perang.
Patung Loro Jonggrang
Maka sampailah Raden Bandung Bondowoso di Kraton Boko dan terkejutlah Raden Bandung Bondowoso melihat Puteri Loro Jonggrang yang cantik jelita, maka ia ingin mempersunting Puteri Loro Jonggrang sebagai istrinya.
Akan tetapi Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso karena ia telah membunuh ayahnya. Untuk menolak pinangan Raden Bandung Bondowoso, maka Puteri Loro Jonggrang mempunyai siasat. Puteri Loro Jonggrang manu dipersunting Raden Bandung Bondowoso asalkan ia sanggup mengabulkan dua permintaan Puteri Loro Jonggrang. Permintaan yang pertama, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan sumur Jalatunda sedangkan permintaan kedua, Puteri Loro Jonggrang minta dibuatkan 1000 candi dalam waktu satu malam.
Raden Bandung Bondowoso menyanggupi kedua permintaan puteri tersebut. Segeralah Raden Bandung Bondowoso membuat sumur Jalatunda dan setelah jadi ia memanggil Puteri Loro Jonggrang untuk melihat sumur itu.
Kemudian Puteri Loro Jonggrang menyuruh Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur. Setelah Raden Bandung Bondowoso masuk ke dalam sumur, Puteri Loro Jonggrang memerintah Patih Gupolo menimbun sumur dan Raden Bandung Bondowoso pun tertimbun batu di dalam sumur. Puteri Loro Jonggrang dan Patih Gupolo menganggap bahwa Raden Bandung Bondowoso telah mati di sumur akan tetapi di dalam sumur ternyata Raden Bandung Bondowoso belum mati maka ia bersemedi untuk keluar dari sumur dan Raden Bandung Bondowoso keluar dari sumur dengan selamat.
Raden Bandung Bondowoso menemui Puteri Loro Jonggrang dengan marah sekali karena telah menimbun dirinya dalam sumur. Namun karena kecantikanPuteri Loro Jonggrang kemarahan Raden Bandung Bondowoso pun mereda.
Kemudian Puteri Loro Jonggrang menagih janji permintaan yang kedua kepada Raden Bandung Bondowoso untuk membuatkan 1000 candi dalam waktu 1 malam. Maka segeralah Raden Bandung Bondowoso memerintahkan para jin untuk membuat candi akan tetapi pihak Puteri Loro Jonggrang ingin menggagalkan usaha Raden Bandung Bondowoso membuat candi. Ia memerintahkan para gadis menumbuk dan membakar jerami supaya kelihatan terang untuk pertanda pagi sudah tiba dan ayam pun berkokok bergantian.
Mendengar ayam berkokok dan orang menumbuk padi serta di timur kelihatan terang maka para jin berhenti membuat candi. Jin melaporkan pada Raden Bandung Bondowoso bahwa jin tidak dapat meneruskan membuat candi yang kurang satu karena pagi sudah tiba. Akan tetapi firasat Raden Bandung Bondowoso pagi belum tiba. Maka dipanggillah Puteri Loro Jonggrang disuruh menghitung candi dan ternyata jumlahya 999 candi, tinggal 1 candi yang belum jadi.
Maka Puteri Loro Jonggrang tidak mau dipersunting Raden Bandung Bondowoso. Karena ditipu dan dipermainkan maka Raden Bandung Bondowoso murka sekali dan mengutuk Puteri Loro Jonggrang “Hai Loro Jonggrang candi kurang satu dan genapnya seribu engkaulah orangnya”. Maka aneh bin ajaib Puteri Loro Jonggrang berubah ujud menjadi arca patung batu.
Dan sampai sekarang arca patung Loro Jonggrang masih ada di Candi Prambanan dan Raden Bandung Bondowoso mengutuk para gadis di sekitar Prambanan menjadi perawan kasep (perawan tua) karena telah membantu Puteri Loro Jonggrang.

Dan menurut kepercayaan orang dahulu bahwa pacaran di candi Prambanan akan putus cintanya. buktikan saja sendiri....

Candi Prambanan dikenal kembali saat seorang Belanda bernama C.A.Lons mengunjungi Jawa pada tahun 1733 dan melaporkan tentang adanya reruntuhan candi yang ditumbuhi semak belukar. Usaha pertama kali untuk menyelamatkan Candi Prambanan dilakukan oleh Ijzerman pada tahun 1885 dengan membersihkan bilik-bilik candi dari reruntuhan batu. Pada tahun 1902 baru dimulai pekerjaan pembinaan yang dipimpin oleh Van Erp untuk candi Siwa, candi Wisnu dan candi Brahma. Perhatian terhadap candi Prambanan terus berkembang. Pada tahun 1933 berhasil disusun percobaan Candi Brahma dan Wisnu. Setelah mengalami berbagai hambatan, pada tanggal 23 Desember 1953 candi Siwa selesai dipugar. Candi Brahma mulai dipugar tahun 1978 dan diresmikan 1987. Candi Wisnu mulai dipugar tahun 1982 dan selesai tahun 1991. Kegiatan pemugaran berikutnya dilakukan terhadap 3 buah candi perwara yang berada di depan candi Siwa, Wisnu dan Brahma besarta 4 candi kelir dan 4 candi disudut / patok.
Bagian tepi candi dibatasi dengan pagar langkan, yang dihiasi dengan relief Ramayana yang dapat dinikmati bilamana kita berperadaksina (berjalan mengelilingi candi dengan pusat candi selalu di sebelah kanan kita) melalui lorong itu. Cerita itu berlanjut pada pagar langkan candi Brahma yang terletak di sebelah kiri (sebelah selatan) candi induk. Sedang pada pagar langkan candi Wishnu yang terletak di sebelah kanan (sebelah utara) candi induk, terpahat relief cerita Kresnadipayana yang menggambarkan kisah masa kecil Prabu Kresna sebagai penjelmaan Dewa Wishnu dalam membasmi keangkaramurkaan yang hendak melanda dunia.
Bilik candi induk yang menghadap ke arah utara berisi parung Durga, permaisuri Dewa Shiwa, tetapi umumnya masyarakat menyebutnya sebagai patung Roro Jonggrang, yang menurut legenda, patung batu itu sebelumnya adalah tubuh hidup dari putri cantik itu, yang dikutuk oleh ksatria Bandung Bondowoso, untuk melengkapi kesanggupannya menciptakan seribu buah patung dalam waktu satu malam.
Candi Brahma dan candi Wishnu masing-masing memiliki satu buah bilik yang ditempati oleh patung dewa-dewa yang bersangkutan.
Dihadapan ketiga candi dari Dewa Trimurti itu terdapat tiga buah candi yang berisi wahana (kendaraan) ketiga dewa tersebut. Ketiga candi itu kini sudah dipugar dan hanya candi yang ditengah ( di depan candi Shiwa) yang masih berisi patung seekor lembu yang bernama Nandi, kendaraan Dewa Shiwa.
Patung angsa sebagai kendaraan Brahma dan patung garuda sebagai kendaraan Wishnu yang diperkirakan dahulu mengisi bilik-bilik candi yang terletak di hadapan candi kedua dewa itu kini telah dipugar.
Keenam candi itu merupakan 2 kelompok yang saling berhadapan, terletak pada sebuah halaman berbentuk bujur sangkar, dengan sisi sepanjang 110 meter.
Didalam halaman masih berdiri candi-candi lain, yaitu 2 buah candi pengapit dengan ketinggian 16 meter yang saling berhadapan, yang sebuah berdiri di sebelah utara dan yang lain berdiri di sebelah selatan, 4 buah candi kelir dan 4 buah candi sedut.
Halaman dalam yang dianggap masyarakat Hindu sebagai halaman paling sacral ini, terletak di tengah halaman tengah yang mempunyai sisi 222 meter, dan pada mulanya berisi candi-candi perwara sebanyak 224 buah berderet-deret mengelilingi halaman dalam 3 baris.
Candi ini Benar benar mempesona seperti kecantikan Rorojongrang dalam imajinasi saya

Senin, 30 Mei 2011

CANDI KALASAN

ekspedisi rorojongrang
Candi Kalasan
Candi KALASAN
Hari kedua, pagi jam 07.00 berangkat dari rumah seorang kawan :  http://www.facebook.com/profile.php?id=100001891770582, langsung menuju candi kalasan yang terletak di Jalan Solo –Yogyakarta Km.14, letak candi sangat dekat dengan jalan raya hanya 50m saja. Kalau anda dari solo maka candi ada disebelah kiri anda. Persis didepan RS. Bhayangkara. Dibandingkan di Candi Sambisari, penjaga disini lebih ramah. Setelah Membayar Rp. 2000,- untuk tanda masuk mulailah eksplor candi Kalasan ini.
Keberadaan Candi kalasan dapat dikaitkan dengan sebuah prasasti batu yang berbahasa sansekerta berhuruf Prenagari, berangka tahun 700 saka atau tahun 778 Masehi. Didalam Prasasi (disebut) Kalasan itu disebutkan tentang diperingatinya jasa Raja Panangkaran yang telah membangun sebuah kuil bagi Dewi Tara dan memuat arca dewi yang ditahtakan di kuil tersebut. Yang kemudian dinamakan Tarabhawana (nama asli Candi Kalasan). Selain itu didalam prasasti Kalasan juga disebutkan tentang pendirian tempat tinggal (asrama) bagi para pendeta dengan menghibahkan desa Kalasa kepada para sanggha. (Prasasti Kalasan kini disimpan di Museum Nasional Jakarta dengan nomor D-147)
Didalam Prasasti tersebut, baik kuil dewi Tara maupun asrama disebut sebagai wihara. Asrama yang disebutan dalam prasasti, sering dikaitkan dengan keberadaa Candi Sari yang berada disisi timur laut Candi Kalasan.
Candi Kalasan ini adalah Candi Budha, memiliki keunikan tersendiri dibandingkan candi-candi lain disekitar prambanan. Berdasarkan penelitian terhadap struktur bangunan candi, diketahui bahwa bangunan yang kita saksikan ini adalah bangunan ketiga, diperkirakan penyebutan angka 700 saka dalam prasasti, tentu bukan bangunan yang saat ini terliht, melainkan bangunan yang baru.
Seni hias pada Candi Kalasan juga mempunyai corak khas yakni berupa pola hias sulur gelung yang ditempatkan secara vertikal sehingga bisa member kesan tinggi pada bangunan. Sisa bangunan yang tertinggal, saat ini 24m. Bangunan tubuh candi berdiri pada batur setinggi 1m dengan kaki candi setinggi 3m. tubuh 13m dan atap 7m.
Untuk tubuh candi berdenah bujursangkar berukuran 16,5 x 16,5m. Disetiap sisi bangunan terdapat pintu dengan tangga, pintu utama ada disisi sebelah timur yang menuju bilik utama candi. Dahuli didalam bilik utama candi ini terdapat sebuah arca yang cukup besar, hal ini diketahui karena masih ada dudukan arca yang sangat besar.
Relief pada tubuh bangunan candi dipahat secara halus yang kemudian dilapisi dengan lapisan Brajalepa, yakni semacam semen pelapis sisi luar bangunan. Lapisan Brajalepa ini terlihat hingga 3 lapis yang saling bertumpuk. Berdasarkan analisis laboratorium lapisan Brajalepa terdiri dari pasir kwarsa 30%, Kalsit 40%, kalkopirit 25% serta lempung 5%.
Atap Candi Kalasan (dulu terpasang genta)
Keunikan lain dari candi kalasan ini adalah dijumpainya batu monolit di tangga pintu masuk di sisi sebelah timur. Batu ini sering disebut sebagai moonstone. Candi kalasan merupakan komplek bangunan yang terdiri dari bangunan induk yang dikelilingi oleh stupa sebanyak 52buah yang mengelilingi candi.
Dibagian atap, dulunya juga dipasang genta, yang kini disimpan di Museum Sana Budaya, genta ini terbuat dari perunggu, yang sekarang tersimpan di Museum Sana Budaya.