Tampilkan postingan dengan label relief. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label relief. Tampilkan semua postingan

Kamis, 20 Juli 2017

Situs Makam Banyukuning, Bandungan : Part 1 - Makam Pertama

Lingga diSitus Makam Banyukuning

Kamis, 27 Juli 2017. Masih di blusukan tiap hari Kamis. Untuk menjadikan cetarrr... beberapa rekan menyebut kemisan bahkan ada yang ngemis. Berkat rekan : Suryo Dona yang emnjadikan istilah Kemisan sering berlalu lalang di tiap kamis. maturnuwun Kang Dona... 
Kalo bagi saya pribadi si, karena hari Kamis ini memang paling bisa melarikan diri dan dimaklumi Double mumpung ; 1, mumpung absensi belum memakai sidik jari, hahaha.., 2. Juga masih bisa, karena nampaknya mulai minggu depan tugas Ternak (nganter anak) pulang sekolah jam 1 mesti menjadi kendala karena durasi menjadi mepet sekali. 
Sayangnya, yang bikin aneh... seringkali tiap blusukan hari hari Kamis destinasi situs berlokasi di makam umum, jadi ketika warga mengirim doa keluarga yang mendahului, kami malah klinteran mengganggu konsentrasi. Maaf ngelantur.
Kembali ke ritual kemisan, awalnya hari ini kami ingin meluncur menuju kota Tembakau : Temanggung. Namun karena terlihat awan menghitam menggelayut di sisi gunung ungaran disekitar Kaloran Temanggung. Kemudian kami mengubah tujuan.
Saat mencari lokasi yang ingin kami telusuri inilah, saya teringat janji Bapak Mustain Mardzuki tentang janji beliau untuk menjadi guide. Walaupun saya sebenernya lupa beliau menawari mengantar yang mana...xixiix saking banyaknya situs yang kepingin ditelusuri. By the way, Ini adalah naskah ke 185 situs khusus kab. Semarang yang telah berhasil saya telusuri dan masih banyak lagi yang belum.
Sesaat setelah berangkat, diperjalanan kami teringat pula sebuah blog yang menampilkan watu candi berceceran  di makam Banyukuning, dimana beberapa tahun yang lalu saya pernah menelusuri Situs Watu Gentong Banyukuning, akan tetapi tidak menyangka, didekatnya ada pula banyak struktur batuan candi yang lain.
Info juga saya dapat dari rekan senior di Komunitas Dewa Siwa ; Mba Derry. "Sisi masjid sebelah kiri masuk, di makam belakang masjid ", begitu bunyi pesan Whatshapp nya.
Beberapa rekan yang kami hubungi, angkat tangan ; ada yang takut hujan, ada yang kesetnya kehujanan ada yang takut goreng gembusnya jadi gosong.... jadilah hanya saya dan Suryo Dona yang melanjutkan ritual Kemisan.
Menuju Banyukuning, sangat mudah. Sebelum ke arah Gedongsongo/ sebelum SPBU ada jalan masuk kiri, papan petunjuk nama Banyukuningpun ada. Ikuti jalan tersebut, kurang dari 1km gang pertama sebelah kanan (gapura berbentuk seperi rudal), masuk saja ikuti jalan,tersebut, sampai ketemu dengan Masjid yang di depan kedua sisi ada Watu gentong.
Sayangnya, kami dislokasi info... kami ambil jalan kiri tangan kami bukan kiri masjid. Sempat bertanya kepada warga, setelah mendapatkan penjelasan lebih detail, yang ternyata ada dua makam. kemudian kami menuju gumuk di makam Kyai Kuning berada. Dan kami di sisi jalan yang tidak sepenuhnya salah.
Menuju Gumuk makam Kyai Kuning, sing Bubakyoso  Banyukuning ;
Gumum Situs Makam Banyukuning 

Menuju Situs Makam, melewati Tangga. Iseng saja saat naik saya juga menghitung anak tangga ; berjumlah 62. jadi tidak terlalu tinggi,
Langsung disajikan pemandangan :


Watu candi di "pemakaman".... Dijadikan makam. Banyaknya struktur batu berbentuk kotak, beberapa berpola menguatkan dugaan kami disinii dulunya ada sebuah bangunan suci (= candi). Apalagi ciri geogrfia letaknya ; di ketinggian, tanah yang subur dan dengat dengan lokasi pusat religius masa lalu : Gunung Ungaran = Gedong Songo)

 Seperti sebuah ratna, puncak candi :

















Batu Batu yang kami duga kuat adalah bagian dari bangunan suci masa lalu (Semua foto by Suryo Dona ):







    Makam Kyai Kuning, Di buatkan rumah cungkup makam, 
Alhamdulillah nya tak dikunci, 
Makam Kyai Kuning, Banyukuning Bandungan

Di dalam lingkup, makam kyai Kuning sendiri, masing masing patokan,  setelah kain mori (penutup) kami buka :



menurut hemat kami adalah sepasang Lingga.
Lalu dimana Yoninya???? entahhlah, semoga saja masih terpendam, bukan digepuk... seperti yang sudah - sudah. Lingga yang merupakan pasangan dari Yoni dan diletakkan diatas (penampang bagian atas Yoni) yang terdapat lubang.
Lingga seperti nyawa dari sebuah media manifestasi dewa siwa. Sebagai sarana memuja dewa, Lingga menjadi faktor penting sehingga yang sering yang hilang atau dirusak duluan adalah Lingga. Bersyukur Lingga ini tak akan mungkin hilang. 




Saat proses membuka kain mori penutup ini, entah kenapa saya merinding sekali ditambah gemetar. Padahal saya hanya melihat alias menonton saja. "Haallah paling kono ngelih", Suryo Dona mencoba menentramkan hati saya (yang sudah mau lari keluar kalau tak inget malu.. wkwkwk).
Beberapa batu berelief yang tertangkap mata kami :













Video amatir penelusuran : (nunggu Proses Uplod di You Tube)
Bersama Suryo Dona "Sang Partner Kemisan" :
Suryo Dona

Yuk, Kita Lestarikan
Di Situs Makam Banyukuning

Salam peradaban.
Mohon maaf tulisan saya ini hanya berupa catatan perjalanan. Saya bukan ahli sejarah... jika banyak kesalahan mohon maklum dan mohon dimaafkan. Salam.

Situs Makam Banyukuning, Bandungan : Part 2 - Makam Kedua

Antefik, Makam Situs Banyukuning
     Kamis, 20 Juli 2017. Sambungan dari Penelusuran Makam Banyukuning part 1Dari makam desa Banyukuning 1, kemudian kami balik lagi arah masjid. Dimana info awal dari mba Derry kami dapat. 
      Sisi kiri masjid, jalan kecil berpaving menuju makam. Terdapat antefik dan batuan candi di permakamkan. 
     Didalam Masjidpun, Mimbarnya konon juga sangat kuno ;
Masjid Bnayukuning









     Sambil menahan lapar, kami segera bergegas. 
   Ternyata antefik berada dekat dengan gerbang masuk makam. Tengok saja 2 makam yang spesial berhiaskan antefik di bagian atas maesan. Nampaknya yang dimakam adakah pasangan suami istri. 
      Detail antefik.... sekali lagi fokus saya antefiknya, Bukan makamnya.










      Didekatnya, beberapa makam memakai hiasan batu candi berbentuk Kotak. 
Watu Candi di Makam Banyukuning

      Setelah saya rasa cukup, kemudian saya istirahat di deket bangunan yang pikir saya awalnya adalah gudang tempat krenda berada. Sementara Suryo Dona, keliling area makam, mencari kemungkinan batu candi lain. 
       Beberapa struktur batu candi :












    




    Tersebarnya struktur batuan candi di Makam ini menguatkan dugaan keberadaan sebuah bangunan suci masa lalu (=candi), yang pada prosesnya di zaman itu berganti fungsi. 
      Beberapa saat setelah istirahat, kebetulan ada warga yang selesai ziarah kubur, kemudian saya minta izin dan menjelaskan maksud kami. 
      "Ya dulu memang banyak mas, tinggal-an jaman wali. Kalo aslinya makam yang bubakyoso ya disini, kemudian waktu itu ada keributan kecil / rebutan. Akhirnya makam dipindahkan ke atas, di makam yang berada di gumuk", jelas Bapak tersebut. 
(Jika pembaca punya versi lain tentang sejarah banyukuning, bolehlah dibagi di komentar naskah ini ya).
      Tanpa diduga, beliau membuka pintu bangunan (yang awalnya saya pikir tempat menyimpan krenda), "Ini lho mas, makan Kyai", kata beliau. 
Makam Banyukuning
     Terpukau, sangat terpana dengan yang saya lihat. 
Yang menjadi patokan kemuncak. Bagian atas sebuah Bangunan. 
      "Kyai asli daerah sini, sementara istri beliau orang Yaman Timur Tengah", tambah Bapak tersebut.
      Detail Tinggalan yang berada di area cungkup makam (bangunan tertutup) :








Video Amatir :

      Foto partner Blusukan :
Suryo Dona
Salam peradaban
 

Situs Makam Lanjan, Sumowono : reruntuhan Candi

Situs Makam Lanjan
           Kamis, 20 Juli 2017. Destinasi terakhir Penelusuran Hari Kamis ini atau yang biasa kami sebut Ritual kemisan, karena Durasi memang mengejar kami. Setelah Sebelumnya berturut-turut Situs Makam Banyukuning Part 1 dan Part 2, Kemudian Situs Watu Lumpang Sikebrok, Watu Gandu.
Parkir disini : Menuju situs makam lanjan
      Dari Watu Gandu kami keluar menuju Pasar Sumowono kemudian ambil kiri arah ke Kaloran Temanggung. Lurus terus sampai ketemu pertigaan, jika ke kanan menuju Temanggung, bila ke kiri arah Genting Jambu. Kami Ambil kiri, kira-kira 200m kami kemudian parkir. 
         Situs berada di atas gumuk, warga menyebut dengan Bukit Manjeran yang berada di tengahtengah area makam. Setelah parkir motor di pinggir jalan, kemudian kami langsung dihadapkan undakan tangga yang lumayan tinggi, 3x lipat dari undakan tangga di Makam Banyukuning Part 1.
pemandangan dari atas makam lanjan
     Namun pemandangan dari atas, sangat sepadan, Gunung Ungaran tampak gagah perkasa, biru menyejukkan.
     Sejarah diceritakan tutur tinular tentang siapa yang dimakamkan di sini. Konon pada masa lalu tersebutlah seorang pimpinan laskar pengikut Pangeran Diponegoro. Beliau adalah Syekh Abdurrahman. Yang dikirim dari Tegal Rejo Magelang, berikut pasukannya untuk menyerang posisi VOC di barat (Batavia).
       Saat laskar sampai di sekitar Bukit Manjeran, dan beristirahat tiba-tiba ada sergapan dari tentara kompeni. Syech Abdurrahman akhirnya gugur.
     Dalam wasiatnya, beliau meminta untuk dikubur dilokasi yang tinggi. Sempat makam dipindah 3 kali, karena dilokasi yang pertama dan kedua ada saja yang bermimpi ketemu syech Abdurrahman dan beliau tak berkenan.
Makam Syech Abdurrahman : Situs Makam Lanjan

     Akhirnya dipilihlah puncak bukit Manjeran, yang juga konon sebelumnya terdapat reruntuhan bangunan kuno. Makam Syech Abdurrahman sendiri di susun dengan tatanan bekas batuan candi.  
Situs Makam Lanjan
           Batu Berpola, hiasan pelipit dan batu kuncian terlihat tertata rapi :




      
    Di sekitar makam, banyak tersebar batu struktur candi :












Relief : Situs Makam Lanjan

Pak Mustain Mardjuki dengan Helm Pink
     Di tempat yang tinggi, dekat dengan sumber air adalah salah satu konsep masyarakat peradaban Hindu Klasik ketika membangun sebuah tempat suci.
     Di makam Lanjan ini ada beberapa pohon Bringin besar yang usianya konon sudah ratusan tahun.








Suryo Dona, partner Blusukan Kemisan :
Suryo Dona





















Video Amatir :
Mari Ketahui, Lestarikan
Situs Lanjan


Salam Peradaban

nb : 
     Diolah dari berbagai sumber dan hasil guide Pak Mustain Mardjuki