Kamis, 09 Februari 2017

Jejak Peradaban di Mluweh Ungaran timur

 Februari 2017, 
Kamis Blusukan alias Kemisan stiil go on,  penelusuran ini berkat Rekan The Real National Treasure  KangWidjatmiko alias Miko yang berasal dari ratusan kilometer dari ungaran, kearah timur jauh… tapi beliau malah punya segudang informasi komplit. Sayangnya tak mau berbagi kecuali beliau sudah menelusur… hehehehehe…. “Yopora kang?”.
Dewa Siwa blusukan
     Dan untung saja rekan kami dari Dewa Siwa berkesempatan menemaninya saat penelusuran di area ini. Jadi kali ini gantianlah si oknum paling nakal (uyeng-uyeng di kepala 2 loh) ora bagus dewe ini menjadi penunjuk jalan kami.
Kumpul di perpusda Ungaran (alun-akun lama), yang kebetulan saya kerja di sini… (Lumayan, wis mbonceng, dipethuk sisan)…. 
 Personel yang turut serta berturut-turut, sesuai kedatangan : Lek Trist, mas Dhany dan Mas Iwan ( Putra), Lek Suryo, mas Eka Double (Ucrit dan ucrot) -B dan WP.
Kami kemudian melucur menuju lokasi melewati wanawisata Penggaron (Katanya akan dikembangkan jadi Kebun Binatang ya? Jateng Park???. 
Saat mengambil gambar di depan gerbang Penggaron, kami kedatangan tambahan blusuker Ibu-Ibu sosialita (=baca rempong), Salah satunya Bu Noorhayati... Yang entah berminat ikut atau dipaksa/ tapi kami tetap apresiasi tinggi. Mari bu blusuk…. Ketahui dunia masa lalu tanpa harus mahal!
Wanawisata Penggaron

Dalam perjalanan menuju situs, Kami sempat pula menengok makam yang berada di puncak bukit, di bawah wanawisata penggaron.  Tak kami temui yang ingin kami telusuri dimakam ini, kami kemudian melanjutkan perjalanan menuju Kantor Desa Mluweh, 
Kantor Desa Mluweh Ungaran Timur
Ada Arca Nandi (nandi ke 1) di Halaman Kantor Desa Mluweh, Dekat dengan Papan nama : 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 

Dari informasi yang diperoleh Mas Eka Budhi, Arca Nandi ini sudah tak insitu lagi. Melainkan pindahan dari sebuah gumuk didepan Kantor desa ini (sekitar 500m). 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Kondisi arca Nandi yang terpenggal sudah lama sekali dan tak ada yang tahu ikhwal terpenggal serta dimanakah gerangan kepala arca Nandi ini. Mungkin memang sudah terlalu lama.
Ekor Arca Nandi yang melingkar dibadan masih terlihat jelas.
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Posisi nandi duduk njerum, atau kaki sebelah kanan arca ditekuk kedalam. 
Arca Nandi di kantor Desa Mluweh. 
Arca Nandi detail di kantor Desa Mluweh. 
Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur

Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur
#Paulodybalamask style di Arca Nandi Kantor desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 

Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur
Blusuk Kemisan dengan personel paling rame, seru, rempong… hehehehehe… 
Arca Nandi  Mluweh Ungaran timur

Arca Nandi adalah wahana (kendaraan) dari Dewa Siwa, umumnya bila ada arca Nandi, ada pula Lingga Yoni, Pendamping Yoni dan Struktur Bangunan Suci bahkan sering pula arca Siwa/ Durga... –candi yang lain. Namun sampai saat saya nulis kisah penelusuran kami ini kami belum memperoleh secercah cahaya.
Perjalanan Kami lanjutkan menuju destinasi kedua, masih di Desa Mluweh kira kira kami berjalan sekitar 300m.


Lumopang Tegalsari Mluweh
 Ada Lumpang di depan rumah warga, Tepatnya didusun, tegalsari Desa Mluweh Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Tak banyak cerita yang kami dapat dari si pemilik rumah, satu-satunya tinggalan cerita bahwa lumpang ini dulu dibawa oleh kakek buyutnya dari gumuk dekat rumah.
Lumopang Tegalsari Mluweh

Lumpang yang bisa berfungsi macam-macam pada jaman dulu, masa peradaban hindu kuno ditanah jawadwipa ini antara lain berfungsi; Penetapan wilayah sima, ritual keagamaan tertentu, sesajen kepada dewi padi, Dewa kesuburan dan bahkan tempat menaruh benih yang akan ditanam.
Lumopang Tegalsari Mluweh
 Kondisi Lumpang secara keseluruhan relatif bagus, hanya di satu bagian atas Lumpang nampak rompal (mungkin tak sengaja terkena platokan kapak), serta tak ketinggalan lumut tumbuh disisi sebelah luar dimana lumpang ini terimbas air hujan.
#Paulodybalamask style di Watu Lumpang Tegalmiring Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 


























              Melanjutkan penelusuran kami kedestinasi ketiga, kali ini di rumah seorang warga dengan petunjuk didepan MI Diniyah, (setelah masjid) 
Tegalsari Mluweh
Lapik Sajen (bisa arca), masih berdebat diantara kami. (16)
Lapik (1) tegalsari Mluweh
                  Lapik berada di dalam kamar mandi seorang warga, bapak…. . Kami beruntung tuan rumah sangat ramah khas desa…. Malah disarankan untuk membawa keluar disisi lain di salah satu ruangan rumah.
Lagi-lagi nihil cerita mengenai lapik ini, masih sama dengan sebelumnya.

Lapik (1) tegalsari Mluweh
Lapik ini dibawa oleh buyutnya dari Gumuk kemudian dirawat secara turun-temurun sampai sekarang. 
Secara keceluruhan Kondisi Lapik masih aman dari lumut, mungkin karena berada dikamar mandi dan setiap saat terpantau. Salut kepada pemilik rumah yang tetap merawat. 
Semoga Mulia.

Lapik (1) tegalsari Mluweh
 Walaupun sederhana namun lapik masih terlihat indah dengan sisa-sisa relief, sebagian dari kami menduga malah inkripsi / tulisan, sebagian lagi adalah ukiran.



Lapik (1) tegalsari Mluweh

     Foto bersama saat berdiskusi, terlihat raut bahagia—bahagia itu bagi kami sederhana, Melihat warga turut merawat Situs yang berada di area rumahnya!
Lapik (1) tegalsari Mluweh
                Dan penelusuran berlanjut, Kami berjalan kaki melewati jembatan (jalan desa) hanya 10m dari jembatan kemudian masuk melewati sebelah rumah penduduk dan ketemu dengan ,
Arca nandi yang Kedua,


                Diletakkan diatas batu alam, dengan bentuk batu yang pas sekali dengan Arca Nandi. Masih berada di Dusun Tegalsari (dulu namanya tegalmiring). Dan seperti sudah biasa, dan lagi-lagi kepala arca Nandi ini musnah, dipenggal… entah dijaman apa sudah tanpa kepala arca. Ibarat Manusia tanpa kepala, kehilangan arti manusia tersebut.
      Bagian kaki juga terlihat kerusakan, entah karena apa kami tak paham.
Posisi khas Arca Nandi, Njerum
Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
                Saat ketemu dengan tuan tumah, hanya cerita nandi ini tak pernah pindah, malah sempat dibeli tapi si pembeli tak berani. “Untung dikembalikan!, jadi tak putus sejarah desa ini!!. Kami semakin penasaran ketika dibelakang rumah terlihat gumuk… Rasa penasaran kami mengalahkan segalanya. (Beberapa dari kami akhirnya menelusuri keatas Gumuk, namun sementara ini hasilnya masih zhoonk).

#Paulodybalamask style di Arca Nandi kedua di Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 
Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
     Berpose lengkap, mengerubungi Arca Nani, #Bahagiaitusederhana #Ketahuidanlestarikan

Arca Nandi (2) Tegalsari Mluweh
                Saat kami akan melanjutkan, seorang bapak melambaikan tangan, kode untuk kami mendekat. Dan….. Ada Lingga jadi Umpak tiang rumah (kandang) kambing. @#$@$#@@!!.

Ada Lingga, (26)
Lingga Mluweh
        Sayang sekali Lingga yang tersisa hanya bagian Bawahnya saja, Namun masih terlihat jelas ciri Lingga, Segi empat kemudian sambung dengan segi enam.


Lingga Mluweh
                Ukuran Lingga yang cukup besar menjadikan kami gelisah, Dimanakah rimbanya Yoni???? “Sudah dihancurkan mas dibuat material jalan!!!”, langsung teriris hati kami, bukan lebay…. Malah tersayat perasaan kami. Sedih hanya bisa menyesal tanpa mampu mencegah. “Belum ada 5 tahun ini watu kotak berlubang tengah yang di gepuk itu”, lanjut Beliau menambah retak hati kami. 
Lingga Mluweh : potongan










                










      Walaupun terlambat namun kami yakin belum sepenuhnya, kedatangan kami dengan cukup banyak personel ini menarik perhatian. Aktivitas dokumentasi kami sampai di kandang kambing semoga dipahami oleh warga. Orang bukan asli sini saja menghargai tinggalan leluhur ini, masa yang asli abai… semoga tumbuh pikiran-pikiran itu.
                Ya, tujuan kami adalah edukasi…. Karena hanya itu kemampuan kami, cukuplah biar Negara (BPCB )yang menangani selanjutnya…..

#Paulodybalamask style di Lingga Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur. 
Lingga Mluweh
Dengan langkah gontai kami mengikuti sang guide, ayo terakhir ke Lapik Arca sekalian pulang, jalur kita lurus nanti tembus heavenhill.
Tak sampai 1 menit, sampailah kami. Di pos ini (yang bikin gila, Pos ini dulu tempat saya dan Lek Suryo bertanya kepada warga ketika akan menuju Situs Kebontaman…. Dan di seberangpos ini tujuan kami terakhir. GILA!!!! 
pos kamling mluweh
Terlebih dulu minta ijin kepada pemilik rumah, dan ternyata yang mendampingi kami adalah anak dari yang punya rumah yang baru saja meninggal. Cerita yang masih sama, ini adalah tinggalan buyut beliau dan tak tahu darimana berasal. Sudah sejak kecil ada di rumah ini. Juga Tak pernah diceritakan asal muasalnya.
Lapik (sajen), 


Lapik (2) Mluweh

Overall kondisi Lapik masih bagus, tanpa lumut karena terlindung dari panas dan hujan, berada di teras rumah. Detail nya lebih rumit dari lapik sebelumnya, juga berukuran sedikit lebih besar.
Lapik (2)  Mluweh
Saat kami ngobrol dan mendengarkan si ibu bercerita, tiba-tiba sebuah mobil berhenti (silver-mobilsejutaumat), penumpang turun dengan topi koboi berteriak ”Apa yang kalian lakukan???!!!”, Saya Pemilik Rumah!!!!,Jangan Macam-macam, Siapa Kalian!”, berondongan amarah ini memperlihatkan kualitas Bapak ini. Sambil mendekati kami, dan dengan mata memerah…. Nafas ternyata berbau alkhohol…. Achhh. Kirain apa, ternyata XXXXXX….. Kami mencoba menjelaskan aktifitas kami Bahwa kami Komunitas Pecinta Budaya, Situs dan Watu Candi. Generasi Muda yang ingin napak tilas, nguri-nguri kebudayaan leluhur. Dan tak bermaksud sedikitpun jelek. 
lapik (2) Mluweh
Masih dengan nada mengancam, “Apa kalian mahasiswa KKN? Dari kelurahan mana….?!!, “Akhirnya kami sadar percuma berbicara dengan panjang lebar menjelaskan dengan bapak mabuk ini… Kami mencoba tak terlalu menanggapi, karena percuma. Kami fokus saja dengan Lapik yang berharga ini…. Tak berapa lama berlalu pergi 
Oh itu adik saya mas”, jelas ibu yang menemani kami. Ya Sudahlah…. Beginilah suka duka kami… warna-warni kehidupan nyata. Tapi tetap tak membuat kami kapok. 
Lapik (2) Mluweh
Untuk selalu Bergerak….. Masih banyak yang menerima dengan tangan terbuka dan apresiasi dengan aktivitas Kami. Semoga Lapik ini tetap mulia sebagaimana sebelumnya…. Rahayu…rahayu… 


Saatnya pulang dan kembali ke kehidupan kami yang ramah…. Dan tak sabar segera membagikan dengan kalian, kisah kami dihari ini yang seru ini….

#Paulodybalamask style Lapik kedua Dusun Tegalsari Desa Mluweh Kecamatan Ungaran Timur.
 
Salam Pecinta Situs dan Watu candi!

nb : Karena kendala teknis saat publish naskah ini, dimensi serta data lain (dari Mas Eka Budhi)... akan saya tambahkan lain hari.... Maturnuwun

Jumat, 03 Februari 2017

Wisata Cagar Budaya Jubelan Sumowono : Sebuah Kisah Menelusuri Jejak Peradaban

Sigandu Jubelan Sumowono
3 Februari 2017.
Sesungguhnya, blusukan Jumat ini, (jangan ditambahi akhiran –an setelah hari seperti ritual Blusuk Kamisan, kuwalat)… sebenarnya setengah ragu-ragu. Karena tak yakin dengan personel yang berangkat menuju destinasi kali ini.
Namun, hujan deras ternyata tak mengurangi kegilaan rekan-rekan saya (#sayawaras.. haghaghag. – ini hakvetopenulis) dari mulai yang datang ke Perpusda Ungaran : Mbah Eka W. Prasetya, kemudian menunggu sambil ngalamun Mas Eka Budhi (di Komunitas kami punya panggilan kesayangan : Mas Ucrit = karena 2 nama eka, untuk membedakan saja….). 
Kemudian berturut-turut pula kami jemput di bangjo  Karangjati ‘si raja kemul keset gatel’ Mas Dhany Putra, “Apa kabar mamanya kak Ros mas?” Wakakakak… Setelah itu nyulik yang selalu berusaha pose chubby tapi gagal terus mas Iwan putra di Jimbaran setelah pasar (ssstttt! ini masih saudara nakalnya mas Dhany).
Saat sampai di Bandungan, dekat dengan lokasi mbok bakul terong penyet Mbak Derry … tertarik juga ber Jumat ‘blusukan bersama’. Namun karena sesuatu hal kami bersepakat untuk bertemu di lokasi blusukan.
Sebelumnya, penelusuran kali ini berkat informasi dari seseorang yang nampaknya (sedang) berbaik hati—pengaruh tanggal muda analisa kami. Matur-thenkyu Pak Tri Subekso, dengan sangat terbatas memberikan Clue untuk petunjuk jalan bagi kami. “Di Makam Watugandu Jubelan Sumowono ada, trus jalan melewati sawah  sebentar nanti akan ketemu ini…", dilampiri pula foto dengan pixel yang nampaknya gambar difoto kemudian difoto foto lagi…. (=baca blawur).
makam jubelan
Pede saja (sebenarnya nekat, terlanjur malu bila mundur). Meluncur ke Jubelan Sumowono, kami bertanya kembali posisi jubelan.. entah kenapa dari kami berempat tak ada yang pakai aplikasi Gmaps… Gang masuk sebelah kanan, ada tulisan Masuk Ke RA Jubelan. Ikuti jalan kampung tersebut, kira kira 500m sebelah kiri destinasi pertama kami. Makam Jubelan.
Karena kami menelusuri ulang apa yang telah Pak Tri Subekso dan kawan2 beliau lakukan jadi hanya tinggal crosscheck saja…  dan memang ada… Dibeberapa area makam, memakai unsur watu candi sebagai nisan (pathokan = bahasa jawa).
Beberapa yang lain :


Yang paling terlihat jelas : 
di makam jubelan sumowono
seperti sebuah stuktur dasar bangunan (=candi) mirip bagian dari ‘genta’ candi.
Setelah kami merasa cukup, kemudian kami melanjutkan merekontruksi petunjuk yang kedua : “Dari makam melewati sawah sebentar” serta sebuah gambar tak terlalu tajam menjadi pedoman tambahan kami.
Warga yang pertama kami temui, seorang ibu menjawab dengan raut muka ragu-ragu. “Mungkin dimakam sana, tapi makam disebelah sana tak ada sawahnya”, Jelas ibu tersebut. Untuk meyakinkan hati kami tetap mengekor beliau menuju makam-makam yang lain, kbetulan beliaupun berjalan kearah tersebut. Saat mengikuti ibu ini, dari kejauhan kami dengar suara cemenkling khas suara   …..  Mba Derry. Hasilnya, kami belum menemukan seperti gambar yang Pak tri Subekso berikan kepada kami. Tetap Semangat dan masih berada dijalur nekat.
Kami keluar kembali ke jalan raya dimana kami memarkirkan kendaraan, sambil nyari warung untuk beli minum (modusnya tanya dengan gambar dimanakah lokasi).
Sedikit harapan muncul dari Bapak pemillik warung, semangat penelusuran memancar kembali. Kemudian kami menyusuri jalan kampung. Namun kami tetap maju mundur, galau tak merana, singkat cerita akhirnya ketemu dengan beberapa remaja yang sedang ‘nongkrong’ di sebelah mushola. Secercah arah sudah kami dapat.. “Lewat lapangan, ambil jalan yang ada jembatan cor dengan lebar kurang dari 1 meter, kemudian susuri pematang sawah cari saja mas pohon sirsak”, urai pemuda tersebut.
Semangat berkobar kembali, segera kami parkir dilokasi dimana didekatnya ada sebuah batu besar yang dikeramatkan warga, dan asal muasal dusun ini di kenal dengan Watu Sigandu. Disitulah legenda berasal. Namun maaf saya tak berani menampilkan. Auranya begitu kuat..
Kami kemudian melanjutkan menyusuri jalan tanah, melewati rimbunan bambu pethung dan sampai di lapangan Bola. 
foto model payung bayi by Eka Budhi, 
Beberapa anak yang sedang bermain bola, serempak geleng kepala saat kami perlihatkan gambar yang diberikan oleh Pak Tri Subekso. Kami tetep nekat berjalan kedepan, kepalang basah. Namun salah satu dari kami, Mas dhany putar haluan dan memakai motor Mba Derry memutuskan bertanya ke Warga, nampaknya duration melanda.. haghaghag
Kami sempat menemukan makam kuno lain yang nampaknya lama tak terawat, tak ada warga yang bisa kami temui dan bercerita kepada kami ikhwal makam kuno ini. Sayang sekali putus generasi. Namun bukan ini yang kami tuju. Saat keluar dari makam kuno ini, kami bertemu dengan penduduk dan beruntungnya beliau ternyata paham dengan tujuan kami.
Kami segera mengikuti arah telunjuk beliau, sambil berlari kecil, tim terdepan saya dan Mas Eka Ucrit seperti iklan kelinci energizer.. menabuh genderang perang segera meluncur menyusuri pematang dan melewati aliran air jernih, dingin dan deras.
Finally, Makam Padasan, Watu Sigandu Jubelan Sumowono!
Cagar Budaya Jubelan Sumowono
Karena masih berdua, kami segera mengeksplor sepuas-puasnya mumpung ta ada obyek kamera yang mengganggu. Hehehe. Sayangnya SLR pinjaman di tas yang dibawa Mas dhany…. $%$#$&@.
Sebuah kompleks tiga Makam kuno, ‘Padasan’ Warga mengenal demikian, Namun sejarahnya misteri, seperti warna batu andesit yang mengelilinginya….Kelabu!  
Cagar Budaya Jubelan Sumowon
Tiga makam ini, disusun dari batu berbentuk, namun yang paling ‘membetot’ perhatian kami adalah makam yang berada ditengah atau makam nomor ke-2
.      Selain batu berbentuk kotak terlihat jelas keindahan yang dapat di’rasa’. Ada pola dan sentuhan tangan yang sedemikian halusnya. 
Ada dua genta/ struktur dasar candi dibagian sisi depan dan belakang makam, ada bagian dari kemuncak, ada batu yang seperti trap-trap-an berpola simetris dan presisi teratur, nampak unik tentu saja ada juga batu kotak sederhana namun tegas. Sentuhan tangan yang berbeda sekali dengan tangan jaman ini. 
Dimakam yang pertama, atau sebelah kiri kami dari arah jalan raya Sumowono – Limbangan ternyata kurang dari 100m saja dari jalan!!! . Karena berada di tanaman tetean yang cukup besar sehingga rindang, teduh menjadikan batu kotak penyusun nisannya berlumut. 
Makam yang ketiga, atau disebelah kanan kami, sama seperti makam yang pertama. Sederhana. Tersusun dari batu candi kotak sederhana namun tegas menyisakan keindahan peradaban bagi yang bisa berpikir.
Dari informasi yang kami dapat, beberapa bulan lalu ada tim arkeologi dari UI yang datang kesini… Semoga ini menjadi awal yang baik bagi usaha pelestarian jejak peradaban luhur ini. Mulia lah yang memuliakan tinggalan para leluhur!
Beberapa Video Amatir saat kami disini…. (proses upload--Masih nunggu sinyal wifi ok)

Oh ya rekan-rekan yang mulia yang fotonya tercantum... bila anda marah atas meme lucu tapi edan ini.... resikonya Traktir mie ayam.

Foto-foto kegilaan rekan Kami,







Saya, mohon maaf yang tak terkira ketika menulis kisah kami ini yang Gila… karena memang dangkalnya pengetahuan kami. Mohon pencerahanya… mohon koreksinya bila keliru. Di link FB saya  (inbox): @sasadara manjer kawuryan. Salam

#paulodybalastyle

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Kunjungi Keindahan alam, eksotisnya suasana dan jangan lupangan berharganya peradaban ini.