Sabtu, 12 Mei 2018

Watu Candi Watu Candi di Makam Kuno Kebondowo Banyubiru : Oleh - Oleh dari Festival Rawa Pening 2018

Festival Rawa Pening 2018
      Minggu, 12 April 2018. Cerita yang saya sampaikan kali ini terkait dengan partisipasi Dewa Siwa di Festival Rawa Pening Tahun 2018 yang berlokasi di area wisata Bukit Cinta Banyubiru. 
       {Jadi lebih dulu saya cerita ngalor dulu, (ngidulnya adalah blusukan)} Komunitas Dewa Siwa “Ditawari” ikut pameran dan diberi stan, tentu saja saat itu (kebetulan saja) saya yang ditawari langsung mengiyakan. Dan berani sumpah dalam pikiran saya bukan atas nama pribadi (menjawab : ada yang mengira demikian). Terimakasih kepada Ibu Retno Kabid Pemasaran Pariwisata yang secara langsung saat itu menawari kepada komunitas Dewa Siwa, sehingga DS masih bisa menunjukkan eksistensi masih ada, walaupun memang ditengah kesibukan para anggota komunitas. 

Dewa Siwa Stan No. 12 di festifal rawa pening
     Dengan melibatkan hanya beberapa orang saat persiapan, (bukan berarti mengesampingkan---hanya pertimbangan efektif dan efisien saja---) termasuk malam sebelum pembukaan. Dimana ya hanya orang yang terbatas yang bisa datang ikut membantu setting stan. Tapi tidak masalah. Karena, minimal teman-teman komunitas yang nantinya menyambangi pameran ini bisa pula menelusuri jejak peninggalan di Bukit Cinta : ada Lingga Yoni. 

Setting stan : h-1
       Komunitas DS mendapatkan stan yang terletak di dermaga nomor 12, persis satu haluan pandangan ke depan dengan Candi Dukuh di seberang. 
      Menjadikan kesan bagi kami tim setting stan, Bagaimana tidak, kami mendapatkan suasana malam di sini (sampai jam setengah 12) memandang dari kejauhan Bukit dimana Candi Dukuh kokoh berdiri. 

     Hari pertama, alias pembukaan. Sayangnya saya tak bisa turut menyaksikan, karena ada agenda lain yang tak bisa saya tinggal saya mencoba menyusul agar bisa turut merasakan suasana pembukaan.               Walaupun saya sudah berusaha laju motor ku percepat, namun baru sampai di 100 meter sebelum lokasi saya berpapasan dengan Mobil dengan ber-sirene khas.
pak mustain : di stan DS
     Ya sudah berarti pembukaan sudah selesai, tapi saya tetap bersemangat, karena terus terang ketemu dengan rekan yang infonya standby di stan… bisa ngobrol banyak…. (tapi bukan kangen lho ya…jangan salah sangka dulu)…wkwkwkwk… namun apaboleh dikata….stan sudah kosong. 
       Yah sudah… saya kemudian duduk sendiri. semoga beliau berkenan memberikan dokumentasinya.

     Sambil melihat2 pemandangan dan keramaian festival ini. Mulailah….. ada teman. Surprise juga dengan kedatangan Pak Mustain, ngobrol ngalor Ngidul kemudian senyampang waktu datang pula Bu Noorhayati dengan muridnya.
antusiasme pengunjung di Stan dewa Siwa
       Setelah batas waktu saya bisa di stan, kemudian malah ketemu dengan Pak Nanang yang datang berdua dengan Bu nanang tentu saja. 

      Ku lirik dimotornya ada salak, tak beruntung saya, gak ikut makan…wkwkwkkwk.
di motor pak Nanang terlihat logistiknya buanyak

     Hari kedua, Masih di festival rawa Pening 2018. Dimana hari ini adalah penutupan dan ada rencana dari kami dilanjutkan dengan blusukan bersama. Sayangnya lagi-lagi saya hanya bisa nyusul.
Foto  H2. :






    Sudah datang telat, momong pula. Saat saya datang ternyata stan sudah di beresi, ternyata saya ditinggal blusukan rekan2 tersebut. Ya sudah … nunggu sambil ndulang.
Start Blusukan Dewa Siwa - Festival rawapening 2018
beberapa Foto Blusukan (saat saya ditinggal)

      Singkat cerita, ini blusukan spesial …karena saya membawa serta Jagad-Bhumi tanpa Mbokne…..
jagad - bhumi

      Menuju Destinasi Blusukan Spesial bonus Festival Rawa Pening ini, dari Bukit Cinta kembali ambil arah menuju Ambarawa (juga sekalian pulang). Sesampainya di pertigaan (jalan belok tajam). Belok kiri melewati pasar Banyubiru, kemudian ambil kanan arah Wirogomo. Gang pertama setelah belokan ambil kiri (jalan kecil cor2an cukup untuk 1 mobil kecil).
    Terus saja menuju makam Keramat Dsn Jambon. Berada di Dusun Jambu desa Kebondowo, Makam Keramat ini berada.





Watu Candi di Makam Kuno di Kebondowo Banyubiru
 Makam yang nisannya disusun dari struktur batu candi. 


       Warga yang sedang disawah yang kebetulan bisa kami temui, tak mampu memuaskan rasa ingin tahu sejarah makam ini. hampir mirip mereka menjawab itu makam keramat, makam punden dusun Jambon.



 Lek Wahid, yang memang jadi guide, mengungkapkan sumber informasinya dari tulisan seorang belanda yang berbunyi demikian :
547. Kebondawa.
In het gehucht Djambou een verminkte Ganeça en godekop.
Lit,
Knebel, Beschrijving van de Hindoe-oudheden in de residentie Semarang,
Rapp. Oudh. Comm. HnO p. 236 sq.
         Seorang warga yang tertarik dengan aktivitas kami mendekat dan menceritakan legenda dan mitos Makam ini.
"Dulu pernah ada orang luar kota yang berziarah disini, dia kekeuh memakai ikat kepala. Sebenarnya sudah diingatkan untuk tak memakai satupun identitas atau ciri khas orang yang merasa dirinya lebih tinggi. Sebelum sampai dimakam, orang tersebut terperosok disungai dan sakit (kesleo), disarankan untuk berganti peci dan sarung, beberapa saat kemudian orang itu kembali dan tak ada gangguan apa apa lagi", panjang lebar beliau bercerita.
warga yang bercerita sejarah 'mitos" makam kuno ini
         Mitos yang berkembang di makam ini, apabila pejabat yang masih memakai atribut ziarah ke sini maka tak lama kemudian akan lengser.


     Setelah merasa cukup, kami kemudian sepakat untuk mengakhiri blusukan kali ini. Semoga dilain waktu bisa ketemu lagi.... dan banyak lagi sahabat Dewa Siwa yang bisa turut serta.
     Salam Pecinta Situs dan Watu candi 
#hobikublusukan 

nb :
Semua foto didapat dari : album grup FB DEWA SIWA
dan hak cipta dari Komunitas Dewa Siwa.

Kamis, 03 Mei 2018

Situs Purbakala di Masjid Wali Limbung, Ngadirejo Temanggung : Watu Candi

Situs Purbakala di Masjid Wali Limbung, Ngadirejo Temanggung : Watu Candi
       Kamis, 3 Mei 2018, Tawaran menggiurkan dari Lek Suryo untuk Blusukan luar kota tak mampu kulewatkan begitu saja, padahal sebelumnya sudah ngedate kemisan dengan Mas Eka W P. Njaluk ngapurane Mas Eka WP, langsung tancep kayon. Tapi spekulasiku lha bener, dirimu mesti sibuk... heheheh". 
     Kira- kira 2 tahun lalu saat saya penelusuran area Ngadirejo Temanggung ternyata melewatkan satu lokasi. Saat itu  Max Trist tanya, "Gak Mampir masjid wali limbung? di belakang tembok pagar masjid ada watu candi lho".... spontan saya bengong, gelone tenanan. Tak jeli walaupun saat itu intuisi saya ada keinginan kuat, rasa ingin mampir pas melewati masjid tersebut. (saya masih ingat setelah mampir di Ganesha pinggir jalan). Walaupun saat itu saya ketemu dengan rekan komunitas temanggung pula.. tapi sudahlah.. Hari ini.... sudah terobati juga.
         Berangkat dari Ungaran jam 8, "Kerjo terus kapan dolane", jadi penguat hati saya, semacam alasan untuk me-refreshkan pikiran ditengah dera masalah pekerjaan. 
    Lebih dulu ke Salatiga, Lek Sur merampungkan gawean lebih dulu,  (saat sampai di pasar Salatiga pas ada kebakaran di salah satu ruko toko plastik). Sempat melihat tapi swear bukan melihat dalam arti berwisata lho ya... (banyak yang begitu soalnya... wkwkwk). Dari Salatiga kemudian menuju destinasi melalui Bandungan, Jalur Sumowono-Kaloran Temanggung-Parakan.... Rute yang cukup mengerikan, bagaimana tidak di sepanjang jalan mengalami siksaan duduk yaang tiada tara. (ingin protes, tapi kok yo di terke plus di boncengke... mencoba menikmati..hehhee)
      Kurang lebih jam 11. 30an sampailah kami di Masjid Wali Limbung. Yang Terletak di Pinggir Jalan Raya Temanggung Weleri. lebbih tepatnya di Desa Medari, Kecamatan Ngadirejo, Kab. Temanggung.
Sampailah Kami, di Masjid Wali Limbung,



      Tepat berada di balik tulisan Masjid Wali Limbung...
Situs Purbakala di Masjid Wali Limbung, Ngadirejo Temanggung : Watu Candi
   Saya tak akan membahas detail bagaimana sejarah Wali Limbung, karena banyak di internet yang sudah mewedarkan dengan berbagai versi. Yang menjadi passion saya ya tumpukan struktur batu Candi ini.
Struktur batu candi di Masjid Wali Limbung
      Di salah satu narasi yang saya baca, sejarah keberadaan Wali Limbung hidup di masa abad ke 16. Dimana masa itu memang peradaban Hindu mulai menurun. Secara kasatmata, sudah terlihat, tak mungkin wali limbung membuat bangunan dengan struktur seperti candi ini. Perbandingannya dengan pilar kuno di dalam masjid yang merupakan asli tinggalan Wali Limbung. 
   Saya pribadi menduga.... dulu terjadi alih fungsi... istilah kerennya aneksasi dari sebuah tempat ibadah ke tempat ibadah lain. ---Tapi tak akan saya bahas lebih lanjut. Biarlah sejarah sudah yang sudah terjadi...
     Kami hanya pengagum hasil karya masa lalu....



    Beberapa close up yang bisa kami dokumentasikan :





     Cerita struktur ini peninggalan abad ke berapa kami belum dapat sumber informasi lebih lanjut. Di Masa Rakai (salah satu) penguasa Kerajaan Mataram kuno siapa saya pribadi masih merasa gelap... tentu saja Temanggung adalah surganya peninggalan mataram kuno, itu tak terbantahkan.
     Kami kemudian melanjutkan penelusuran kemisan, "Masih di area ini..." ... lanjut aja ke cerita (di link naskah dibawah)
     Video Amatir : 


The Surprise,  Lek Suryo Wibowo,
Lek Sur : di Masjid Wali Limbung
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Penelusuran di Masjid Wali Limbung
#hobikublusukan

     Link Yang terhubung setelah jadi naskahnya... : (Destinasi Blusukan Kemisan Lintas Batas 3 Mei 2018)
2. Struktur Batu Candi di Karanggedong Ngadirejo Tmg
3. Yoni dan Lingga di Makam Karanggedong
4. Lingga Patok di Makam Pringapus Tmg
5. Situs Ngadisari Tmg

Lingga Pathok Situs Desa Pringapus, Temanggung

Lingga Pathok Situs Desa Pringapus, Temanggung
       Seharusnya, cerita Kemisan Awal Mei #4 ini tak kan pernah bisa tertulis… Seandainya tak ada pesan pribadi ke WA Lek Suryo, bahwa injury time nya ada babak tambahan dan babak tambahnya triple. Heheheheh. Jadilah. Bonusnya berdiskon sale akhir tahun… intinya …. Berkah sejadi-jadinya bagi saya. “Pas Ke Situs Endong Sewu, makam diatasnya kita terlewat, ada Lingga Patok besar dan watu candi banyak. Gass kesana!” ajak Lek Suryo, Ingin rasanya memekik yess! Tapi kutahan, Jaim. Wakakakak. 
Menuju Situs
     Kami kemudian meluncur kearah Weleri, saat ada pertigaan dimana ada papan petunjuk menuju Candi Pringapus kami ambil kiri… sepertinya jalan ini juga menuju Situs populer dan maha keren “LIYANGAN”, Melewati Arca Nandi di Perempatan Desa Kataandi tengah jalan, yang berfungsi memisah jalur kendaraan di pertigaan menuju Candi Pringapus Temanggung, kami lanjut keatas, kemudian pertigaan ambil kanan menuju Waduk Edong Sewu. 
      Parkir di pinggir jalan, dekat akses masuk menuju makam. Kali ini kami langsung menuju makam. 

watu candi di jalan masuk menuju makam
       Disambut watu candi kotak, (saat kami masuk ada Guk Guk Coklat penjaga di kanan kiri jalan masuk ini. Mau mengambil gambar saya dredek, tak berani. Lewat aja sambil berdoa tak berani menatap hewan itu.. hehehe. Yang ternyata sebelas-duabelas Lek Suryo jeri pula. 
      Saat masuk area makam, terlihat cungkup yang menaungi ke dua Lingga Pathok tersebut. Kami kemudian memutuskan untuk terlebih dahulu membuat video Amatir (segera link terhubung setelah berhasil edit dan upload di channel  youtube). 
Cungkup Lingga Pathok Situs Desa Pringapus, Temanggung
      Sepasang Lingga Pathok ini dipermakamkan, istilah rekan yang ‘pernah baik sama saya’ haghaghag…. Salam!… apa kabar kawan?. Sepakat dengan kata dipermakamkan. Bagaimana tidak, informasi yang saya dapat dari Lek Suryo (tentu saja dari pihak lain pula informannya) bahwa dulu belum ada cungkup dan tak dianggap makam. Entah sejak kapan pastinya dibangun cungkup. Mungkin kurang dari 5 tahun cungkup ini dibangun. 
Lingga Pathok Situs Desa Pringapus, Temanggung
      Lingga Pathok sendiri, diduga berfungsi sebagai sebuah pembatas tempat yang disucikan. Ditanam sebagai titik terluar tempat suci. Dugaan saya pribadi. Besarnya Lingga pathok ini menandakan besarnya sebuah bangunan di area ini. Dan bukan hanya petirtaan Endong Sewu yang saya sangkakan sebelumnya… (baca link Situs Endong Sewu). 
      Pastinya sebuah bangunan yang berbeda pula dari Candi Pringapus yang berjarak kurang dari 500m kearah bawah. Saya malah menduga, beberapa struktur di area Candi Pringapus, mungkin saja pindahan dari area ini. Melihat perbedaan jenis dan warna batu. Maaf ini hanya perkiraan orang awam saja (saya nol) baca juga : Candi Pringapus Temanggung). 
       Sejak di cungkup, dipermakamkan, diplester dan dikeramik inilah. Bagian sisi bawah lingga pathok tak napak lagi, sangat saya sesali…. Terlambat….. !!
      Selain Lingga Pathok banyak juga watu candi yang lain yang sudah dipakai untuk hiasan beberapa makam bahkan dipakai untuk pathokan makam.
     Beberapa Watu candi yang sempat kami dokumentasikan, 
Polanya masih terlihat jelas;




    Setelah merasa Cukup, kami kemudian berlalu pulang. Sampai ketemu lagi di cerita penelusuran berikutnya.....

     The Partner, Lek Suryo Wibowo
Lingga Pathok Situs Pringapus TemanggungSalam Pecinta Situs dan Watu Candi
       Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
sasadaramk.blogspot.com
#hobikublusukan

      Link Yang terhubung setelah jadi naskahnya... : (Destinasi Blusukan Kemisan Lintas Batas 3 Mei 2018)
3. Yonni Situs Karanggedok, Ngadirejo Temanggung
5. Situs Ngadisari