Festival Rawa Pening 2018 |
Dewa Siwa Stan No. 12 di festifal rawa pening |
Setting stan : h-1 |
Menjadikan kesan bagi kami tim setting stan, Bagaimana tidak, kami mendapatkan suasana malam di sini (sampai jam setengah 12) memandang dari kejauhan Bukit dimana Candi Dukuh kokoh berdiri.
Hari pertama, alias pembukaan. Sayangnya saya tak bisa turut menyaksikan, karena ada agenda lain yang tak bisa saya tinggal saya mencoba menyusul agar bisa turut merasakan suasana pembukaan. Walaupun saya sudah berusaha laju motor ku percepat, namun baru sampai di 100 meter sebelum lokasi saya berpapasan dengan Mobil dengan ber-sirene khas.
Ya sudah berarti pembukaan sudah selesai, tapi saya tetap bersemangat, karena terus terang ketemu dengan rekan yang infonya standby di stan… bisa ngobrol banyak…. (tapi bukan kangen lho ya…jangan salah sangka dulu)…wkwkwkwk… namun apaboleh dikata….stan sudah kosong.
Yah sudah… saya kemudian duduk sendiri. semoga beliau berkenan memberikan dokumentasinya.
pak mustain : di stan DS |
Yah sudah… saya kemudian duduk sendiri. semoga beliau berkenan memberikan dokumentasinya.
Sambil melihat2 pemandangan dan keramaian festival ini. Mulailah….. ada teman. Surprise juga dengan kedatangan Pak Mustain, ngobrol ngalor Ngidul kemudian senyampang waktu datang pula Bu Noorhayati dengan muridnya.
Setelah batas waktu saya bisa di stan, kemudian malah ketemu dengan Pak Nanang yang datang berdua dengan Bu nanang tentu saja.
antusiasme pengunjung di Stan dewa Siwa |
Ku lirik dimotornya ada salak, tak beruntung saya, gak ikut makan…wkwkwkkwk.
Hari kedua, Masih di festival rawa Pening 2018. Dimana hari ini adalah penutupan dan ada rencana dari kami dilanjutkan dengan blusukan bersama. Sayangnya lagi-lagi saya hanya bisa nyusul.
Foto H2. :
di motor pak Nanang terlihat logistiknya buanyak |
Hari kedua, Masih di festival rawa Pening 2018. Dimana hari ini adalah penutupan dan ada rencana dari kami dilanjutkan dengan blusukan bersama. Sayangnya lagi-lagi saya hanya bisa nyusul.
Foto H2. :
Sudah datang telat, momong pula. Saat saya datang ternyata stan sudah di beresi, ternyata saya ditinggal blusukan rekan2 tersebut. Ya sudah … nunggu sambil ndulang.
Start Blusukan Dewa Siwa - Festival rawapening 2018 |
Singkat cerita, ini blusukan spesial …karena saya membawa serta Jagad-Bhumi tanpa Mbokne…..
jagad - bhumi |
Menuju Destinasi Blusukan Spesial bonus Festival Rawa Pening ini, dari Bukit Cinta kembali ambil arah menuju Ambarawa (juga sekalian pulang). Sesampainya di pertigaan (jalan belok tajam). Belok kiri melewati pasar Banyubiru, kemudian ambil kanan arah Wirogomo. Gang pertama setelah belokan ambil kiri (jalan kecil cor2an cukup untuk 1 mobil kecil).
Terus saja menuju makam Keramat Dsn Jambon. Berada di Dusun Jambu desa Kebondowo, Makam Keramat ini berada.
Terus saja menuju makam Keramat Dsn Jambon. Berada di Dusun Jambu desa Kebondowo, Makam Keramat ini berada.
Watu Candi di Makam Kuno di Kebondowo Banyubiru |
Makam yang nisannya disusun dari struktur batu candi.
Lek Wahid, yang memang jadi guide, mengungkapkan sumber informasinya dari tulisan seorang belanda yang berbunyi demikian :
547. Kebondawa.
In het gehucht Djambou een verminkte Ganeça en godekop.
Lit,
Knebel, Beschrijving van de Hindoe-oudheden in de residentie Semarang,
Rapp. Oudh. Comm. HnO p. 236 sq.
Seorang warga yang tertarik dengan aktivitas kami mendekat dan menceritakan legenda dan mitos Makam ini.
"Dulu pernah ada orang luar kota yang berziarah disini, dia kekeuh memakai ikat kepala. Sebenarnya sudah diingatkan untuk tak memakai satupun identitas atau ciri khas orang yang merasa dirinya lebih tinggi. Sebelum sampai dimakam, orang tersebut terperosok disungai dan sakit (kesleo), disarankan untuk berganti peci dan sarung, beberapa saat kemudian orang itu kembali dan tak ada gangguan apa apa lagi", panjang lebar beliau bercerita.
Mitos yang berkembang di makam ini, apabila pejabat yang masih memakai atribut ziarah ke sini maka tak lama kemudian akan lengser.
Setelah merasa cukup, kami kemudian sepakat untuk mengakhiri blusukan kali ini. Semoga dilain waktu bisa ketemu lagi.... dan banyak lagi sahabat Dewa Siwa yang bisa turut serta.
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
"Dulu pernah ada orang luar kota yang berziarah disini, dia kekeuh memakai ikat kepala. Sebenarnya sudah diingatkan untuk tak memakai satupun identitas atau ciri khas orang yang merasa dirinya lebih tinggi. Sebelum sampai dimakam, orang tersebut terperosok disungai dan sakit (kesleo), disarankan untuk berganti peci dan sarung, beberapa saat kemudian orang itu kembali dan tak ada gangguan apa apa lagi", panjang lebar beliau bercerita.
warga yang bercerita sejarah 'mitos" makam kuno ini |
Setelah merasa cukup, kami kemudian sepakat untuk mengakhiri blusukan kali ini. Semoga dilain waktu bisa ketemu lagi.... dan banyak lagi sahabat Dewa Siwa yang bisa turut serta.
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
#hobikublusukan
nb :
Semua foto didapat dari : album grup FB DEWA SIWA
dan hak cipta dari Komunitas Dewa Siwa.
nb :
Semua foto didapat dari : album grup FB DEWA SIWA
dan hak cipta dari Komunitas Dewa Siwa.