Kamis, 12 Oktober 2017

Jejak Peradaban di Pagersari Bergas : struktur batuan Candi di 3 makam keramat.

Banon jadi nisan di makam keramat Pagersari
Kamis 12 Agustus 2017. Rencana sebenarnya menelusuri jejak di Tingkir Salatiga untuk kemisan kali ini, namun karena sesuatu hal yang membuat kami berpikir ulang dan mengganti tujuan. Segera, saya dan Lek  Suryo diskusi alternatif lain. Setelah menyepakati kami minta guide Mas Dhanny saja. 
Singkat cerita, hanya Mba Laiva yang merespon ajakan ritual blusukan hari Kamis ini. Dari perpustakaan kami menuju Karangjati dimana Bos Dhanny berada.
Berkoordinasi sebentar, permintaan guide kami hari ini yaitu sekitar area desa Pagersari, dan mas Dhanny bilang Ok!!. Cuuss.... kami langsung gasspoll. Melewati jalur sidorejo sebelah kantor kecamatan Bergas tembus jalan Bandungan, kemudian ambil arah Kalitaman.
Dan ternyata ... eh ternyata, mas Dhanny curang bin gak sehat mungkin, karena buktinya Mas Dhanny sama sekali tak tahu destinasi yang kami maksud sehingga sampai ngrepoti guide
struktur batuan Candi di  makam keramat Pagersari
Mohon maaf ta berani nulis namanya, soalnya saya tak sanggup melawan ketenarannya... jadi pembaca jangan tanya atau cari tahu ya.... don't kepo pokoknya. (Tapi kami ucapkan terimakasih banyak nggeh ....buat beliau)
Destinasi pertama, setelah Kantor desa Pagersari tanya saja jalan menuju Makam desa, menyusuri jalan berpaving, dimana kanan kiri hamparan persawahan. 
Banon di makam Pagersari
Dipinggir jalan sebelah kanan kita akan menjumpai makam yang terpisah sebelum makam desa, kira-kira 100m. Sebenarnya dua kali, beberapa bulan lalu lewat menelusuri Watu Lumpang Pagersari. 
Tapi ternyata sekali lagi saya tak cukup jeli, melupakan protap blusukan.... jangan lupa tengok minimal 101m di perimeter sekelilingnya... jadilah saya geleng kepala tanda penyesalan.
Di kompleks makam ini, ada beberapa nisan yang memakai batu bata berukuran jumbo, khas bangunan masa kuno = banon.
Makam yang lain menggunakan nisan dari batu kotak 'struktur batuan candi'. Beberapa yang tertangkap dalam dokumentasi kami.


        Mari Ketahui, Lestarikan dan uri-uri budaya lokal kita, Kalo bukan kita siapa lagi, kalo tidak sekarang kapan lagi?

Suryo

ssdrmk

Destinasi kedua

 struktur batuan Candi di  makam keramat Segeni Pagersari Bergas
dari makam pertama yang kami telusuri kami berlanjut ke makam kedua. 
Keluar kembali menuju jalan desa Pagersari, ambil kiri sampai ketemu dengan usaha pembuatan Batako, kami parkir di situ dan kemudian melanjutkan dengan jalan kaki menyusuri pematang sawah.
 struktur batuan Candi di  makam keramat Segeni, Pagersari
Warga mengenal dengan makam Segen,. Tapi tak ada yang tahu ihwal sejarah makam ini. 5 makam yang kesemuanya memakai nisan dari struktur batuan candi berbentuk Kotak.

Bukti nyata dulu area ini (termasuk makam penelusuran 1) ada sebuah bangunan suci, tapi entah dimana lokasinya. 
Kenapa bisa kami simpulkan demikian? 
Selain banyaknya struktur batu candi yang tersisa, secara Geografi sangat mendukung dugaan kami. 
Apalagi di sebelah utara adalah Gunung Ungaran yang didalam naskah pujangga dari Sunda mengatakan gunung suci tempat dewa merindukan dewi dewi..




Beberpa dokumentasi struktur batuan candi berbentuk kotak yang kami jepret :



Video amatir: 


Destinasi ketiga, mohon maaf saya pisah karena begitu eksotisnya alam dan saya merasa wajib membuat naskah sendiri yang terpisah.
----bersambung---

Suryo
Salam pecinta SITUS DAN WATU CANDI

ssdrmk : segeni Pagersari


#raperlutenar

Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas ; rangkaian 3 makam Keramat Pagersari



Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
   Kamis, 12 Oktober 2017. Lanjutan dari rangkaian penelusuran 3 makam keramat (sebelumnya 2 situs makam keramat Pagersari Bergas dalam satu naskah).
Makam SiGundil Bergas
      Dari Situs Makam Sigeni Pagersari Bergas, kami kemudian balik lagi menuju jalan Desa Pagersari, ambil kiri setelah kira-kira 200m, ada pertigaan ambil kanan, masuk jalan gang berbelok 30m sampailah di parkiran makam Sigundil.
      Karena guide no name sudah hafal kami langsung saja menuju lokasi makam keramat yang berada di atas bukit Sigundil kira-kira 15 menit mendaki setelah makam umum Sigundil. 
      Sebelumnya, dimakam inipun ada makan yang nisannya memakai tatanan watu candi. 
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
      Namun karena salah satu dari kami terkena durasi jam 4.30 (dan itu bukan saya wkekekkek...) maka kami melewatkanya.
      Saya sarankan jika ke Sigundil membawa bekal minum dan snack lebih dari cukup biar apa yang kami alami tak terjadi.
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
"Kita jalan kaki kurang lebih 15 menit saja", jelas guide no name tersebut. 
Struktur batu candi yang tergeletak begitu saja
Benar saja, tak sampai 15 menit sampailah kami, suasana makam khas keramat langsung menyergap kami, selain sepi, sunyi juga tak ada orang berziarah disini walau pun hari ini adalah kamis, biasanya sudah umum warga ziarah kubur mendoakan pendahulu mereka.
Terdiri dari beberapa trap yang masing - masing ada makam yang bisanya dari tatanan waktu candi. 
Dari guide tersebut kami dapat cerita, warga meyakini dulu ini ada sebuah bangunan suci = candi, "Ada jejak tatanan batu candi bagian terluar, masyarakat menyebut ini bagian dari pagar candi tersebut.
Situs Makam Keramat Sigundil Pagersari Bergas
Masih di kompleks makam keramat Sigundil, ada gua yang dulu keluar sumber air yang sangat jernih. 
Jejak pagar bangunan suci masa lalu di Makam Sigundil
Namun sejak pohon besar yang sangat tua mati mendadak (jika tak salah pohon tersebut 'semego') air tersebut tak lagi muncul dan mati. 
Sigundil Pagersari : ssdrmk
Menyisakan tatanan batu alam yang berukuran besar berserakan menyamarkan keberadaan gua tersebut, ditambah suluh akar yang bergelantungan, benar benar membutuhkan nyali tinggi bila ingin menelusuri gua tersebut, bagaimana tidak di luar saja tumpukan daun dan buah pohon liar bertumpukan sangat tebal pertanda tak ada orang yang menjamahnya.
Sempat mengabadikan sekali disini, walau agak gemetar, sehingga hasilnya tak tajam (yang memotret takut ada ular).
Saat saya ; Lek Suryo dan Mbak Laiva mengabadikan situs ini, lewat gambar dan video tanpa kami sadari Mas Dhanny dan guide no name hilang tak nampak hidung mereka. (dan ternyata :....)





Video amatir (subscribe ya) : 




Salam pecinta situs dan waktu candi

Suryo

Dhany  dan Guide

ssdrmk : Makam Sigundil


























#takperlutenar


     Dan ternyata :

Bukit Sigundil



Ada surga tersembunyi di Sigundil ini. Di puncak Sigundil ada sisi puncak bukit yang eksotis dengan batu batu alam yang berukuran besar, pemandangan dari lokasi ini pun sangat amazing sekali. Gambar foto - foto kami tak cukup menggambarkan keindahan sesungguhnya.













 #pesonaindonesia

Watu lumpang dan Pipisan Silowah Pagersari

Watu lumpang dan Pipisan Silowah Pagersari
            Kamis,12 Oktober 2017, lanjutan penelusuran di Pagersari Bergas. Dimana sebelumnya kami  mengunjungi 3 situs makam keramat Pagersari Bergas.
    Keluar dari makam Sigundil, awalnya rencana kami akan langsung pulang karena salah satu dari kami kena duration time. Tapi tawaran menggiurkan sang guide nampaknya tak mampu dia tolak, "Watu Lumpang e cedak banget lho" seru sang guide. Kami mengekor saja, karena dipikiran kami pasti keberadaan waktu lumpang ini berkaitan dengan semua tinggalan yang tersebar di area Pagersari dan sekitarnya.
        Benar saja tak ada semenit setelah  keluar ambil jalan ke kanan dari Makam Sigundil sampailah kami, petunjuknya disebelah kanan ada bengkel pembuatan paving-batako, kemudian di seberangnya ada gang yang jalannya menurun cukup curam. Dibelakang rumah di pinggir jalan inilah tujuan kami ternyata berada. Kebetulan di depan rumah, beliau jualan es Dawet.
Watu lumpang dan Pipisan Silowah Pagersari
         Jadilah sambil beli es kami bertanya ikhwal sejarah peninggalan purbakala ini ke empunya rumah. Mohon maaf saya terlupa, padahal saat ngobrol saya sudah bertanya nama beliau, namun nama anaknya masih ada dalam ingatan saya : Mas Ferry. (Semoga membaca dan berkenan mengingatkan ingatan saya, siapa nama ibunya)
Pipisan Pagersari
     Setelah mohon ijin saya segera berlari kebelakang rumah menyusul rekan lain yang sudah terlebih dahulu berfoto.
"Watu lumpang ditemukan di pojokan lahan yang waktu itu diratakan saat ingin membuat rumah, sementara pipisan ditemukan saat akan membuat pondasi", urai beliau.
      Kondisi Waktu lumpang masih bagus, sayangnya di lokasi yang kurang enak ; selokan.
Pipisan Pagersari
     Sementara batu pipisan berfungsi mirip dengan watu lumpang sama-sama untuk menumbuk... hanya peruntukan hasil tumbukan yang berbeda.
      Saat kami ngobrol dengan, pemilik rumah datang beberapa warga yang antusias dan penasaran dengan aktivitas kami. Sesaat setelah kami jelaskan malah surprise bagi kami... beberapa informasi berharga kami dapatkan. 
Pipisan Pagersari
     Malah warga yang rumahnya tepat dibelakang rumah ini, "Di dapur saya ada watu lesung, ayo ikuti, saya perlihatkan" ujar beliau. (Di video amatir kami ada).
     Di video tersebut juga ada proses nyari kembali oleh ibu Temu, alu atau alat tumbuk yang dulu juga ditemukan bersamaan dengan Batu Pipisan. Dan ternyata ketemu... lihat di video yah....
     Dari bentuknya dugaan kami, batu ini adalah batu struktur sebuah bangunan, kunci-an. Entah hanya ini yang tersisa atau masih aman terpendam didalam, tanah kami tak tahu. 
     Namun bapak beliau, yang menemukan juga ketika membuat pondasi rumah.

    Watu Lesung (struktur kuncian bangunan masa lalu :




     Keberadaan jejak purbakala seperti ini sayangnya warga masyarakat cenderung abai, masa bodoh. Apalagi anak muda.... lebih parah lagi menganggap watu ya hanya watu. 
     Padahal watu yang spesial ini adalah bagian cerita dari masa lalu yang pernah eksis di area ini. Daerah yang bertebaran tinggalan purbakala namun dilupakan.
     Mari kita lestarikan, kalau tidak sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi?
     Saya pernah baca kutipan dari seseorang, saya terlupa nama tokoh tersebut, tapi kurang lebih demikian isinya : menghancurkan suatu bangsa cukup hapus ingatan sejarahnya, kaburkan cerita sejarah dan hancurkan peninggalanya....  mau? 
      Ataukah hanya jadi tukang maido saja kelak ketika watu watu ini musnah? Hanya menyalahkan orang lain tanpa berbuat? 
      Semoga kita semua dijauhkan dari hal seperti itu.

Video amatir (SUBSCRIBE YA) :

Salam pecinta situs dan waktu candi
Watu lumpang dan Pipisan Silowah Pagersari
#raperlutenar

Kamis, 05 Oktober 2017

Menelusuri jejak Peradaban di Ambarawa : 3 Watu Lumpang di Kelurahan Kupang Ambarawa - Depan Laris

3 Watu Lumpang di Kelurahan Kupang Ambarawa - Depan Laris

Watu Lumpang 1 : Kupang Ambarawa
      Kamis, 5 Oktober 2017. Situs Watu lumpang Tambakboyo (naskah sebelumnya) sebenarnya  hanya bonus penelusuran kali ini, karena tujuan sebenarnya 3 Waktu Lumpang di Kupang (Depan Laris Ambarawa).
     Dari Tambakboyo Ambarawa, kami lewat jalur perkampungan, setelah sempat salah masuk gang (anehnya guide kami kali ini masih innocent bin confident

Watu Lumpang 1 : Kupang Ambarawa
         Padahal dah jalan kaki, dibawah tatapan curiga warga eh dia malah ngakak. Padahal kami tengsin setengah mati.
Watu Lumpang Ambarawa
      Di gang berikutnya, kami masuk kira - kira 50m sampailah.
lumpang di depan rumah beliau
Waktu Lumpang tertanam rata di teras seorang warga, plesteran di semua sisi termasuk lubang lumpang.
       Kondisi yang menjadikan orang lewat tak akan menyangka bahwa ini adalah tinggalan masa lalu yang pernah menempati kedudukan istimewa dalam kehidupan pada masa itu.
     Detail kondisi waktu Lumpang :
Watu Lumpang Kupang Ambarawa
    Saya tak akan mempertanyakan perlakuan kepada watu lumpang ini, hanya mencoba menelusuri jejak purbakala, jika sudah tahu terserah warga sekitar memperlakukan bagaimana. 
Watu Lumpang Kupang Ambarawa
          Kejadian yang saya sebut musibah dalam dunia perblusukan,  Karena sang sutradara salah mencet tombol, video yang saya rencanakan, komplit pula dengan narasi yang sudah saya, siapkan, sia-sia belaka.
ssdrmk
Trio Kemisan di Lumpang 1 Kupang Ambarawa :

             
     Tak berlama - lama, kemudian kami melanjutkan penelusuran.
   ----
2 watu Lumpang berikutnya, masih di Kupang Ambarawa, 
 Watu Lumpang di Kelurahan Kupang Ambarawa - Depan Laris
       Kemudian kami melanjutkan berjalan kaki, petunjuknya adalah kantor Kelurahan Kupang Ambarawa, posisi lumpang di dekat Masjid di belakang rumah warga (baca = kandang ayam) jika tak ada watu lumpang ini kami tak akan semenitpun bertahan, bertahan dari bau agar bisa menelusuri jejak peradaban.
Watu Lumpang di Kupang Ambarawa 3
       Kebetulan kondisi ini langsung mengingatkan saya keberadaan 2 waktu lumpang yang sama keadaanya (sama - sama di kandang ayam plus banyak kotoran ayam) : Watu Lumpang Baran, saat itu si empunya bilang 2 watu lumpang tersebut dibawa dari kawasan Kupang Ambarawa ini.
       Sayang sekali saat kami kesini pemilik rumah tak nampak, hanya kepada  putrinya  kami minta ijin, dan mendapatkan cerita perihal asal muasal, mitos ataupun legenda. 
      Dari ukuran Waktu lumpang yang cukup besar, kemudian jumlahnya juga banyak (bila benar waktu lumpang Baran dari sini pula), maka bisa jadi kawasan Kupang (Depan laris ini dulunya pernah menjadi pusat aktivitas (bisa ritual keagamaan maupun pertanian). 
Watu Lumpang di Kupang Ambarawa 2
      Berbagai fungsi yang mungkin bisa menjadi dugaan kegunaan watu lumpang di masa itu, sebagai media ritual penyiapan sesajen penyembahan dewa - dewi, sesajen masa tanam atau masa panen. 
     Bila Watu lumpang spesial ada inkripsi baik tulisan maupun angka bisa saja menjadi tetenger penetapan tanah sima (perdikan).
      Seandainya, pihak kelurahan mencoba berusaha melestarikan waktu lumpang ini niscaya generasi 20 tahun yang akan datang masih tahu benang merah jejak leluhur. 
       Tak perlu mewah, cukup merawat minimal seperti yang telah dilakukan warga terhadap Watu Lumpang Tambakboyo. 
       Achh... Maaf ini hanya usul. 

Video amatir seadanya : 


 Yuk Kita Lestarikan.... 
saya, Mba Laiva dan Lek Suryo di Watu Lumpang Kupang
Salam pecinta situs dan watu candi
 Watu Lumpang di Kelurahan Kupang Ambarawa - Depan Laris
#takperlutenar

Mengejar peradaban : Watu Lumpang Tambakboyo Ambarawa.

Watu Lumpang Tambakboyo Ambarawa
            Kamis, 5 oktober 2017. Seperti yang sudah - sudah, tiap hari kamis saya manfaatkan untuk melepas penat dengan penelusuran situs purbakala. Aneh? Mungkin saja, tentu karena tak tahu bagaimana serunya menyelami peradabannya masa lalu. Jika yang lain melepas penat dengan pergi ke Mall, nonton film di bioskop, mancing, karaoke dll. Saya cukup blusukan situs saja. Banyak yang mencibir, anggap gila, kurang kerjaan bahkan pernah saya dicap "musrik" karena disangka suka mistis. Kalau sudah begitu saya tak ambil peduli, karena passion saya ya nguri-nguri peninggalan masa lalu. Itu saja.
Watu Lumpang Tambakboyo : di lokasi aslinya
     Tak panjang lebar lagi, kisah ritual blusukan kali ini dimulai dengan sebuah postingan rekan di grup Ambarawa beberapa tahun silam, tentang keberadaan Watu Lumpang yang ditemukan oleh seorang petani saat mencangkul sawah miliknya. Lokasi di dekat SLB Tambakboyo Ambarawa.
     Sayangnya belum sempat ke lokasi, waktu lumpang tersebut di bawa pulang bapak yang menemukan. Hingga hari ini, pada akhirnya saya bisa menyambanginya, walaupun sudah ditempat yang baru. Berkat seorang rekan, yang berkenan menjadi guide penelusuran ini keturutan juga.
        Penanda paling mudah, lokasi yang kami tuju dekat dengan Makam bong cina, atau kawasan wista Eling Bening. Tak jauh dari SMK dr. Tjipto Ambarawa, ada poskamling (gambar), didepan pos kamling ini ada gang masuk.
       Masuk kira-kira 30m/ (kami sarankan ijin warga terlebih dulu, jika beruntung bisa ketemu dengan Pak/Bu Surati yang menemukan Watu Lumpang ini. 
      Berada tepat dibelakang rumah beliau, di pertigaan gang kampung Watu Lumpang diposisikan sebagai tetenger sebuah taman di RT 01 Lingkungan RW IV Rengas Tambakboyo Ambarawa  (Layak diapresiasi). Semoga warga di sekitar sini tahu watu lumpang ini berharga dan patut dimuliakan.
      Saat di sini, sayangnya kami tak ketemu dengan beliau yang menemukan, agar kami bisa tahu secara langsung perihal cerita penemuan dan proses pemindahan watu lumpang ini.
     Walaupun cukup bagi kami, mengetahui dan menyaksikan sendiri watu lumpang ini sudah di rawat oleh warga. 
     Secara Umum kondisi Watu Lumpang lumayan rusak. Penampang bagian atas watu lumpang sudah tak lagi rata. lubang di beberapa bagian.

Watu Lumpang Tambakboyo Ambarawa.
      Uniknya, di penampang atas terdapat beberapa lubang yang hampir mirip. Kami hanya bisa menduga, apakah ini dulu ketika membuat memang di penampang atas lubang terebut memang ada fungsinya.... entahlah....

Watu Lumpang Tambakboyo
     Watu lumpang nampaknya berbeda jenis dari yang biasa kami temui. Jenis batu berwarna kemerahan, bukan andhesit yang berwarna kehitaman. Atau mungkin karena lama terpendam di lumpur sawah kami kurang tahu.
     Berbagai dugaan fungsi lumpang pada masa hindu kuno ; Lumpang yang spesial seperti ada inskripsi / keterangan tahuan diduga sepagai media penetapan tah sima, kemudian Watu Lumpang yang biasa kadang hanya digunakan untuk ritual penyiapan sesajen yang pakai untuk upacara permulaan masa tanam.    
       Atau bisa pula digunakan untuk menumbuk bahan makanan sehari-hari.
Watu Lumpang Tambakboyo Ambarawa




















     

      Watu Lumpang Tambakboyo, Berada di tampat nongkrong ini, semoga warga semakin tahu dan paham arti watu Lumpang. 
Watu Lumpang Tambakboyo Ambarawa.




     








      Video amatir  (subscriber ya) :


    Ini foto trio Blusukan Kamisan yang fenomenal, karena hasil foto yang ngeyel harus miring,  jadilah begini : 

di Lumpang tambakboyo : Mbak Laiva, Lek Suryo dan saya. 


        



















Mari ketahui, Jadikan pelajaran dan rawat hingga lestari,

     Salam pecinta Situs dan Watu Candi, 
Watu Lumpang Tambakboyo






































  
     Penelusuran berlanjut ke double Watu Lumpang Linkungan Kupang Ambarawa (Depan Laris Ambarawa)
#takperlutenar