Senin, 01 Agustus 2011

Candi Planggatan

Tersisa Reruntuhan 
Planggatan

Ketika perjalanan selepas Candi Sukuh, tepatnya di perempatan Sekitar kebun Teh, saat saya menikmati semilih angin, sejuknya mata memandang, tiba tiba ada seorang ibu yang menggendong anaknya, melambaikan tangan sambil mngucapkan “ minta tolong Bapak saya ikut sampai Ngargoyoso”, tanpa berpikir panjang, okelah…..
Seusia kakek saya, memang tidak ada angkot lewat jalur ini, jalan pun kayaknya berat. Beruntung saya diberi kesempatan untuk menolong. Sambil melaju pelan-pelan, saya ngobrol dengan kakek yang “bonceng”, saya juga menceritakan kesenangan saya mengunjungi candi-candi, Kakek itu Tanya sudah kemana saja? Apakah Candi Planggatan sudah? Wah…, langsung saja…..mumpung masih ada waktu (belum sore)… saya kumpulkan informasi selengkapnya dari kakek itu….
Ternyata jalurnya sama dengan jalur ke candi Sukuh, kakek itu juga bilang kalau ke Candi Planggatan jangan lupa mampir Ke Telaga Mardida. Oke lah kalau begitu….semangat ’45 nic…. Tepat di Terminal wisata Ngargoyoso Kakek itu turun, saya berketetapan hati untuk mencari sampai dapat. Mumpung saya masih di Karanganyar.
Ternyata memang di tempat parkir Candi suruh tadi ada papan petunjuk arah ke Candi Planggaran, langsung saja saya ikuti jalan tersebut, mohon berhati-hati karena selain jalan menurun juga rusak, tidak beraspal sama sekali. Saya sungguh salah bawa motor, Vixion yang menemani saya tidak cocok, tapi bagaimana lagi lha punya Cuma itu kok….hehehehe… lain kali mungkin bawa super moto…..hehehehe…. sahabat nanti ketemu dengan jalan dimana sebelah kiri itu banyak lubang-lubang gua…
lubang di kaki bukit Perjalanan ke planggatan
Mohon maaf saya tidak sempat bertanya apakah lubang berbentuk gua tersebut sudah ada sejak jaman dulu atau baru terjadi, jalanan sepi jadi tidak ada yang bisa saya tanya.
Sesampainya di jalan persimpangan berbentuk K, pilih serong kekiri, kearah Desa Tambak. Menuju tujuan kita yaitu Candi Planggatan. Ikuti jalan cor-cor an semen di desa tersebut, pada gang ke tiga langsung saja belok kanan. Sekitar 75m saja dari jalan tadi.
Sedikitnya informasi mengenai keberadaan candi ini menjadikan saya mengabadikan sisa sisa reruntuhan candi sesuai  feeling saya saja.
menggambarkan relief Candi ini (mungkin)
Situs peninggalan Majapahit di lereng gunung lawu. Lokasi situs ini di Dsn.Tambak, Ds.Planggatan, Kec.Ngargoyoso - Kab.Karanganyar atau sekitar 6 km dari candi sukuh.  
Candi Planggatan hanya tinggal reruntuhannya saja, dimana ada beberapa pohon besar tumbuh diatas bebatuan gundukan batu yang merupakan batuan candid an bagian inti candi. Relief – relief candi tersebar di beberapa tempat, menyembul diantara tanah atau tersembunyi di balik batuan padas yang besar. Dan adanya yoni kecil yang rusak menandakan bahwa tempat ini adalah peninggalan Hindu
relief Planggatan ini mirip dengan candi di Jawa Timur




Yoni yang rusak
perlu penanganan
Relief wayang
     Sejarah :
Situs ini termasuk peninggalan dari Prabu Brawijaya V Raja terakhir Majapahit sebelum moksa. Diceritakan bahwa Prabu Brawijaya berpindah dari Jawa Timur ke Gunung Lawu, sebelumnya Brawijaya sempat beristirahat dan membuat singgahsana di sekitar Rawa Pening Kab.Semarang yg saat ini disebut Candi Dukuh.
    
Kondisi situs :

Sebagian besar batu2 belum digali dan hanya nampak beberapa batu2 dan batu berelief yang masih setengah terpendam. Menurut juru pelihara situs ini, lokasi situs ini dulunya adalah tanah bengkok milik warga desa yang ditanami rumput gajah untuk keperluan pakan ternak warga. Setelah diketemukan situs ini maka status kepemilikan tanah di ambil alih oleh pihak BP3 Jateng dan tempat ini pun ditetapkan sebagai Cagar Budaya


 Diantara beberapa relief yang ada salah satunya menggambarkan sengkalan memet (sandi angka tahun) berupa Gajah Wiku, yaitu sosok setengah gajah, setengah manusia dengan belali ke bawah dan memakan bulan sabit dengan pakaian seorang wiku/ pendeta. Relief ini dibaca “Gajah wiku mangan wulan” dan diartikan 1378 caka atau sama dengan 1456 Masehi. Selisih 19 tahun dengan Candi Sukuh yang selesai tahun 1437 Masehi.
Disamping kanan relief gajah Wiku ini, terdapat prasasti berhuruf dan berbahasa kawi sebanyak empat baris yang berbunyi :
"padamel ira ra
ma balanggadawang
barnghyang punu
n dah nrawang"
Terjemahannya :
"Pembuatannya Rama Balanggadawang bersamaan dengan Hyang Panunduh Nrawang" 
Sayang sekali, relief gajah wiku kurang jelas akibat tertutup tanah dan relief di Candi Planggatan yang tipis dan serupa dengan relief – relief di Jawa Timur. Hal ini tak begitu mengherankan karena Candi Planggtan sendiri di bangun oleh prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit sebelum moksa ke Gunung Lawu.
Situs/ Candi Planggatan ini masih digunakan oleh masyarakat sebagai tempat dilangsungkannya upacara Bersih Desa, selain juga dikeramatkan. Candi Planggatan juga masih ada usaha untuk selalu membersihkan, jadi tidak terkesan benar-benar diabaikan, tapi mungkin saja hanya oleh warga sekitar. Tampaknya belum tersentuh usaha ekskavasi dan eksplorasi reruntuhan candi untuk merenkontruksi Candi Planggatan ini.
Seperti pesan Kakek tadi, saya melanjutkan menuju Telaga Mardida, kita keluar lagi kearah perempatan berbentuk K, kita ambil serong kanan. Kalau lurus pun juga bisa namun agak jauh sedikit. Jalanan masih sama, tidak sebagus masuk Desa Tambak tadi. Bahkan batu-batuannya malah besar, jadi sayya harus berhati-hati, karena tipe roda motor saya bukan untuk kondisi jalan seperti ini. Dari planggatan kurang dari 2km saja.
Ketika saya berada di Telaga Mardida ini, ada dua orang anak yang tertarik dengan apa yang saya lakukan, mendekat dan meminta untuk ikut difoto…IMG_8199. Saya menjelaskan saya seorang penikmat candi sukuh,ceto dan planggatan, dua adik-adik ini bilang : ada satu lagi kak, didekat Tawangmangu sana ada Candi Menggung… kakak lewat jalan tembus kea rah Tawangmangu. Wah, sayang… selain waktu sudah merayap sore hari, tenaga dan logistikpun sudah terkuras. Jadi dengan agak menyesal saya bilang mungkin laen kali… lagi-lagi keramahan seperti ini saya dapat…
Semoga semakin banyak keramahan-seperti ini….
Sampai ketemu lagi di perjalanan selanjutnya….

Minggu, 31 Juli 2011

Candi Gondosuli

Misteri Kemegahan yang tersembunyi…..
Gondosuli
        Perjalaan lebih mudah dari pada menemukan Candi pringapus (Perjalanan sebelum ini). Setelah Puas di Candi Pringapus, di Pringapus karena peta yang saya persiapkan lupa tertinggal, saya bahkan harus berulangkali Tanya arah kepada orang yang saya temui.
Di perjalanan yang kedua adalah Candi Gondosuli, masih di Kabupaten Temanggung. Dari Candi pringapus keluar kea rah kota Temanggung, kira-kira ± 5km cari saja papan petunjuk kearah Bulu. Tandanya adalah setelah papan nama tersebut ada trafict light dan POM BENSIN. Ambil kiri, kemudian terus saja ikuti jalan… Trafict light dari wonosobo ambil kearah kanan. (kalau dari semarang/magelang sebaliknya).
Dari Trafict Light kira kira ±2 km melewati areal persawahan sampailah di perkampungan. Yaitu desa Gondosuli. Apabila ada pertigaan ambilah arah ke kanan yang nanjak, dengan jalan berbatu… setelah itu ketemu perempatan ambil ke kanan…masih dengan jalan berbatu…. Sebelah kanan ada tanda pohon nangka di sebelah kanan, dan ada makam Kyai Rofi’i, maka sahabat sampailah di Candi Gondosuli…..
Jujur saja untuk sampai di Candi ini, saya hanya Tanya dua orang, berbeda dengan Candi Pringapus…. Tak terbilang berapa orang…hehehehehe… tapi pantang malu daripada tersesat….
Kata pertama yang terucap …… “AAaaaaaccchhhh… kenapa dibiarkan begini…. Gondosuli oh Gondosuli… dirimu hanya bisu menjadi saksi ditelantarkan anak cucumu…. Ah jadi sedih….”  
Tertegun melihat keadaan Gondosuli

Sesudah mengabadikan beberapa arca yang masih tertinggal (banyak yang dicuri…) 
Yoni
ada Yoni, Beberapa lumpang, Kala, Nandi, Stupa, Lingga Yoni, dan banyak jenis yang tertumpuk walau teresan ditata seadanya.
Nandi




















Lumpang
kala
saya tertarik oleh keberadaan Batu besar di samping candi… Ternyata Batu Prasasti Gondosuli, Ukuran Batu ini sekitar 50cm x 211cm , berjenis batu Andesit. Di Prasasti ini bertuliskan huruf Jawa Kuno, dengan bahasa melayu kuno pula yang terdiri dari 14 baris.
 Menurut Informasi, prasasti Gondosuli ini memuat informasi mengenai :
1.      Menyebutkan Tokoh Suci Dang Karayan Pu Palar
2.      Adanya Bangunan Suci Sang Hyang Wintang ( Nama Asli Candi Gondosuli)
3.      Sengkalan di Sangaha Alas Partapan = tahun 754 C – 832 M
4.      Kekuasaan Raja yang Luas ( Rakai Pikatan), dan Sanak Saudara yang banyak.


            Prasasti Gondosuli terletak di Desa Gondosili Kecamatan Bulu, sekitar 13 km arah barat kota Temanggung, dengan memiliki Luas keseluruhan situs ini sekitar 4.992 m2. Pada tahun 832, sesuai dengan candrasengkala yang ada, Prasasti Gondosuli menjadi saksi bisu kejayaan Dinasti Sanjaya, terutama di masa pemerintahan Rakai Patahan (Rakaryan Patapan Pu Palar) sebagai raja di Mataram Hindu (Mataram Kuno). Nama Rakai Patapan juga dapat dijumpai dalam Prasasti Karang Tengah yaitu ditulis pada tahun 824.
Prasasti Gondosuli
Saat sedang mengabadikan Prasasti ini, saya didatangi penduduk yang tertarik keberadaan saya disitu. Dengan ramah, Bapak itu mengenalkan diri : Bapak Azis…(H4), tanpa dinyana…bapak itu bercerita panjang lebar mengenai keberadaan candi ini…. Mulai dari kebanggaannya atas bangunan candi yang dulunya megah walau kini hanya reruntuhan saja. Ada beberapa hal yang menarik yang harus saya ceritakan kembali, sesuai penuturan Bapak Azis tersebut…
-          Dulunya banyak arca dengan relief yang menarik, unik…. Sayang banyak orang yang mengambilnya…. Yang paling menarik adalah arca Kala memakan Bayi manusia,
-          Seumpama Candi Gondosuli dipugar sepenuhnya, dan pemerintah benar-benar mau merenovasi ini, (menurut Bapak Azis) Candi ini akan sejajar luasnya dengan candi Borobudur…. (yang benar pak…????) tapi saya tidak akan membantahnya…karena saat bercerita (Bapak Azis bersemangat dan raut muka yang yakin sepenuhnya) … bahwa gapura candi itu berada jauh di bawah candi dekat sungai (dilewati saat masuk desa Gondosuli)
-          Pernah kejadian, suatu pagi seorang penduduk membawa Lumpang (H5) untuk menumbuk padi, beberapa hari setelah selesai, Lumpang itu kembali lagi ketempat semula.
-          Barang Siapa bisa membaca tulisan di Batu prasasti Gondosuli, maka akan mendapatkan anugrah Harta Karun yang tersimpan di dalam Batu ini, di bagian belakang batu ini memang terlihat retakan batu yang sekilas memang terlihat layaknya sebuah pintu, yang konon katanya akan membuka sendiri saat  ada orang yang bisa membaca tulisan jawa kuno tersebut. ADA YANG BISA???????
Sungguh sayang kesemuanya itu hanya dinikmati dengan cerita, bukan dengan wujud asli kemegahan candi Gondosuli….. entah mitos atau memang kebenaran semua itu masih misteri.



Jumat, 29 Juli 2011

Candi Pringapus

The Secret of Green Gold
Temanggung
Candi Pringapus
         Hari Kamis pagi, tanggal 28 Juli 2011 ini, akhirnya dengan nekad ku lanjutkan ekplorasi kemegahan candi. Kali ini yang kutuju adalah candi yang berada di Kedu, atau yang sekarang lebih dikenal dengan Temanggung. Tak banyak memang orang yang mengetahui jika Temanggung juga memiliki peninggalan beberapa Candi.
View di jalus Sumowono-Temanggung
Jam 9 tepat saya berangkat dari rumah. Jalur yang ku pilih dari Semarang ke Temanggung melalui Sumowono, informasi yang saya peroleh jalur ini menarik. Tidak salah saya memilih jalur alternatf ini, selain tidak macet, udara sejuk juga pemandangan yang menakjubkan, di jalur ini kita akan di temani di kanan kiri kita gunung (G. Ungaran, G. Etean, dan G. Sulunder, G. Swakul, G. Senggrang, G. krincingan perbukitan dan lembah yang landai yang menghijau ….
Bahkan saya sempat bersenandung OST nya Ninja Hatori…. Mendaki gunung …♫♪♪♫….lewati lembah…, namun bagi yang belum pernah lewati jalur ini, saran saya kecepatan jangan melebihi 60km… banyaknya tikungan pada saat turunan maupun tanjakan harus membuat kita waspada, apalagi bila belum terbiasa…---- bahkan saya alami sendiri : saya hampir saja  keluar jalur ketika konsentrasi saya pecah sebentar, di tikungan dekat masjid Kaloran.… awas jangan ditiru, bahaya!----
Dari Sumowono, di pertigaan Desa Lanjan ambil yang kanan, apabila kita kekiri menuju Pingit. Setelah beberapa saat kemudian kita melewati Desa Candigaron dan Desa Kemitir. Setelah itu kita memasuki wilayah Kabupaten Temanggung. Desa yang pertama kita temui adalah Kalimanggis, Janggleng dan (Kec) Kaloran. Berturut-turut kemudian Dakaran, Tegowanu, Gandulan, Banyuurip. Di Perempatan Kertosari (Kec. Temanggung) 2 pilihan jalan bisa langsung kiri ataupun ikut jalur saya …. Saya langsung lurus lewat kota. karena selain saya ingin tahu dulu Candi Gondosuli (tujuan ke2 saya).
Lurus terus saja ambil arah Wonosobo,  apabila sahabat sudah sampai di terminal Bus Temanggung ambil kanan kearah Weleri menuju Kecamatan Ngadirejo. Bila sudah sampai di daerah Ngadirejo,  cari petunjuk disamping.
Dari pertigaan tersebut, sahabat ambil kiri, setelah 200meter akan ketemu petunjuk lagi (A3). 
Ambil kiri lalu ikuti jalan kampung beraspal tersebut, kira kita kurang dari 100m, ketemu jembatan yang posisi jalan menurun, kemudian naik lagi, disebelah kiri kita ada gang yang berada di bawah rimbunan pohon bambu, sahabat ambil kiri lagi, masuk kampung. Yaitu d Desa pringapus, tandanya adalah jalan yang sahabat lalui berupa jalan batu yang ditata rapi. Saat memasuki jalan ini, pelan-pelan saja, sambil menikmati keramahan para penduduk. Banyaknya jemuran emas hijau alias tembakau di jalan membuat saya harus berhati-hati saat melaju.  
Lalu sampailah….. 



Keramahan Bapak Daryono, sang juru kunci  menyambut saya. Dengan meminta izin mengabadikan kemegahan Candi Pringapus ini. saya mulailah 'Menikmati" misteri Candi Pringapus.
sisi depan
Secara Administratif, sama dengan nama Candi, Desa pringapus Kecamatan Ngadireo Kabupaten Temanggung. Sekitar 2 Km arah barat laut ibu kota  Temanggung. Dulunya Di Samping Candi Pringapus juga berdiri Candi Perot, akan tetapi saat ini hanya tinggal reruntuhannya saja disekitar candi Pringapus. 
Relief yang indah di pahat disetiap sisi candi bahkan sampai atap candi (sayangnya stupa atap candi belum terpasang, masih di bawah. 
dewa-dewi
Relief di setiap sisi Candi adalan Dewa Dewi yang indah.... Mengagumkan hasil pahatan leluhur kita.
sisi belakang
atap candi

hiasan naga
Stupa Candi Pringapus 
nandi
         Di Pintu masuk Candi pun indah terlihat dua naga  yang siap menyambut kita, pun demikian tidak kalah anggun arca Nandi di dalam Candi. Menurut Bapak Daryono, masih banyak Pengunjung yang perhatian terhadap Candi Pringapus ini. walaupun sekitar tahun 98 Candi ini sempat kelilangan salah satu arca yang berharga berupa naga seperti barongan .... 
Yoni Candi Perot

sebagian reruntuhan candi perot 
sebagian reruntuhan candi perot
          Candi ini merupakan Replika Mahameru, nama sebuah gunung tempat tinggal para dewata. Hal ini terbukti dengan adanya adanya hiasan Antefiq dan Relief Hapsara-hapsari yang menggambarkan makhluk setengah dewa. 
Candi Pringapus bersifat Hindu Sekte Siwaistis. Hal ini terlihat dari adanya arca-arca bersifat Hindu yang erat kaitannya dengan Dewa Siwa. Sebagaimana lazimnya candi-candi Hindu yang memanifestasikan Siwa, posisi candi dan letak arca-arcanya selalu menjadi ciri khas yang memperhatikan penjuru mata angin. Pintu utama candi menghadap ke timur, dan dikanan-kirinya dijaga Kala dan Nandi. Kala adalah anak Siwa yang lahir dari persatuan antara Siwa dengan kekuatan alam yang dahsyat. Kala lahir sebagai raksasa sakti yang dapat mengalahkan semua dewa. Sedangkan Nandi adalah lembu putih kendaraan Siwa, sehingga dalam satu perwujudannya Siwa disebut Nandi Cwara.
Berpose didepan Arca Durga tanpa Kepala
Pada bagian lain terdapat Durga Mahesasuramardhini. Durga merupakan salah satu perwujudan Uma sebagai dewi cantik dengan berbagai macam senjata anugerah dewa. Sebagai Durga, Uma menurut legenda berhasil mengalahkan raksasa sakti berwujud kerbau yang mengganggu para Brahmana. Di dalam candi juga terdapat Yoni yaitu salah satu perwujudan Uma (Istri Siwa) yang berfungsi sebagai alas arca Siwa atau perwujudannya (biasanya Lingga) persatuan lingga dan Yoni merupakan simbol penciptaan alam semesta sekaligus simbol kesuburan. Sebagai saksi kebesaran sejarah masa silam, hal lain yang menarik dari Candi Pringapus adalah hiasa Kala berdagu seperti Kala tipe Jawa Timur.


Informasi mengenai Candi Pringapus didapat dari adanya Prasasti Tulang Air yang berangka Tahun 772 Saka / 850 M. Prasasti berbahasa Jawa Kuno ini dikeluarkan pada Masa Mataram Kuno. Raja yang berkuasa saat itu adalah Rakai Pikatan, yang juga membuat Candi Prambanan. Isi dari Prasasti Tulang air tersebut adalah : Penetapan sima oleh Pejabat Kerajaan Mataram Kuno Rakai Patapan Pu Manuku yang berada di bawah kekuasaan Rakai Pikatan. Sima berarti sebuah bangunan suci, yang terletak di Desa Tulang Air.
Beberapa Ahli arkeolog dunia pernah meneliti dan mencatat informasi mengenai Keberadaan Candi Pringapus ini, diantaranya Junghuhn 1844; Hoopermans 1865; Veth 1878 Knebel 1865. Candi Pringapus pernah dipugar pada tahun 1930 oleh Dinas Purbakala.

Selanjutnya….

 Perjalanan saya lanjutkan ke Candi Gondosuli.....

catatan " Perjalanan ini saya tempuh sejauh 152km dengan BBM PP 40rb...

Hargai Warisan leluhur..!







(rute Sebenarnya/Kejadian Sebenarnya)
                Saya sempat tersesat, tidak terhitung jumlahnya saya bertanya kepada penduduk sekitar, bahkan sebelum saya bertanya pada seorang kawan (seto wonosobo), saya sampai jauh 'keblablasen' sampai daerah Kledung Perbatasan dengan wonosobo. perjuangan belum selesai di situ saja, ketersesatan saya, dengan peta yang terlupa, saya nekad saja mencari berdasarkan ingatan daerah yang harus saya cari, Untung masih ingat daerah Ngadirejo, dimana posisi Candi pringapus itu berada. masih salah lagi, karena setiap saya tanya, dengan pertanyaan ... Dimana kah keberadaan Candi itu ? (tentunya dalam bahasa jawa)... dengan snang hati mereka menunjukkan arah CANDISARI...... beda jauuuuhhhh.... cuma ketika terakhir saya tanya ternyata memag di Desa Candi Sari dulunya ada sebuah candi, sudah hilang karena batuan-batuan serta arca banyak yang dicuri. dan CandiP ringapus berada di Sebelah Desa CandiSari... Foto dibawah adalah saat menemukan Keberadaan Candi ini setelah berputar2 cukup lama saya ambil  foto masih diatas motor .....dengan perasaan legaaaaaaaaa- Pokoknya harus nekad saja tanya siapa saja dan jangan tanya satu kali.... itu pesan saya...hehehe 'Wassalam ...
Candi Pringapus....

Minggu, 24 Juli 2011

Ramalan Sabdo Palon

Ramalan Sabdo Palon

( Terjemahan bebas bahasa Indonesia )
Sapda Palon di Candi Cetho

1.
Ingatlah kepada kisah lama yang ditulis di dalam buku babad tentang negara Mojopahit. Waktu itu Sang Prabu Brawijaya mengadakan pertemuan dengan Sunan Kalijaga didampingi oleh Punakawannya yang bernama Sabda Palon Naya Genggong.
2.
Prabu Brawijaya berkata lemah lembut kepada punakawannya: “Sabda Palon sekarang saya sudah menjadi Islam. Bagaimanakah kamu? Lebih baik ikut Islam sekali, sebuah agama suci dan baik.”
3.
Sabda Palon menjawab kasar: “Hamba tak mau masuk Islam Sang Prabu, sebab saya ini raja serta pembesar Dang Hyang se tanah Jawa. Saya ini yang membantu anak cucu serta para raja di tanah jawa. Sudah digaris kita harus berpisah.
4.
Berpisah dengan Sang Prabu kembali ke asal mula saya. Namun Sang Prabu kami mohon dicatat. Kelak setelah 500 tahun saya akan mengganti agama Budha lagi (maksudnya Kawruh Budi), saya sebar seluruh tanah Jawa.
5.
Bila ada yang tidak mau memakai, akan saya hancurkan. Menjadi makanan jin setan dan lain-lainnya. Belum legalah hati saya bila belum saya hancur leburkan. Saya akan membuat tanda akan datangnya kata-kata saya ini. Bila kelak Gunung Merapi meletus dan memuntahkan laharnya.
6.
Lahar tersebut mengalir ke Barat Daya. Baunya tidak sedap. Itulah pertanda kalau saya datang. Sudah mulai menyebarkan agama Buda (Kawruh Budi). Kelak Merapi akan bergelegar. Itu sudah menjadi takdir Hyang Widhi bahwa segalanya harus bergantian. Tidak dapat bila diubah lagi.
7.
Kelak waktunya paling sengsara di tanah Jawa ini pada tahun: Lawon Sapta Ngesthi Aji. Umpama seorang menyeberang sungai sudah datang di tengah-tengah. Tiba-tiba sungainya banjir besar, dalamnya menghanyutkan manusia sehingga banyak yang meninggal dunia.
8.
Bahaya yang mendatangi tersebar seluruh tanah Jawa. Itu sudah kehendak Tuhan tidak mungkin disingkiri lagi. Sebab dunia ini ada ditanganNya. Hal tersebut sebagai bukti bahwa sebenarnya dunia ini ada yang membuatnya.
9.
Bermacam-macam bahaya yang membuat tanah Jawa rusak. Orang yang bekerja hasilnya tidak mencukupi. Para priyayi banyak yang susah hatinya. Saudagar selalu menderita rugi. Orang bekerja hasilnya tidak seberapa. Orang tanipun demikian juga. Penghasilannya banyak yang hilang di hutan.
10.
Bumi sudah berkurang hasilnya. Banyak hama yang menyerang. Kayupun banyak yang hilang dicuri. Timbullah kerusakan hebat sebab orang berebutan. Benar-benar rusak moral manusia. Bila hujan gerimis banyak maling tapi siang hari banyak begal.
11.
Manusia bingung dengan sendirinya sebab rebutan mencari makan. Mereka tidak mengingat aturan negara sebab tidak tahan menahan keroncongannya perut. Hal tersebut berjalan disusul datangnya musibah pagebluk yang luar biasa. Penyakit tersebar merata di tanah Jawa. Bagaikan pagi sakit sorenya telah meninggal dunia.
12.
Bahaya penyakit luar biasa. Di sana-sini banyak orang mati. Hujan tidak tepat waktunya. Angin besar menerjang sehingga pohon-pohon roboh semuanya. Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang.
13.
Seperti lautan meluap airnya naik ke daratan. Merusakkan kanan kiri. Kayu-kayu banyak yang hanyut. Yang hidup di pinggir sungai terbawa sampai ke laut. Batu-batu besarpun terhanyut dengan gemuruh suaranya.
14.
Gunung-gunung besar bergelegar menakutkan. Lahar meluap ke kanan serta ke kiri sehingga menghancurkan desa dan hutan. Manusia banyak yang meninggal sedangkan kerbau dan sapi habis sama sekali. Hancur lebur tidak ada yang tertinggal sedikitpun.
15.
Gempa bumi tujuh kali sehari, sehingga membuat susahnya manusia. Tanahpun menganga. Muncullah brekasakan yang menyeret manusia ke dalam tanah. Manusia-manusia mengaduh di sana-sini, banyak yang sakit. Penyakitpun rupa-rupa. Banyak yang tidak dapat sembuh. Kebanyakan mereka meninggal dunia.
16.
Demikianlah kata-kata Sabda Palon yang segera menghilang sebentar tidak tampak lagi diriya. Kembali ke alamnya. Prabu Brawijaya tertegun sejenak. Sama sekali tidak dapat berbicara. Hatinya kecewa sekali dan merasa salah. Namun bagaimana lagi, segala itu sudah menjadi kodrat yang tidak mungkin diubahnya lagi.


Rabu, 06 Juli 2011

Candi Gedong V

Kompleks Candi Gedong Songo
Candi Gedong V (Candi Gedong songo)
Candi ini diketemukan oleh Raffles pada tahun 1804 dan merupakan peninggalan budaya Hindu dari zaman Wangsa Syailendra abad ke-9 (tahun 927 masehi).Candi ini memiliki persamaan dengan kompleks Candi Dieng di Wonosobo. Candi ini terletak pada ketinggian sekitar 1.200 m di atas permukaan laut sehingga suhu udara disini cukup dingin (berkisar antara 19-27 °C)Lokasi 9 candi yang tersebar di lereng Gunung Ungaran ini memiliki pemandangan alam yang indah. Di sekitar lokasi juga terdapat hutan pinus yang tertata rapi serta mata air yang mengandung belerang.Candi Gedong Songo adalah nama sebuah komplek bangunan candi peninggalan budaya Hindu yang terletak di Desa Candi, Kecamatan Bandungan,Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia tepatnya di lereng Gunung Ungaran. Di kompleks candi ini terdapat sembilan buah candi.
Perjalanan kedua, 'eksplor Candi Gedongsongo akhirnya terlaksana juga, Jumat tanggal 1 Juli 2011 jam setengah 3 meluncurlah dari kantor. Saya memaksakan diri ke candi walau dengan kondisi fisik yang sedikit meragukan.
tampak dari belakang
Agak sedikit mendung dilangit ketika saya sampai di kompleks candi gedongsongo ini, tujuan utama saya hanya satu candi yaitu candi Gedong V. Setelah Bayar Tiket Rp. 6000,- (lokal, kalau turis asing Rp. 25.000,-), langsung saya menuju candi gedong V. Setelah pintu gerbang Candi Gedong9, langsung kearah kiri melewati kandang kuda, agar lebih cepat saya melewati kandang kuda ini terus kekiri.
Kalau sahabat lurus nanti akan ketemu Candi I,II,II dst...dan merupakan urutan candii yang benar). Candi Ini Berada pada ketinggian 1.308 mdpl di Gunung Kendalisada (berdekatan dengan Gunung Ungaran).
Kala
dupa yang tersisa di sudut candi
Patung Dewa
sesampainya di pos pandang menuju candi Gedong V, kondisi fisik malah ngedrop, kepala pusing, perut mual... (yang terjadi selanjutnya----sensor saja---), setelah beristirahat agak lama di gardu pos pandang, saya melanjutkan berjalan kaki menuju candi Gedong V. Walau terlihat perjalanan kali ini tampaknya akan berat, tapi karena kepalang basah berada di sini, kuteruskan saja.... masih tersisa semangat dan niat yang harus sampai, tidak boleh tidak maka lajulah kaki saya walau dengan 'ngos-ngos an.... --- saran saya ikutilah jalur yang benar... sahabat mulai candi I-II-III dst...jadi jalan tidak terlalu nanjak...(kuranglebih rute langsung keCandi Gedong V ini 60 derajat)
  Candi Gedong V ini, didampingi 1 candi perwara yang runtuh tinggal sedikit sisa yang masih berdiri, juga beberapa reruntuhan yang terletak di belakang candi (dari papan nama candi) yang berada pada dataran yang lebih rendah sedikit, yang konon katanya merupakan 2 bangunan candi yang sekarang tinggal reruntuhan candi serta pondasinya saja.
Atap Candi Gedong V
Batuan pondasi 
     Candi Hindu yang merupakan peninggalan jaman Wangsa Syailendra ini sampai sekarang masih digunakan untuk beribadah, terbukti banyak, dupa,hio ataupun kemenyan dan bunga sesajen.
Hiasan pintu masuk candi yang berupa Kala pun masih terlihat hanya saja Yoni yang sudah tidak ada.
tangan jahil
Disisi sebelah kanan candi, di dindingnya masih ada bekas arca
Yang memprihatinkan ada beberapa ukiran nama yang dibuat orang (bukan tulisan asli candi)... selain beberapa coretan di dinding batu candi dan banyaknya sampah yang bertebaran disekitar candi....
Reruntuhan Candi yang katanya candi ke 9




    Selain Eksotisnya candi, sesekali kita akan mendenngan kicauan burung-burung di sekitar Candi. 
Beberapa kali kabut datang dan pergi selama saya berada di Candi Gedong V ini, selain hawa dingin yang menusuk tulang (pen dikaki berontak nic.... ketika yang datang kabut yang pekat dan malam mulai datang akhirnya saya memutuskan untuk turun 'gunung'.....
Berbeda dengan perjalanan menanjak tadi, sekarang perjalanan menurun, curam sampai ingin rasanya berlari..... tentunya saya tidak berlari..... rasanya capek banget....
---- 
tapi ini adalah perjuangan yang menyenangkan bagi saya, sampai ketemu lagi di Candi Gedong IV... semoga tidak lama lagi-

berpose diatas reruntuhan candi dilatar belakang candi Gedong V yang diselimuti kabut/ diambil sekitar jam 17.30
kira kira bila para sahabat ingin berkunjung ke gedong songo.... diperlukan perjalanan sekitar 40 menit dari Kota Ambarawa dengan jalanan yang naik, dan kemiringannya sangat tajam (rata-rata mencapai 40 derajat). Lokasi candi juga dapat ditempuh dalam waktu 10 menit dari obyek wisata Bandungan. Berikut daftar jarak tempuh menuju candi ini.
  • Gedong Songo - Ungaran : 25 km
  • Gedong Songo - Ambarawa : 15 km
  • Gedong Songo - Semarang : 45 km