Minggu, 18 September 2016

Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal

    Sabtu, 17 September 2016 .. 
Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal
    Sudah sejak lama, ketika mengikuti postingan dari rekan region barat, Kendal Area Mas Imam yang sangat menggoda untuk segera "njaluk diterke". Hehehehe.. bagi saya pribadi, area kendal lereng gunung Ungaran, dulu sebelum terkotak administratif kabupaten/kota, saya sangat yakin menjadi satu wilayah sebuah kerajaan yang pernah ada di Lereng Gunung Karungrungan* (Naskah Bujangga Manik = Gunung Ungaran)
      Begitu menariknya..... Akhirnya dengan beberapa rekan yang lain yang merespon ajakan blusukan weekend, Kami janjian di Terminal Cangkiran Mijen Semarang abis dhuhur.. Namun seperti biasa.... (semoga tak terulang), sing ngeterke malah nunggu... wkwkwkw..  Di area ini dekat sekali ada Beberapa situs yang sudah berhasil kami telusuri, antara lain : Yoni Mbah Badur dan Petirtaan Cangkiran, Yoni di Masjid pertigaan Cangkiran dan Lumpang Setra
      Dari Terminal Cangkiran, kami yang akhirnya berempat (Saya, Anak Saya, Mas Imam, Mbah Eka dan Mas Eka) melaju menyusuri jalan arah gonoharjo. Melewati bekas peternakan sapi Presiden RI ke 2, kemudian kira-kira 1 km... ada pertigaan, dimana pertigaan tersebut pas jalan sebelum jembatan.
    Masuk menuju Dusun Gowok, Desa Ngabean, Kira-kira 500m tepat didepan pabrik tahu.... Yoni ini berada. Tak menunggu lama, kami segera "menyentuhnya"... 
Yoni Gowok, Desa Ngabean, Boja Kendal
     Secara Administratif, Yoni ini berada di Dusun Gowok, Desa Ngabean Kecamatan Boja Kabupaten Kendal. Yoni menjadi manifestasi Siwa dalam ajaran Hindu seharusnya ada pasangan Yoni yang dinamakan Lingga dan berada atau terletak di atas Yoni, Namun Lingga sudah Hilang.
     Kondisi Yoni sudah ditumbuhi lumut di hampir seluruh bagian, dan beberapa sudut sudah rusak, entah aus ataupun (sempat akan) dirusak/ dihancurkan, entah. Namun masih digunakan oleh orang-orang tertentu untuk ritual....
    Sayangnya pengertian masyarakat hanya sampai disitu, berbau mistis, bukan watu purbakala peninggalan budaya masa lalu, hasil cipta karsa leluhurnya yang di uri-uri.... Bukan-Bukan itu ternyata. Sayang sekali!!!
     Yoni merupakan bagian dari bangunan suci dan ditempatkan di bagian tengah ruangan suatu bangunan suci. Yoni biasanya dipergunakan sebagai dasar arca atau lingga. Yoni juga dapat ditempatkan pada ruangan induk candi. 
     Bentuk Yoni berdenah bujur sangkar, sekeliling badan Yoni terdapat pelipit-pelipit, seringkali di bagian tengah badan Yoni terdapat bidang panil. 
Penampang atas Yoni Gowok Boja
   Pada salah satu sisi yoni terdapat tonjolan dan lubang yang membentuk cerat. Pada penampang atas Yoni terdapat lubang berbentuk bujur sangkar yang berfungsi untuk meletakkan lingga. Pada sekeliling bagian atas yoni terdapat lekukan yang berfungsi untuk menghalangi air agar tidak tumpah pada waktu dialirkan dari puncak lingga. Dengan demikian air hanya mengalir keluar melalui cerat. 
Cerat Yoni Gowok Boja
    Bagian-bagian yoni secara lengkap adalah nala (cerat), Jagati, Padma, Kanthi, dan lubang untuk berdirinya lingga atau arca. Lingga dan Yoni mempunyai suatu arti dalam agama setelah melalui suatu upacara tertentu. Sistem ritus dan upacara dalam suatu religi berwujud aktivitas dan tindakan manusia dalam melaksanakan kebaktiannya terhadap Tuhan, dewa-dewa, roh nenek moyang dalam usahanya untuk berkomunikasi dengan mereka. Dalam ritus dan upacara religi biasanya dipergunakan bermacam-macam sarana dan peralatan, salah satu di antaranya adalah arca.
     
Video Amatir : (file hilang)

   Foto bersama, Mblusuk bersama... Guide hunter  Mas Imam & Double Eka :  Mbah Eka W. Prasetya - Eka Budi (Awalnya kami kesulitan mencari alas untuk selftimer namun masalah terpecahkan, difoto sama anak saya... jadi mohon maaf bila ada ruang kosong di gambar... maklum masih belajar)
Yoni Gowok Ngabean Boja Kendal
    Blusukan membawa generasi baru saya, Salam Pecinta Situs Watu candi
Yoni di Gowok Ngabean Boja : Regenerasi bersama Jagad
Ketahui dan ... Yuk mari Lestarikan

--
Penelusuran Berlanjut.....

Jumat, 16 September 2016

Menelusuri jejak Keberadaan Watu Lumpang Baran Ambarawa #2 : Lumpang 5,6,7.

     Jumat -16 September 2016, Naskah ini adalah sambungan dari penelusuran " Menelusuri jejak Keberadaan Watu Lumpang Baran Ambarawa #1. Bermula informasi yang simpang siur kami terima mengenai jumlah lumpang yang tersebar di Baran. Setelah ketiga kalinya saya jadi guide rekan yang ingin kembali menelusuri akhirnya  saya malah menemukan bonus lumayan mengejutkan.
    Masih di Baran Ambarawa. Beda orang bisa pula mendapatkan informasi yang berbeda. Di penelusuran 1 dan 2, saya tak ketemu dengan lumpang yang ke 5, 6 dan 7 ini. (Apakah masihkah berlanjut? baca secara lengkap dulu saja!)
       Entah berjodoh atau apalah, ketika kami bertanya tepat didepan masjid dekat poskamling, kalau tidak salah ada  di perempatan, (Awalnya informasi Lumpang yang ke 5 ada di sekitar perempatan ini, tapi sekarang tak tahu rimbanya). 
     Cerita kembali saya sampaikan :
Lumpang 5 Baran Ambarawa
       Watu lumpang yang ke 5 berada di depan rumah mbah Salamah, Rt 4 RW IV Baran Ambarawa. 
      Awalnya lumpang ini posisinya tengkurap, kemudian atas berkat kerja keras duet sejoli ini : Mbah Eka dan Lek Sur jadilah penampakan dalam gambar tersebut. 
      Teronggok di pinggir jalan depan halaman warga, dan generasi kita tak tahu menahu ini apa, bagaimana fungsinya.....
     Untuk prosesnya bisa ditengok di video amatir yang saya sertakan ini 








Ketahui dan lestarikan
Lumpang 5 Baran Ambarawa
      Dari Lumpang ke 5, kami berjalan kaki sekitar 100m, kemudian segera nampak 2 watu lumpang yang berada di depan rumah warga
Lumpang 6, Baran Ambarawa
      Didekatnya ada lagi Lumpang ke 7 di dekat kandang ayam di samping rumah sebelah kanan.
Lumpang 7 Baran Ambarawa
Video Amatir Lumpang 6,7 :

     Dari pemilik rumah, konon watu lumpang ini hasil penyelamatan nya dari daerah Kupang. Saat itu beberapa watu lumpang di Kupang Ambarawa banyak yang dihancurkan, kemudian dua yang tersisa ini diamankan beliau, yang juga asli orang Kupang Ambarawa.

Ketahui, lestarikan....
Lumpang  6 dan 7.
     Setelah cukup mengorek informasi kami mencoba lagi menelusuri keberadaan cerita rakyat tentang watu kelir masih di Baran Ambarawa.
watu kelir baran
     Namun kelir atau relief juga sisa gambar sudah tak berbekas, hanya warga mengenalnya dengan watu kelir. Seorang bapak pemilik ruah di dekatnya kami tanya lebih detail tah tahu mitos, legenda atau cerita tutur tinular ihwal watu ini.
   Semoga kelak yang baca coretan saya ini ada yang mau berbagi cerita tentang watu kelir ini, supaya tak putus cerita untuk generasi mendatang bahkan sekarang.
     Keberadaan sendang tak jauh dari watu kelir ini pun sudah muksa berganti menjadi rumah.
      Penelusuran Baran Ambarawa ini berlanjut atau tidak, semuanya tergantung pada informasi yang kami dapat. 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi...


   Sampai Ketemu di penelusuran-Penelusuran Yang lain.

Rabu, 14 September 2016

Mencari Jejak Purbakala di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas

     Rabu, 14 September 2016, lanjutan dari penelusuran Watu Lumpang Wujil, Jika Mbah Eka bolong wudele alias lagi apikan.... yo begini. Minta diantar satu bonusnya satu ...hehehehe.
     Dari watu lumpang Wujil, kami kembali lagi ke arah Ungaran di area yang kami tuju ini banyak tersebar beberapa situs yang kebetulan sudah saya telusuri : Yoni Candirejo 1, Situs Makam Ndowo , Yoni Situs Bugangan, Yoni LPG Candirejo watu lumpang candirejo, Lingga Pathok Gebugan.
     Belum lagi ada yoni Gintungan (Maaf Link belum ada karena di lokasi ini tahap kami mengeskavasi bersama warga) jika sudah selesai...coba nanti ada ceritanya.
   Sebelumnya, beberapa waktu sebelum ini, saya sempat menelusuri Seleses bersama Mas Eka Budi... Namun di Seleses ada Arcanya...tapi dulu, sebelum di colong!!!
Maaf Dokumentasi Seleses kelas HP.... :


watu yang kami duga unsur watu candi yang terbawa arus
    Semoga, mas Eka berkenan kiri Gambar yang lebih bagus.....
Unsur bagian bangunan suci di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas      
     Setelah sampai di Gebugan, melalui jalan yang sedang proses betonisasi, ambil kanan (menuju Pabrik Tahu), yang merupakan jalan menuju Sumber Air Seleses.
     Dari Jalan Kampung 100m kemudian cari parkiran....
    Kemudian berjalan kaki kira-kira 50m, tak kan ada orang yang menyangka di tengah-tengah lebatnya rerumputan setinggi betis, ada watu purbakala :

      Berada di tanah tegalan milik Bapak diatas rawa. Kondisi tegalan ini sungguh rimbun dan tanaman sangat rapat hingga sangat lembab. 

Watu candi di dekat Sumber Air Seleses Gebugan Bergas
      Karena kami yakin tak hanya satu watu ini, kemudian kami mencoba menyusuri beberapa meter kearah kanan dan memang, dibawah semak-semak ada satu lagi :
    Setelah bersepakat, saya mencoba memindahkan watu itu untuk saya dekatkan agar semakin terlihat jelas bahwa di lokasi ini masih terlihat jelas jejak bersejarah.
     Karena melihat watu yang kedua tersebut, kami melanjutkan lagi penelusuran di area rawa di bawah tegalan ini. Memutar lewat tandon Air Seleses Milik PDAM. Tanggul rawa sedang dalam perbaikan, sehingga airnya disurutkan, semoga lain waktu dengan air yang utuh. Sorry No Picture. Kami sangat penasaran dengan kemungkinan watu yang lain, terlupa untuk mendokumentasikan suasana pemandangan.... Begitu banyak watu bertebaran di persawahan, aliran air sungai... dlll.

       Dilihat dari topografi sangat yakin kami, jika area ini dulunya adalah area sakral nan suci.
     Pencarian jejak ini saya didampingi sang pencari jejak alias Strider (ingat Film LoTR?) : Tenan owk beliau juwal mahal disini tak mau foto... mungkin 3 hari tak mandi...jadi malu....hehehehe.
    Setelah hasil belum kami dapat.. Kami bersepakat untuk melanjutkan penelusuran, mencoba mencari jejak di 2 makam di perjalanan pulang kami (mohon maaf kami tak bisa memberikan informasi makam yang mana? hehehe). Dan hasilnya :
Makam Candi yang memakai watu candi 


Salam Pecinta Situs Watu candi

Ketahui lebih, dan Yuk Lestarikan...

Watu Lumpang di Wujil Bergas

Watu Lumpang di Wujil Bergas
     Blusukan "Kemisan masih berlanjut, kali ini bersama Mbah Eka W Prasetya.... "Tak terke"jawabnya secepat kilat. Saat saya messanger-an. Sekalian menelusuri lokasi lain sambungnya. Berawal dari postingan sior di dunia per-watuan purbakala impor dari luar kota. Pinisepuh Mbah Miko dan Mbah Adji.
Watu Lumpang di Wujil Bergas : dibawah tulisan merah
     Sangat menarik hati saya.... Kok ya sering lewat tak menyangka ada Watu Lumpang itu.
     Start  dari alun-alun lama Ungaran, berangkat jam 2 langsung meluncur ke lokasi, melalui jalur belakang  karena saya pembonceng tak tertib kali ini... lupa bawa helm.                             Petunjuk arah yang terdekat adalah Pertigaan SDN Wujil 02 Bergas. Dari SD Wujil 02 ambil arah ke kanan (bila sobat dari stadion wujil. Kira -kira 100m lihat ke kanan secara teliti di lahan kosong milik warga.
wujud watu lumpang kuno : Wujil Bergas
     Menurut info yang didapat Mbah Eka, Lahan ini Milik warga Bapak Dawam.  Terlihat dari kiri, kanan dan belakang lahan yang sudah berdiri rumah, saya kok punya perasaan tak baik.... Secepatnya ini di selamatkan... Terserah pihak RT/RW ataupun Desa/Kelurahan memindahkan agar aman dan tak bernasib sama dengan watu peninggalan lain yang akhirnya menjadi watu urugan atau pondasi.
Watu Lumpang di Wujil Bergas
    Watu lumpang, diduga pada masa itu digunakan untuk ritual tertentu, mulai dari ritual penetapan daerah sima atau wilayah perdikan (merdeka dari pajak), ada pula digunakan untuk ritual suci menumbuk sesajen atau bahkan digunakan untuk ritual tertentu lainya.
    "Terakhir kita lewat setelah blusukan, watu lumpang ini masih tertutup pohon dan banyak ilalang yang menghalangi pandangan", jelas Mbah Eka W.P
    Terlihat dari bekas tanah yang di pacul, lahan kosong ini mulai di perhatikan oleh pemiliknya.
     Sebenarnya saya sudah mem-video kan blusukan kali ini.... sayangnya hilang....
---
     Maaf hasil foto bareng, tak terfokus, maklum selftimer kurang sempurna karena alasnya bergerak... : 

Salam Pecinta Situs Watu candi
@ssdrmk di Lumpang Wujil

Blusukan kemisan berlanjut...

Rabu, 07 September 2016

Mau Lihat Tinggalan watu purbakala dilestarikan? tentu saja Di Kantor Desa Banyuwangi Kec. Bandongan Magelang


Begini seharusnya...... Tak saling melempar Tanggungjawab. Tapi saling Memberikan Dukungan

Di Kantor Desa Banyuwangi Kec. Bandongan Magelang

Yoni di Balai Desa Banyuwangi Magelang
     Rabu, 7 September 2016. Maih di penelusuran di hari yang sama dengan destinasi Utama yaitu Candi Selogriyo, sebelumnya mampir pula di Situs Makam Kalijoso
    Tujuan ketiga ini adalah Yoni di Balaidesa, yang beberapa saat yang lalu di posting oleh rekan senior perblusukan di Gruk Dewa SIwa. Sekalian saja pikir kami....
Perempatan Trasan Bandongan
    Dari Candi Selogriyo, kami keluar menuju arah Bandongan, pasnya di Jalan Bandongan-kaliangkrik.      Kira-kira 7km sampai ketemu dengan perempatan trasan tepat disamping jembatan, ambil kanan. masuk ke desa Banyuwangi. Kemudian cari Balai Banyuwangi. 
Balaidesa Banyuwangi Kec. Bandongan Magelang
    Awalnya kami sempat kesasar - keblabasen 1 km lebih. kemudian balik lagi dan mengutuki diri kami yang tak awas.... Mungkin fokus yang lain ...
   Sesaat sampai disini, kami dapati pintu kantor desa tertutup rapat, padahal adzan dhuhur barusaja berkumandang. Ach tak mau berpikiran yang enggak2... kami langsung ingin secara detail mengeskplor.
        Yoni Yang berukuran besar namun cerat sudah raib.
     Yoni sendiri adalah manifestasi dari Dewa Siwa, banyak juga yang mengungkapkan bahwa yoni dan lingga sebagai satu kesatuan yang melambangkan Dewa Siwa dan Shaktinya (Kelamin=kesuburan)

Mas Dhany saat mengintip di jendela
    Saat kami (saya dan lek Suryo dandan dan kemudian foto-foto ... Mas Dhany (Seperti yang diungkapkan pada saya) dalam bahasa jawa--- Maktratab atine, ketika ngintip di jedela.... sumpah serapah langsung berloncatan dari suara kerasnya. Spontan kami berdua... Hush opo to ach... kui...lho...kuiiii delok deweee!...
 Saya mencoba mengulang aksi mas Dhany mengintip dan ekspresinya yang luar biasa terperangah itu... 4x jepret sama sekai berbeda. Padahal terus terang itu ekspresi terkejut paling heboh pertamakali saya lihat dalam hidup saya. Yakin!!!.
    Beberapa gambar berikut, adalah pandangan mata kami dari luar jendela. 


     "Eidyan... joss gandhos,, desane peduli banget ki", spontan reaksi saya pribadi. Mengingat di tempat asal kami ga ada... dan susah untuk seperti ini.


     Kami sangat Kagum, salut apresiasi yang tinggi. Sayangnya Kantor desa Sudah Tutup dan kami tak bisa menyentuh langsung watu-watu  purbakala itu. 

     "Eh Jendelane ga dikancing ki", mas Dhany histeris. Nampaknya serasa ingin lompat saja. Namun.... Heheheheh. tepat saat kamu buka jendela... Bapak Carik dan Staf Desa datang.... hehehehe. "Nderek ningali watu niki nggeh pak", ijin kami. Diluar dugaan...
     "Wah Masuk saja mas", Bapak Carik mempersilahkan kami. Wow..... "Malu aku", bisik mas Dhany..... Kami ter-ngekek bareng...
     Segera penjelasan panjang lebar kami simak dari beliau Bapak carik "Bapak Cholik".
   "Kami ingin merawat peninggalan leluhur ini, kalau bukan kami lalu siapa lagi?", ungkap Bapak carik.
    Semua watu purbakala, dikumpulkan satu persatu dari kebun, alas, rumah warga. "Kami secara persuasif mendekati warga yang menyimpan atau ada tinggalan ini. Mereka respon bahkan ada yang mengantar sendiri", jelas Bapak Carik.
     "Konsep kami ini menjadi ikon Desa Banyuwangi Kec. Bandongan ini, sekaligus wisata sejarah bagi anak sekolah maupun orang luar", urai Bapak tersebut.
   "Beberapa waktu yang lalu, pihak terkait; BCB pun koordinasi dengan kami siap memback up 100%, tapi kamipun tak ingin bergantung. Karena ini adalah ke Khas san wilayah kami", tegas Bapak Carik.
    Seperti yang beliau ceritakan kepada kami, akan dibangun mini musium di Balai Desa banyuwangi Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang ini.... Apa tidak wah? apa tidak keren????!
    Ach... andaikan semua pejabat seperti beliau ini... pastilah tak banyak yang sia-sia watu purbakala di sekitar kita......


     Video Amatir (Property by Mas Dhany) : Nunggu copyan dari Hp beliau)...segera setelah diperoleh akan saya uplod di you tube dan bagi di sini.

    Foto dengan Bapak Cholik, Carik Desa Banyuwangi Kec. Bandongan Kab. Magelang :



Salam Pecinta Situs dan Watu Candi


 Sungguh ini pengalaman berbeda yang selama ini  kami dapat dari blusukan kami. Semoga ini menjadi bahan kajian dan merawat watu purbakala itu tak hanya lembaga tertentu saja. malah pihak terdekat seperti Desa atau sekolah malah paling pas...  menurut saya.. tentu saja ada supervisi darii pihak terkait..... Ach-- maaf hanya obrolan di warungkopi saja tulisan satu pragraf ini....---


    Nb :
-Maturnuwun kepada Mas Dhany dan Lek Sur yang memberikan dokumentasinya, yang berjasa sekali hingga Blog ini lebih hidup.
_ Maturnuwun sanget kepada Bapak Carik, Bapak Cholik yang ramah dan terbuka menerima kami, serta segenap perangkat desa yang mempersilahkan kami untuk dekat dan "menyentuk" watu purbakala yang dilestarikan ini... Salut apresiasi dan sungguh semoga apa yang dilakukan njenengan semua bermanfaat dan menjadi contoh bagi pihak lain. 
Salam