Senin, 06 Juli 2015

Menelusuri jejak Situs Purbakala di Kawasan Wisata Gua Kreo

Situs Goa Kreo
    Minggu 21 Juni 2015
Gerbang Wisata Gua Kreo
      Setelah mendapatkan informasi lagi (=mengikuti) fb Kang Daru Lelana. Tak sabar rasanya langsung eksekusi mbolang. Karena saat Ke gua kreo dengan keluarga ternyata terlewat. Mendadak (spekulasi) saya hubungi Max Trist... saya ajak beliau untuk pagi-pagi sekali Mbolang ke Gua Kreo. "Apa ya ada?" pertanyaan juga sama, rupanya ta kalah penasarannya dengan saya. Akhirnya Janjian di gerbang masuk Gua Kreo jam 9. Setelah berbincang sejanak dengan petugas di Gerbang masuk, kami segera melanjutkan perjalanan. Sebelum ke Kawasan Wisata Gua Kreo, kami terlebih dulu menuju Makam Talun Kacang.
       Bersumber dari Percakapan Kang Daru Lelana pula, kami mencoba menelusuri awal muasal Dusun Talunkacang. dengan ziarah ke Makam Kiai Pacul dan Nyai Pacul. Mohon maaf karena kami tak ketemu dengan juru kunci makam, kami tak berani untuk ambil gambar. 
   Kemudian kami lanjutkan masuk ke Gua Kreo :
  Terlebih dulu bayar Tiket dan Parkir motor Total Rp. 8000,-
Pak Tasno
          Dikumpulkan oleh masyarakat di Pojokan tempat parkir Mobil, Menurut bapak Tasno, Petugas di pos keamanan Gua kreo yang kami temui, watu candi itu asalnya di sawah yang sekarang digenangi menjadi Waduk Jatibarang. Atas inisiatif warga kemudian dipindahkan ke lokasi yang sekarang. Namun Kurangnya informasi, semacan papan pemberitahuan menjadikan masyarakat tak tahu batu ini apa. Dari Penelusuran saya memang belum ada inventarisir/ belum didata.
     Situs Watu Candi Di Parkiran Mobil Kawasan Wisata Gua Kreo:
Situs Gua Kreo (Talun Kacang Kandri)
     "Watu Lumpang dan Watu lesung", Warga talun Kacang mengenalnya demikian. Kondisi Watu Lumpang Masih Lumayan, Maun Watu Lesung sudah pecah. Entah kerusakan karena apa... sudah lama ataukan dalam proses pemindahan saya belum tahu.   
      Ada 2 Watu Lumpang. Menurut Bapak Tasno, Watu Lumpang yang berbentuk Kotak adalah peninggalan yang tidak terlaluu lama, istilahnya Watu lumpang masa penjajah istilah beliau. Karena beliau masih ingat. Saat kecil, masih banyak warga yang membuat watu lumpang seperti itu.
Watu Lumpang Gua Kreo
      Untuk Watu Lumpang yang bulat serta watu lesung. Saya meyakini awalnya ada watu pendukung lain: Arca dewa/ atau bisa pula dewi Sri. Karena biasanya Watu Lumpang diletakkan di dekat tanah pertanian warga. Watu lumpang dan watu lesung ini digunakan untuk menumbuk padi. (sumberkhoirulfadli.blogspot.com)
watu Lesung Gua Kreo

















     Sementara itu, info dari max trist tentang keberadaan batu andesit di tengah bukit kreo, membuat saya tertarik. Walau tentunya rintangan cukup berat karena cuaca semakin panas, sementara kami tetap puasa. Tapi Show must go on...
   Perjalanan Kami Lanjutkan ke bukit diatas Gua Kreo, Saat perjalanan sambil menikmati pemandangan yang cukup mempesona... Kami terheran-heran.... saat saya terakhir kesini... ditengah bukit ini banyak sekali Kera yang berkeliaran... Tapi kok sekarang sepi ya?
     Sebelum Naik ke bukit, Kami memperhatikan Batu berukuran besar dan Berpola. Kami Meyakini di Bukit Kreo ini dulu ada sebuah bangunan.
Watu berpola di Bukit Kreo

  

















       Sangat jarang orang naik ke bukit kreo, karena selain jalan yang curam, juga kalah pesona dengan Gua kreo itu sendiri. Selain dulunya di sini tempat bermukim banyak Kera. namun saat saya kesini sepii sekali. Aneh..... pada pergi kemana ya?
     
       "Dulunya di bukit itu adalah tempat Kanjeng Sunan kalijaga bertemu dengan 4 kera berwarna, Hitam, Putih Merah dan kuning, Kata Bapak Tasno.
    "Dan Batu itu sebagai tetenger dimana Kanjeng sunan Kalijaga pernah duduk dan bersemedi di situ", tambah Beliau.
     Puncak Bukit Kreo berketinggian 350 meter di atas permukaan laut. 
    Monumen ini dibangun untuk menandai petilasan Sunan Kalijaga saat beliau bersama para punggawa dan empat kera yang membantu, mengadakan acara selamatan dengan makan bersama, sebagai rasa syukur mereka telah berhasil mengambil kayu jati dari tempat yang sulit. Lauknya adalah sate kambing.
     Seusai makan, tusuk-tusuk sate itu dibuang ke tanah hingga terdengar suara gemerincing. Tempat dibuangnya tusuk sate itu kemudian tumbuh serumpun bambu yang dinamakan bambu kerincing. Ajaibnya, batang bambu itu ketika dipatahkan tercium aroma daging kambing.
     
     Pemandangan Menakjubkan dari Bukit Kreo :


Gua Kreo


      Kedalaman gua kreo mencapai 25 meter. Sekitar 10 meter di sebelah kanan Gua Kreo, ada lagi sebuah gua bernama Gua Landak. Gua Landak kedalamannya 30 meter. Tapi gua ini dibuat oleh pengelola Gua Kreo.

Tutur Tinular Gua Kreo

     Konon Legenda Gua Kreo tak terpisahkan dengan legenda asal mula nama Jatingaleh, sebuah kelurahan di lereng Bukit Gombel, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Dikisahkan, dahulu seorang wali yang punya kemampuan lebih : Sunan Kalijaga, dapat berkomunikasi dengan tumbuhan dan binatang.  Bahkan, ada pula pohon-pohon yang dipercaya bisa berpindah tempat.

     Menurut kepercayaan masyarakat, kayu jati yang akan digunakan sebagai salah satu saka guru Masjid Agung Demak, adalah potongan kayu dari pohon jati yang berada di lereng Bukit Gombel. Ajaibnya, sewaktu Sunan Kalijaga akan mengambil kayu jati di kawasan tersebut, ternyata pohon jati itu sudah tidak ada.

     Sunan Kalijaga kemudian mencari ke mana pohon jati itu berpindah. Dia terus mencari sampai ke hutan yang saat ini dikenal sebagai kawasan Gua Kreo. Sedangkan tempat asal pohon jati itu kemudian diberi nama Jatingaleh (bahasa Jawa) yang artinya ”jati berpindah”.
     Akhirnya Sunan Kalijaga menemukan kayu jati yang berpindah itu, tetapi berada di tempat yang sulit untuk diambil. Dia kemudian bersemadi di dekat sebuah gua, hingga datang empat ekor kera, masing-masing berbulu merah, kuning, putih, dan hitam. Kera-kera itu menyampaikan niat baik ingin membantu Sunan Kalijaga mengambil kayu jati yang diinginkan. Sunan Kalijaga menerima bantuan mereka dengan senang hati, akhirnya kayu jati itu berhasil diambil dari tempat yang sulit.
     Saat Sunan Kalijaga dan sahabat-sahabatnya hendak membawa kayu jati itu ke Kerajaan Demak untuk dibuat saka guru Masjid Agung Demak, keempat kera itu menyatakan ingin ikut serta. Karena mereka bukan manusia, Sunan Kalijaga keberatan. Namun sebagai balas jasa, kera-kera itu mendapat anugerah kawasan hutan di sekitar gua. Mereka diberi kewenangan ngreho (bahasa Jawa) yang berarti ”memelihara” atau ”menjaga”. Dari kata ngreho itulah nama Gua Kreo berasal, dan sejak itu kera-kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai pemelihara atau penjaga.

   
******
    Sebelum berlanjut, foto dulu di pintu masuk waduk jatibarang






    
     Mencoba Menelusuri kembali informasi yang saya dapat mengenai Keberadaan Petilasan Jati Ombo
Lanjut ke ...: 
       Menelusuri jejak Sunan kalijaga di Jati Ombo, Sodong Jatibarang Kecamatan Mijen Semarang. Lokasi tak jauh dari Kawasan gua Kreo, atau sisi sebelah barat.


Jati Ombo
     Petilasan Jati Ombo merupakan Lokasi Raden Mas Sahid atau Sunan Kalijaga menebang pohon jati (Tectona Grandis)

   
          Selain itu, ada pula legenda di Jati Ombo ini mengenai Abah Sunan Bintulu dan Nyai Siti Khatijah, Bambu Kerincing dan Mata Air yang dipercaya memiliki Khasiat.
    Di Kompleks Petilasan Jati Ombo terdapat namyak mata air yang muncul ke permukaan yang kemunculannya diakibatkan ditebangnya pohon Jati yang digunakan sebagai Soko Guru Masjid Agung Demak. Air dari mata air ini dipercaya dapat menjadi sarana penyembuhan berbagai penyakit, juga dipercaya dapat melancarkan rezeki dan jodoh.
    Selain digunakan sebagai media penyembuhan maupun ritual (bagi kelompok masyarakat tertentu) air di gunakan pula sebagai sendang (keperluan mandi-cuci warga) serta pengairan sawah

@ssdrmk di Jatiombo : foto by maxtrist
Funny Pictures
Funny Pictures in Gua Kreo
     Sebenarnya niat hati ingin melanjutkan menelusuri keberadaan Jatikalang, yang juga punya keterkaitan dengan Sunan Kalijaga mencari Kayu Jati. Namun karena kondisi sudah habis-habisan saya putuskan untuk pulang, dan semoga suatu saat saya bisa menelusuri kembali...
   
Tugu Sedandang
 Saat perjalan pulang, menyempatkan diri ambil gambar Tugu Sidandang, yang bangunanya serupa candi....namun tentunya 'value' nya berbeda.... 
     Kawasan di Sidandang ini konon ingin dijadikan Agrowisata, namun gagal.

To Be Continue.....
-----
Kesimpulan saya pribadi ada 2 masa sejarah yang berbeda di Kreo. Keberadaan / bukti situs tersebut, Menegaskan bahwa sebelum Legenda Sunan Kalijaga datang ke Kreo sudah ada kebudayaan lama.... mohon maaf pengetahuan yang dangkal.. saya ta berani menuliskan lebih lanjut mengenai kesimpulan pribadi saya..... biarlah zaman nanti yang menjawab kebenaran....


Puasa? Mbolang jalan terus ....
saya dan kang trisno

Save This Not Only A Stone
ssdrmk di situs Gua Kreo
Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...
Mari Kunjungi dan Lestarikan.... Salam Pecinta Situs


Gabung yuk di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA

Jumat, 03 Juli 2015

Menelusuri jejak Candi di Situs Ngrawan Lor Bawen a.k.a. Perum Mustika Jati

Situs Ngrawan Lor 
Kamis 18 Juni 2015
    Penelusuran kali ini dinaungi keberuntungan, serba kebetulan. Setelah Dari Arca Nandi Situs Mustika Jati Bawen, Kami bertiga : Saya Koh Singo dan Max Trist mencoba menelusur kembali keberadaan Yoni di Desa Ngrawan Lor Bawen.
   Jalan menuju lokasi paling mudah melalui jalur alternatif Gembol, dari Semarang setelah SMKN1 Bawen Gang pertama sebelah kanan masuk, melalui gapura Ngrawan Lor 
   Sumber info adalah tukang pijat andalan Koh Singo, Di belakang rumahnya ada yoni. 
     Namun sesampainya disini, ternyata Yoni itu telah diamankan oleh seorang oknum. Dibawa kerumahnya di daerah Banyubiru (semoga penelusuran kami berlanjut kesana). Perhatikan Gambar : Arah Panah warna merah adalah lokasi dulu Yoni Ngrawan lor berada.

    

Poskamling Ngrawan Lor RT02/V
      "Di Belakang pos Kamling malah ada tumpukan batu candi.."Kata bapak tukang pijat tersebut..
   Lokasinya berada di Poskamling RT02/V, sebelum makam umum warga Ngrawan Lor.




Segera saja kami meluncur ke sana..


     Dan Memang Benar, dibelakang posKamling Ngrawan Lor Rt02/V Bawen, Bertumpuk-tumpuk watu candi (terlihat dari jalan) 

Sumber dari cucu / generasi ke3:
    Dulu batu itu memang berasal dari kawasan yang saat ini menjadi Perumahan Mustika Jati. Yang memindahkan adalah yang punya rumah Alm Bapak Sariman Pitoyo.

Informasi (sumber) dari warga: 
Max Trist ngobrol dengan warga : Gali informasi tentang watu candi
    Bukit di perumahan Mustika Jati, masyarakat menyebutnya dulu Tegalcandi 
  Beliau  Mindah di 'bopong' sendiri, sementara yang agak besar memakai gerobak dan mobil pick up. Setahu saya niatnya dulu mengamankan...
    Namun setelah beliau meninggal sekitar Tahun 2000an, Tumpukan watu candi itu tak ada yang mengurus.
    Bahkan Saya masih ingat dulu ada arca yang berbentuk orang, masih bagus namun kini hilang...
Sekarang yang tinggal dirumah cucunya, dulu posisi tumpukan batu ada didepan rumah namun karena dibangun rumah jadi di pinggirkan disitu.

Dari Pantauan saya, di Tumpukan watu candi itu ada: 

  • Yoni berukuran kecil, 1 yoni sedang. 
  • Lingga
  • Batu penyusun candi berbentuk kotak dan berpola
  • Kemuncak Candi
  • Banyak lagi bermacam-macam (unsur sebuah bangunan suci/kuil/candi)

    Yang masih tersisa, watu candi yang dikumpulkan oleh beliau, Almarhum Bapak Sariman Pitoyo :





    Ada Yoni berukuran Sedang (lumayan besar yang terpendam plester. 


     Yoni berukuran kecil ke 2
Yoni Situs Mustikajati

Yoni berukuran kecil 3
Yoni Mustikajati Bawen


Kemuncak candi
Kemuncak Candi: Ratna Mustikajati
     
      Dari bentuk Kemuncak candi tersebut dapat diyakini dulunya sebuah Bangunan suci Hindu, dengan didukung keberadaan Nandi dan Yoni di Sekitar Mustika Jati.


Situs Tegal Candi di perumahan Mustikajati

   Hiasan di atas bangunan candi (Saya belum dapat referensi ini apa-segera update)



   
Situs Candi di perumahan Mustikajati Bawen

       Batu Penyusun candi berukuran Besar, Berpola dan berelief..


Situs Tegal Candi a.k.a Perum Mustikajati









      Keberadaan pendukung seperti Yoni yang telah diamankan oknum (dan dipindah ke Banyubiru), Patung Arca nandi yang menjadi langkah ritual pertama sebelum menyembah Dewa Siwa melalui yoni menjadikan kuat dugaan saya ini Sebuah Banngunan Suci atau Kuil untuk Dewa Siwa.


    Saat informan ada yang menceritakan bahwa dulu Di Tegal Candi ini (sekarang Mustika Jati) ada Sendang didekat Batu ini berada. 
 Saya mencoba menelusuri keberadaan sendang di Mustikajati. Yang nantinya bisa di perkirakan letak awal muasal Candi ini berada.. (naskah belum selesai.... nunggu hasil menelusuri)



      Belum adanya Papan Peringatan Purbakala, Bahkan Kode Inventarisir yang belum tercantum di batu candi ini membuat saya bertanya-tanya apakah pihak terkait belum ada yang tahu? Apakah tidak ada upaya untuk menyelamatkan sebelum musnah? Eman-eman sejarah ini bila tak di urusi...Pada Akhirnya Anak cucu kita akan tahu dari Luar Negeri tentang sejarah leluhurnya. 

        Dari Pantuan pandang mata kami, tumpukan watu candi ini dibiarkan terbengkalai, bila maksud beliau alm. Bapak Sariman inngin menyelamatkan dengan dikumpulkan, namun setelah sekarang estafet generasi ke tiga hanya dibiarkan begitu saja. 
       Malah saat kami kesini, diperingatkan untuk tidak macam-macam dan memindahkan watu ini barang sejengkalpun...takut berakibat buruk.  Ketakutan itu yang mungkin saja membuat si cucu ini enggan merawat/ peduli dengan tumpukan candi di Rumah si Kakek..... (praduga saya)





     Bersama Trio 'Stone Blues' ini saya menelusuri sisa Candi Ngrawan Lor bawen : 

Komunitas Dewa Siwa di Ngrawan Lor Bawen

Save This Not Only a Stone!

Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...
Mari Kunjungi dan Lestarikan.... Salam Pecinta Situs




Gabung yuk di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA