Situs Goa Kreo |
Minggu 21 Juni 2015
Gerbang Wisata Gua Kreo |
Setelah mendapatkan informasi lagi (=mengikuti) fb Kang Daru Lelana. Tak sabar rasanya langsung eksekusi mbolang. Karena saat Ke gua kreo dengan keluarga ternyata terlewat. Mendadak (spekulasi) saya hubungi Max Trist... saya ajak beliau untuk pagi-pagi sekali Mbolang ke Gua Kreo. "Apa ya ada?" pertanyaan juga sama, rupanya ta kalah penasarannya dengan saya. Akhirnya Janjian di gerbang masuk Gua Kreo jam 9. Setelah berbincang sejanak dengan petugas di Gerbang masuk, kami segera melanjutkan perjalanan. Sebelum ke Kawasan Wisata Gua Kreo, kami terlebih dulu menuju Makam Talun Kacang.
Bersumber dari Percakapan Kang Daru Lelana pula, kami mencoba menelusuri awal muasal Dusun Talunkacang. dengan ziarah ke Makam Kiai Pacul dan Nyai Pacul. Mohon maaf karena kami tak ketemu dengan juru kunci makam, kami tak berani untuk ambil gambar.
Terlebih dulu bayar Tiket dan Parkir motor Total Rp. 8000,-Pak Tasno |
Dikumpulkan oleh masyarakat di Pojokan tempat parkir Mobil, Menurut bapak Tasno, Petugas di pos keamanan Gua kreo yang kami temui, watu candi itu asalnya di sawah yang sekarang digenangi menjadi Waduk Jatibarang. Atas inisiatif warga kemudian dipindahkan ke lokasi yang sekarang. Namun Kurangnya informasi, semacan papan pemberitahuan menjadikan masyarakat tak tahu batu ini apa. Dari Penelusuran saya memang belum ada inventarisir/ belum didata.
"Watu Lumpang dan Watu lesung", Warga talun Kacang mengenalnya demikian. Kondisi Watu Lumpang Masih Lumayan, Maun Watu Lesung sudah pecah. Entah kerusakan karena apa... sudah lama ataukan dalam proses pemindahan saya belum tahu.
Ada 2 Watu Lumpang. Menurut Bapak Tasno, Watu Lumpang yang berbentuk Kotak adalah peninggalan yang tidak terlaluu lama, istilahnya Watu lumpang masa penjajah istilah beliau. Karena beliau masih ingat. Saat kecil, masih banyak warga yang membuat watu lumpang seperti itu.
Watu Lumpang Gua Kreo |
Untuk Watu Lumpang yang bulat serta watu lesung. Saya meyakini awalnya ada watu pendukung lain: Arca dewa/ atau bisa pula dewi Sri. Karena biasanya Watu Lumpang diletakkan di dekat tanah pertanian warga. Watu lumpang dan watu lesung ini digunakan untuk menumbuk padi. (sumberkhoirulfadli.blogspot.com)
watu Lesung Gua Kreo |
Sementara itu, info dari max trist tentang keberadaan batu andesit di tengah bukit kreo, membuat saya tertarik. Walau tentunya rintangan cukup berat karena cuaca semakin panas, sementara kami tetap puasa. Tapi Show must go on...
Perjalanan Kami Lanjutkan ke bukit diatas Gua Kreo, Saat perjalanan sambil menikmati pemandangan yang cukup mempesona... Kami terheran-heran.... saat saya terakhir kesini... ditengah bukit ini banyak sekali Kera yang berkeliaran... Tapi kok sekarang sepi ya?
Sebelum Naik ke bukit, Kami memperhatikan Batu berukuran besar dan Berpola. Kami Meyakini di Bukit Kreo ini dulu ada sebuah bangunan.
Watu berpola di Bukit Kreo |
Sangat jarang orang naik ke bukit kreo, karena selain jalan yang curam, juga kalah pesona dengan Gua kreo itu sendiri. Selain dulunya di sini tempat bermukim banyak Kera. namun saat saya kesini sepii sekali. Aneh..... pada pergi kemana ya?
"Dan Batu itu sebagai tetenger dimana Kanjeng sunan Kalijaga pernah duduk dan bersemedi di situ", tambah Beliau.
Puncak Bukit Kreo berketinggian 350 meter di atas permukaan laut.
Monumen ini dibangun untuk menandai petilasan Sunan Kalijaga saat beliau bersama para punggawa dan empat kera yang membantu, mengadakan acara selamatan dengan makan bersama, sebagai rasa syukur mereka telah berhasil mengambil kayu jati dari tempat yang sulit. Lauknya adalah sate kambing.
Seusai makan, tusuk-tusuk sate itu dibuang ke tanah hingga terdengar suara gemerincing. Tempat dibuangnya tusuk sate itu kemudian tumbuh serumpun bambu yang dinamakan bambu kerincing. Ajaibnya, batang bambu itu ketika dipatahkan tercium aroma daging kambing.
Pemandangan Menakjubkan dari Bukit Kreo :
Gua Kreo
Kedalaman gua kreo mencapai 25 meter. Sekitar 10 meter di sebelah kanan Gua Kreo, ada lagi sebuah gua bernama Gua Landak. Gua Landak kedalamannya 30 meter. Tapi gua ini dibuat oleh pengelola Gua Kreo.
Tutur Tinular Gua Kreo
Konon Legenda Gua Kreo tak terpisahkan dengan legenda asal mula nama Jatingaleh, sebuah kelurahan di lereng Bukit Gombel, Kecamatan Candisari, Kota Semarang. Dikisahkan, dahulu seorang wali yang punya kemampuan lebih : Sunan Kalijaga, dapat berkomunikasi dengan tumbuhan dan binatang. Bahkan, ada pula pohon-pohon yang dipercaya bisa berpindah tempat.
Menurut kepercayaan masyarakat, kayu jati yang akan digunakan sebagai salah satu saka guru Masjid Agung Demak, adalah potongan kayu dari pohon jati yang berada di lereng Bukit Gombel. Ajaibnya, sewaktu Sunan Kalijaga akan mengambil kayu jati di kawasan tersebut, ternyata pohon jati itu sudah tidak ada.
Sunan Kalijaga kemudian mencari ke mana pohon jati itu berpindah. Dia terus mencari sampai ke hutan yang saat ini dikenal sebagai kawasan Gua Kreo. Sedangkan tempat asal pohon jati itu kemudian diberi nama Jatingaleh (bahasa Jawa) yang artinya ”jati berpindah”.
Akhirnya Sunan Kalijaga menemukan kayu jati yang berpindah itu, tetapi berada di tempat yang sulit untuk diambil. Dia kemudian bersemadi di dekat sebuah gua, hingga datang empat ekor kera, masing-masing berbulu merah, kuning, putih, dan hitam. Kera-kera itu menyampaikan niat baik ingin membantu Sunan Kalijaga mengambil kayu jati yang diinginkan. Sunan Kalijaga menerima bantuan mereka dengan senang hati, akhirnya kayu jati itu berhasil diambil dari tempat yang sulit.
Saat Sunan Kalijaga dan sahabat-sahabatnya hendak membawa kayu jati itu ke Kerajaan Demak untuk dibuat saka guru Masjid Agung Demak, keempat kera itu menyatakan ingin ikut serta. Karena mereka bukan manusia, Sunan Kalijaga keberatan. Namun sebagai balas jasa, kera-kera itu mendapat anugerah kawasan hutan di sekitar gua. Mereka diberi kewenangan ngreho (bahasa Jawa) yang berarti ”memelihara” atau ”menjaga”. Dari kata ngreho itulah nama Gua Kreo berasal, dan sejak itu kera-kera yang menghuni kawasan ini dianggap sebagai pemelihara atau penjaga.
Mencoba Menelusuri kembali informasi yang saya dapat mengenai Keberadaan Petilasan Jati Ombo
Lanjut ke ...:
Lanjut ke ...:
Menelusuri jejak Sunan kalijaga di Jati Ombo, Sodong Jatibarang Kecamatan Mijen Semarang. Lokasi tak jauh dari Kawasan gua Kreo, atau sisi sebelah barat.
Jati Ombo |
Selain itu, ada pula legenda di Jati Ombo ini mengenai Abah Sunan Bintulu dan Nyai Siti Khatijah, Bambu Kerincing dan Mata Air yang dipercaya memiliki Khasiat.
Di Kompleks Petilasan Jati Ombo terdapat namyak mata air yang muncul ke permukaan yang kemunculannya diakibatkan ditebangnya pohon Jati yang digunakan sebagai Soko Guru Masjid Agung Demak. Air dari mata air ini dipercaya dapat menjadi sarana penyembuhan berbagai penyakit, juga dipercaya dapat melancarkan rezeki dan jodoh.
Selain digunakan sebagai media penyembuhan maupun ritual (bagi kelompok masyarakat tertentu) air di gunakan pula sebagai sendang (keperluan mandi-cuci warga) serta pengairan sawah
@ssdrmk di Jatiombo : foto by maxtrist |
Funny Pictures in Gua Kreo |
Sebenarnya niat hati ingin melanjutkan menelusuri keberadaan Jatikalang, yang juga punya keterkaitan dengan Sunan Kalijaga mencari Kayu Jati. Namun karena kondisi sudah habis-habisan saya putuskan untuk pulang, dan semoga suatu saat saya bisa menelusuri kembali...
Tugu Sedandang |
Kawasan di Sidandang ini konon ingin dijadikan Agrowisata, namun gagal.
To Be Continue.....
-----
Kesimpulan saya pribadi ada 2 masa sejarah yang berbeda di Kreo. Keberadaan / bukti situs tersebut, Menegaskan bahwa sebelum Legenda Sunan Kalijaga datang ke Kreo sudah ada kebudayaan lama.... mohon maaf pengetahuan yang dangkal.. saya ta berani menuliskan lebih lanjut mengenai kesimpulan pribadi saya..... biarlah zaman nanti yang menjawab kebenaran....
Puasa? Mbolang jalan terus ....
saya dan kang trisno |
Save This Not Only A Stone
ssdrmk di situs Gua Kreo |
Mari Kunjungi dan Lestarikan.... Salam Pecinta Situs
Gabung yuk di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA