Sabtu, 31 Juli 2010

Serat Panji Asmara Bangun : Jaya Kusuma


Jaya Kusuma
 (09)

Pesuruh Jaya Kusuma datang kepada Miruda, Jaya Kusuma meminta supaya Miruda datang ke rumahnya. Miruda memenuhi permintaan itu.
Di kediaman Jaya Kusuma para wanita sibuk membuat kue dan makanan untuk perjalanan ke Bali, sedangkan pria membersihkan senapan dan senjata.
Lama Jaya Kusuma membiarkan Miruda. Ia marah kepadanya. Istrinya Miruda, Bintaro. Disuruh duduk. Jaya Kusuma tidak menegur Miruda. Sureng-rana menyuruh Miruda duduk. Miruda menangis didepan Jaya kusuma dan bertanya apa kesalahanya, maka Jaya Kusuma marah kepadanya. Jaka Kusuma menjawab mengelak. Katanya ia harus ke Bali dan mengajari Miruda bagaimana harusnya tingkah laku seorang yang mengabdikan diri kepada raja. Terutama orang tidak boleh melanggar aturan mengenai taman kepuntren. Miruda menundukkan kepala.
Jaya Kusuma bertanya dari mana Miruda memperoleh pakaian indah yang dipakainya ketika menghadap raja. Miruda menjawab, “aku memenangkan waktu berjudi”. Karena dijawabnya itu. Jaya Kusuma bertambah marah. Dia terus memajukan pertanyaan-pertanyaan dan Miruda akhirnya mengakui segalanya. Ia dimarahi habis-habisan oleh Jaya Kusuma. Kepada salah seorang Kadejannya, Jaya Kusuma berkata, bahwa Astra Wijaya menjadi korban kejahatan orang lain.
Sureng-rana mengingatkan suaminyasupaya berlaku sabar dalam memarahi seorang saudara. Kalau tidak maka berlaku pepatah  menapik air didulang (jawa: mejek tahi ning batok, biasanya ngublak).
Jaya Kusuma menanyakan apakah tentara sudah sedia untuk berangkat. Didapatnya jawab, sudah sedia. Sementara itu Astra Miruda pulang kerumah bersama istrinya. Dihiburnya hati istrinya, katanya ia tidak bisa hidup tanpa Puteri Urawan.
Saat ini diceritakan tentang Astra Wijaya, raja marah kepadanya, tanda-tanda kehormatan diminta kembali, karena ia disangka sudah memasuki taman kepuntren.
Orang Urawan tidak senang kepadanya, mereka mencoba menjatuhkannya, dan saat ini percobaannya berhasil. Tapi sebenarnya ia juga jatuh kepada sang puteri, tapi cintanya itu tidak dibalas. Di jendela rumahnya ia membaca lagu cinta yang banyak mengandung wangsalan.
Istrinya, seorang puteri dari Tuban, merasa sedih ketika dilihatnya suaminya jatuh cinta kepada puteri. (ulangan apa yang dikatakan tentang istri Miruda). Astra Wijaya menyuruh orang-orangnya menabuh musik gamelan  di luar. Ia tinggal didalam dengan istrinya.
Saat ini diceritakan lagi tentang Miruda. Istrinya tidak melepasnya, sedangkan malam itu ia sudah membuat perjanjian dengan sang puteri. Dicobanya menidurkan istrinya dan akhirnya ia berhasil. Kepada seorang emban dikatankanya jika istrinya terbangun dan menanyakan, hendaklah ia menjawab, bahwa ia pergi memancing. Sang emban berjanji akan menjawab demikian.
Panas membukakan pintu belakang baginya. Miruda berangkat dengan Paras dan Paron. Puteri Urawan, Retna Kumuda duduk dikelilingi oleh dayang-dayangnya menunggu kedatangan emban yang diutus kepada Miruda. Emban itu kembali, sang puteri menyuruhnya duduk disampingnya.
Sang emban mengatakan kepada tuannya bahwa ia menemukan Miruda di tempat kediamannya, seang duduk disampig istrinya. Sang putrid terkejut, karena Miruda mengatakan kepadanya, bahwa ia belum beristri. Selanjutnya emban itu mengatakan, bahwa Miruda akan datang mala mini. Sementara itu tiba ulamawati keramat Kili-suci kepadanya, diutus oleh sang raja, untuk mengatakan kepadanya, bahwa ia akan diberikan kepada Jaya Kusuma, apabila yang tersebut kemudian ini sudah menaklukkan Bali. Tapi ia menolak, ia menginginkan supaya Jaya Kusuma menjadi saudaranya, selanjutnya ulamawati itu mengajarinya bagaimana membuat sembah, apa-apa kewajiban seorang wanita. Jauh malam sang puteri masuk ke tempat tidur bersama Kili-suci.
Sementara itu Miruda masuk dan bertanyakepada seorang dayang, dimanakah sagn puteri. Sang Puteri dibangunkan, tapi Kili-cuci tidur diatas sepotong bajunya. Baju itu ditarik pelan-pelan dan sang puteri keluar menemui miruda.
Pada waktu itu juga Astra Wijaya sudah berada di dalam keraton, dilihatnya sang Putri sendang bertemu dengan Miruda.
Kili-suci terbangun ia meraba-raba mencari sang puteri, tetapi tidak ketemu. Tahulah ia bahwa, ada seorang pencuri. Ia pergi keluar ke tempat yang gampang (menurut perhitungan pencuri) bagi pencuri tempat itu ialah barat. Dalam cahaya kilat dilihatnya pencuri itu dibawah pohon. Dilemparkannya sebuah parang kepadanya tapi luput. Hiruk pikuk.
Penjaga-penjaga terkejut. Semua jalan keluar dijaga. Obor dipasang, Astra Wijaya dikepung, karena tidak melihat jalan keluar, ia terjun kedalam kolam dan melalui pipa air merangkak keluar. Orang-orang yang mengejar saling pukul-memukul, yang satu menyangka yang lain pencuri. Sang raja keluar membawa tombak. Kili berbicara dengan penuh gerak gerik, katanya ia melihat Astra Wijaya masuk ke dalam keraton. Tingkah lakunya laksana tersebut dalam saloka : gangsa diberi makan, anjing diperlakukan dengan baik, monyet dijadikan sahabat. Kalau dilepaskan pasti gangsa itu makan rumput teki, anjing itu makan kotoran dan monyet itu apa saja yang ditemukan, yang bisa dimakan. Demikian pula Astra Wijaya. Sang raja sangat marah dan hendak Membunuhnya kalau dapat menangkapnya.


 Tamat
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi “Nguri-Uri Budaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar