Senin, 01 Agustus 2011

Candi Sukuh

Eksotis
Candi Sukuh
Satu Lagi Mahakarya Leluhur, Candi Sukuh, sudah lama saya mendengar keunikan Candi Sukuh ini, tapi baru 27 Juli 2011 setelah mendapatkan cuti dari tempat kerja, akhirnya  terwujud juga keinginan untuk mengunjungi candi ini.
Persiapan sudah 100%, mulai dari logistik, Peta wisata Kabupaten Karanganyar yang kudapat dari seorang teman. Kecuali motor yang sedikit ‘tidak sehat’ tidak ada hambatan yang berarti. Saya berangkat jam 9 pagi, melalui jalur Semarang-Ungaran-Lingkar Salatiga-Boyolali-Solo-Karanganyar.
Entah kenapa Jalur Solo ini selalu ‘menakutkan’ bagi saya, saya selalu kebingungan….aneh… padahal peta sudah ditangan, melalui komentar status FB mas Erwan juga membantu saran jalur Ke Candi tidak ketinggalan pula seorang sahabat juga siap memandu melalui ponselnya…. Tapi ada perasaan tidak PD saat melalui Jalur ini.
Setelah sesampainya di Batas Boyolali – Sukoharjo, perjalanan kurus terus, melalui pusat kota Solo, adanya papan petunjuk arah ke Tawangmangu sangat membantu saya saat ‘Solophobia’ saya muncul…. Setelah Menyeberangi Sungai Bengawan Solo yang anggun itu, melewati Pertigaan palur terus saya mengendarai menuju Kabupaten Karanganyar. Saya juga melewati pula kota Karanganyar lurus terus mengikuti petunjuk arah Tawangmangu. (Sebagai informasi Keberadaan Candi ini memang berada satu jalan kearah Tawangmangu…) Sesampainya di pertigaan Karangpandan ambil arah sebelah kiri, Ada Petunjuknya ( seperti di gambar) . Kalau lurus menuju Wisata Tawangmangu.
Setelah pertigaan Karangpandan kemudian ikuti jalan tersebut sampai menemukan petunjuk ini 
Ikuti petunjuk tersebut ambil kanan, jalanan yang akan dilalui sangat menanjak, mengingatkan saya pada Jalan Ke Candi Gedongsongo. Didekat candi ini juga ada air terjun Jumog, jaraknya sekitar 2km dari candi.

Akhirnya sampai juga….

Menyerupai peninggalan kuno di Meksiko, begitu benak saya saat pertama kali masuk Candi, tentunya saya membayar dulu tiket masuk Rp. 3000,-+ parkir Rp. 2000,-(belakangan). Tidak saya sia-siakan waktu, saya langsung genggam perlengkapan memotret yang saya punya. Canon EOSD1000 tercinta berikut Tripod Exell150S, yang setia menemani saya. Sepintas keadaan Candi Sukuh ini masih tersentuh perawatan. 




Secara Administratif Candi Sukuh terletak di Dusun Sukuh Desa Berjo Kecamatan Ngargoyoso Kabupaten Karanganyar. Terletak di Lereng Gunung Lawu pada Ketinggian 910m Diatas Permukaan Laut. Ditemukan oleh Johnson pada Tahun 1815 saat pemerintahan Gubernur Jendral Raffless.
Inventarisasi Candi Sukuh pertamakali dilakukan oleh Verboek tahun 1889 dilanjutkan oleh Knebel pada 1910. Usaha pelestarian Candi Sukuh dilakukan oleh Dinas Purbakala pada Tahun 1915.
Candi Sukuh didirikan pada masa kerajaan Majapahit abad 15M, Yang berkuasa saat itu adalah Ratu Suhita 1429-1446 M. Candi Sukuh menghadap kearah terbenamnya Matahari dan dibangun dengan tiga teras bangunan. Setiap tingkatan teras menggambarkan tingkatan menuju kesempurnaan kehidupan.
Terdapat pula relief yang melambangkan ketiga dunia. Yaitu Dunia Bawah, Dunia Tengah dan Dunia Atas. Dunia Bawah dilambangkan dengan relief Bima Suci, Dunia Tengah dengan relief Ramayana, Garudeya, dan Sudhamala. Sementara Dunia Atas di tasbihkan dengan relief Swargarohanaparwa. Penggambaran ketiga dunia tersebut menunjukkan tahapan yang harus dilalui manusia untuk menuju kesempurnaan hidup di Nirvana.
Semuanya itu merupakan simbol menuju keabadian atau kesempurnaan yang diwujudkan melalui upacara keagamaan atau RUWAT. Ruwat adalah salah satu sarana untuk meningkatkan derajat seseorang menuju tingkatan yang lebih suci yaitu hilangnya mala dalam diri atau moksa.
Gapura / Punden Berundak
Halaman I

Halaman ini merupakan teras paling bawah, yang terdapat gapura masuk berbentuk Paduraksa. Siapapun yang masuk ke Candi ini, diingatkan bahwa kehidupan ini tidaklah mudah. Kesulitan hidup disebabkan oleh melekatnya mala dalam diri manusia. Pahatan relief Garudeya merupakan salah satu cara mengingatkan manusia akan sulitnya kehidupan.
gapura abang wong














kala berdagu










pintu gapura




Di Gapura ini terdapat Sengkalan yang menandakan dibuatnya Bangunan suci ini, Sengkalan “Gaporo Buto Abang Wong” juga tertulis huruf  jawa kuno = 1359 saka/1437M. Relief tersebut menggambarkan seorang manusia yang ditelan raksasa.





Halaman II

Halaman II Candi Sukuh

relief pande besi
Halaman semi sakral, dimana umat manusia disadarkan untuk menghilangkan kesulitan hidup dengan melakukan upacara penyucian menggunakan air suci atau amrta, adanya relief Pande Besi menggambarkan ini. Karena pada masyarakat jawa kuno golongan ini (Pembuat Pande Besi/Empu) memiliki status khusus yang dianggap memiliki kekuatan magis, mereka mampu memberikan air bertuah yang suci = amrta.


      Halaman III
Halaman sakral, dimana terdapat bangunan utama dan relief-relief yang menggambarkan sebuah cerita penggambaran kehidupan.
-          Relief Sudamala
Mengisahkan pembebasan Dewi Uma yang dikutuk oleh dewa Siwa karena berbuat salah. Dan diharuskan hidup didunia sebagai raksasa. Dewi Uma dibebaskan dari mala (kutukan) oleh Sudamala (Sadewa) dengan upacara Ruwatan sehingga dapat menjelma kembali menjadi Dewi Uma Yang Sangat Cantik dan kembali ke Khayangan.
 
-          Relief Garudeya
Menceritakan pembebasan Winata dari perbudakan Kadru oleh Garuda dengan menggunakan air amrta. Winata- Ibu Garuda – menjadi budak Kadru- ibu para naga- karena kalah bertarung tentang warna ekor kuda Ucchaisrawa yang keluar selama pengadukan lautan susu (samudramanthana)
-          Relief Bima Suci
Drona memerintahkan Bima mencari air kehidupan di Gunung Candradimuka, dalam perjalanan Bima bertempur dengan dua raksasa Rukmuka dan Rukmakala. Kedua raksasa tersebut kalah dan menjelma menjadi Dewa Bayu dan Dewa Indra. Kemudian Bima melanjutkan perjalanan menuju samudera dan bertemu Dewaruci. Menyatu melalui telinganya dan menemukan hakekat air penghidupan.




-          Relief Ramayana
Mengisahkan percintaan antara Rama dan Sinta yang menghadapi banyak ritangan. Ketika mereka mengembara, Sinta diculik oleh Rahwana, raja Alengka. Atas bantuan Laksamana dan pasukan Kera, Anoman sang pemimpin pasukan kera. (img_arwana) Rama berhasil membebaskan Sinta dan mengalahkan Rahwana. Sinta membuktikan kesuciannya dengan membakar diri hidup-hidup, seketika api berubah menjadi teratai.
-          Relief Swargarohanaparwa 
Menceritakan perjalanan Pandawa menuju surge setelah perang Bharatayudha. Dalam perjalanan itu Drupada meninggal terlebih dahulu, diikuti Arjuna, Sadewa, Nakula, Bima. Hanya Yudhistira yang tertinggal. Ia kemudian didatangi dewa Indra, diajak menuju surge dengan keretanya, akan tetapi Yudhistira menolak kecuali dengan anjingnya boleeh ikut serta. Sesampainya disurga Yudhistira melihat Kurawa dalam kesenangan dan Pandawa dalam Kesengsaraan. Ia memilih bergabung dengan saudaranya. Seketika tempat tersebut menjadi surga.
 
-          Relief  Bima
      Menggambarkan Bima yang sedang membunuh raksasa dan terdapat tulisan dalam huruf kawi ‘pedamel rikang buku tirta sunya’ = 1361 Saka (1439 M).
-          Samuderamanthana
Pengadukan lautan susu yang dilakukanoleh para dewa dan raksasa untuk mendapatkan air kehidupan/ amrta. Pengadukan tersebut mengunakan Gunung Mandara dengan Naga Besuki sebagai pemutarnya,kura-kura Akupa yang merupakan penjelmaan Dewa Wisnu menyelam ke dasar laut menjadi pondasi agar gunung mandara tidak tenggelam.
kura-kura 

Pembagian Ketiga Dunia :
a. Dunia Bawah = kura-kura 
b. Dunia Tengah = Gunung
c. Dunia Atas = lingga

lingga-yoni-gunung

-          Prasasti pada Arca Garuda
Pada salah satu arca garuda terdapat prasasti berangka tahun 1363 saka (1441M) dan 1364 saka (1442M)
-          Beberapa Relief & Arca Perlambang Kehidupan Pria dan Wanita





MITOOOSSS
Pada teras ketiga, terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina ini, menurut beberapa pakar memang dibuat untuk mengetes keperawanan para gadis. Menurut cerita, jika seorang gadis yang masih perawan mendakinya, maka selaput daranya akan robek dan berdarah. Namun apabila ia tidak perawan lagi, maka ketika melangkahi batu undak ini, kain yang dipakainya akan robek dan terlepas.

Ada yang tertarik untuk Tes? hehehehehe

-          Gambar dari atas Candi Utama , perlu perjuangan yang gigih untuk naik ke atas candi, ada 24 undakan dengan tinggi @40cm, tapi cukup terpuaskan saat berada di atas candi. Pemandangan sungguh indah, juga bisa memandangi seluruh area candi….






saluran pembuangan air di Candi Sukuh

-          Candi ini sudah memiliki sistem pembuangan air . Hebat kan?






Candi Perwara
-          Reruntuhan yang diperkirakan Candi Perwara




-          Penataan jalan keluar lewat belakang candi, dulunya sudah membuktikan tata bangunan yang baik dan sedemikian rapi








Saya sebelum perjalanan selanjutnya….



Sampai ketemu lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar