Kamis, 10 Juli 2014

Candi Ijo

Candi Ijo
     6 Juni 2014       
      Setelah Candi Banyunibo, perjalanan kulanjutkan ke Candi ijo. Dari Candi Banyunibo kita keluar kemudian ikuti petunjuk arah yang terpasang. 
     Nama Candi ijo, (sesuai papan sumber informasi di Komplek Candi Ijo) berdasarkan keberadaan / lokasi dimana Candi Ijo berada. Berada di Gumuk Ijo (Bukit Hijau). Sebuah Bukit padas yang mempunyai ketinggian 427 dpl.
view dari bukit 'gumuk ijo'
     Secara administratif, Candi Ijo terletak di Dusun Groyokan, Desa Sambirejo Kec. Prambanan Kabupaten Sleman. Penyebutan Nama Ijo yang berarti hijau untuk pertamakalinya disebut di dalam prasasti Poh yang berasal dari tahun 906M. didalam prasasti tersebut ditulis tentang seorang hadirin upacara yang berasal dari desa Wuang Hijo "...anak wabua i wuang hijo..." jika benar demikian maka nama "Ijo" setidaknya telah berumur 1100 tahun hingga tahun 2006 lalu.
     Candi Ijo merupakan kompleks percandian yang berteras-teras, yang semakin meninggi ke belakang. Yakni di posisi Timur dengan bagian belakang sebagai pusat percandian.
      Pola yang unik, karena berbeda dengan candi di kawasan prambanan lainnya yang kebanyakan diantaranya memusat ke tengah, misalnya Candi prambanan dan Candi Sewu. Hal ini didasari oleh kpnsep peanatan ruang yang bersifat kosmis. Dengan pusat berupa puncak gunung Meru, tempat tinggal para dewa. Adapun pola yang semakin meninggi ke belakang seperti Candi Ijo adalah suatu keunikan. Karena Pola semacam ini lebih banyak dijumpai pada candi-candi dari masa Jawa Timur.
Komplek Candi Ijo (Pusat Candi terlihat di Atas

     Candi sebagai tempat pemujaan para dewa merupakan hasil karya arsitektur yang khas dari abad 9 hingga 10 masehi. Didalam Candi-Candi tersebut sering ditempatkan arca-arca dewa yang bernilai seni tinggi.
    Kitab-Kitab India kuno menyebutkan bahwa pemilihan lokasi untuk didirikan suatu bangunan kuil dewa dinilai amat berharga, bahkan lebih utama dibanding dengan bangunan kuil itu sendiri. didalam kitab kuno tersebut juga dinyatakan bahwa lahan atau tanah  merupakan VASTU  atau tempat tinggal yang paling utama bagi dewa dan manusia. Lahan seperti ini biasaya adalah tanah yang subur dan tidak jauh dari mata air.
     Di kawasan Prambanan, candi-candi yang dibangun dari abad 9-10 Masehi menempati 2 tipe lahan yang berbeda, yakni di dataran Prambanan dan dataran Sorogedug yang subur. Sedang tipe lahan yang kedua berada pada perbukitan sisi selatan atau Batur Agung yang merupakan bagian dari rangkaian pegunungan Selatan.
    Di dataran Prambanan yang dialiri Kali Opak banyak ditemukan candi-candi di sisi barat maupun timurnya. Diantaranya Candi Prambanan, Sewu, Bubrah, Sojiwan, Kalasan dan masih banyak candi-candi kecil lainnya. sedangkan di bukit Batur Agung juga banyak dijumpai candi-candi yang megah, antara lain Kraton Ratu Boko, Candi Barong, Dawangsasi, Candi Miri dan masih banyak yang lain termasuk candi Ijo. Untuk Candi Ijo sendiri berada pada sebuah puncak bukit kapur (batuan padas)  yang tidak subur dan merupakan situs dengan ketinggian dpl paling tinggi diatas candi lain di kawasan prambanan.
     Candi Ijo menempati lahan yang bukan teruntuk bagi dewa, karena menempati tanah yang tidak subur dan jauh dari mata air. Jadi untuk pemilihan lahan yang disarankan di dalam kitab kuno tidak sesuai kenyataan untuk Candi Ijo. Belum diperoleh kepastian interpretasi mengenai hal ini. Justru inilah yang membuat candi ijo menjadi menarik dan unik.
    Candi Ijo pertamakali ditemukan tanpa sengaja oleh seorang administratur pabrik gula Sorogedug yang bernama H.E. Doorepaal pada tahun 1886. Waktu itu ia sedang mencari lahan bagi penanaman tebu. Selang tiada lama C.A Rosemeier juga mengunjungi Candi Ijo dan menemukan tiga buah arca batu. Tahun 1887, Dr. J. Groneman melakukan penggalian arkeologis di sumuran candi induk. Dari penggalian tersebut diperoleh lembaran emas bertulis, cincin emas sertabeberapa jenis biji-bijian.
      Candi Ijo yang terletak di bukit kapur ini menempati 11 teras dengan ketingggian berbeda-beda yang membujur dari arah barat ke timur. Pada teras-teras tersebut ditempatkan 17 gugusan bangunan candi. Keseluruhan gugusan candi tersebut dapat dibedakan menjadi 2, yakni bangunan beratap dan tanpa atap. Untuk bangunan yang tidak beratap diperkirakan sebagai bangunan dengan struktur kayu. Karena disana ditemukan sisa-sisa umpak batu.
      Dari ketujuhbelas gugus bangunan tersebut masih dibedakan menjadi 6 kelompok berdasarkan keletakannya pada masing-masing teras.
     Gugusan candi-candi tersebut untuk memudahkan penyebutannya dinamai Candi A,B,C dan D (teras ke 11), Candi E (Teras 9), Candi F,G,H,I,J,K, dan L (teras 8), Candi M,N dan O (teras 5), candi P (Teras 4, dan terakhir adalah candi Q (teras 1)
 Candi di teras 1 (Q)
      Bangunan inti dari kompleks Candi Ijo ini berada diteras paling atas yakni teras 11 yang dijumpai 1 buah candi induk (candi A) dengan 3 buah candi perwara (candi B,C,D) yang terdapat di depan candi induk (sisi barat).
Candi Induk di teras 11 (A)






3 candi perwara



    Di halaman percandian teras 11 ini ditemukan 4 buah (seharusnya 8 buah) lingga semu yang terletak pada arah mata angin. Lingga merupakan titik perpotongan diagram Asana, yakni sebuah diagram kosmis mengenai penataan gugusan candi dalam satu halaman.
salah satu lingga semu....














Candi Ijo : Candi Induk 
Candi Ijo (candi Induk di teras 11)

      Disambut Kala Makara, di pintu masuk Candi Ijo (Candi Induk)
Kala Makara Candi Ijo (induk)
      Yoni di candi Induk, berukuran lumayan besar, dan masih lengkap dengan lingga.
Yoni di Candi Ijo
Relief2 di dalam Candi Induk:





Di Dalam Candi Perwara : 

Yoni

      
Candi Perwara : Nandi dan Padmasara
Candi Ijo Teras 10 sampai teras 2 :

   Reruntuhan pagar:
Teras 10
  











Teras  8
Reruntuhan nampak sebuah tangga :
teras 7








Ada Candi yang masih utuh di teras ke 4 : 
Candi di teras 4
Kala Makara dan Atap Candi di teras 4 :

sebuah relief simbol...
Spot Latar belakang Candi Induk....






Reruntuhan Candi Ijo, Teras 1: 










"Jika datang ke Candi Ijo, lebih 'indah' jika sore hari, dan pasti sangat ramai, apalagi hari sabtu...."pesan bapak security padaku. 
Salam....
Di Candi Ijo

Rabu, 11 Juni 2014

Candi Banyu Nibo

Candi Banyunibo
Candi Banyunibo
    Candi Banyunibo (Berarti : Air Jatuh/Menetes) terletak di Dusun Cepik, Kelurahan Bokoharjo Kec. Prambanan Kab. Sleman, DIY dan merupakan candi Budha. Lokasi candi Dikelilingi bukit sebelah utara, timur dan selatan. 
----       
Jumat, 6 Juni 2014 
petunjuk 1
        Ku pakai istilah "explor Ratu Boko part 2' untuk perjalananku kali ini. Saking banyaknya candi dan situs di sekitar Prambanan bahkan perjalanan yang ketiga kalinya ini belum 50% nya bisa kudatangi..... 
     Jalur yang kupakai kali ini berbeda..... dari Boyolali kuambil jalur alternatif melalui Jatinom tanpa melalui Surakarta terlebih Dahulu, lalu tembus kota Klaten. Sesampainya di Prambanan, ambil kiri pas pertigaan Pasar Piyungan... Ikuti saja jalur ke arah Ratu Boko..... sampai ketemu perempatan yang ad papan petunjuk seperti gambar disamping.     Kemudian, saat masuk, kita akan di suruh isi buku tamu oleh security. Setelah itu..... 
Candi Banyunibo
     Reruntuhan candi Banyunibo ditemukan pada November tahun 1940. Sampai 2 Tahun kemudian diadakan penelitian yang akhirnya berhasil menyusun kembali bagian atap dan pintu candi. Usaha penyusunan kembali dilakukan lagi sampai tahun 1962 yang pada saat itu berhasil merampungkan subasement, kaki candi, tubuh candi dan pagar candi sebelah utara. Pemugaran selesai tahun 1972. 
Candi Banyunibo dari samping

          Candi Banyunibo terdiri dari 1 bangunan Induk.  dan 6 (enam) buah candi perwara, yang masing masing terdiri dari 3 candi perwara selatan dan timur. 
     Candi Banyunibo juga dikelilingi oleh pagar candi.
Candi banyunibo : tangga
     Candi Induk menghadap ke arah Barat. Di Bagian tangga terdapat pahatan (naga dan barong
pintu masuk
     

               Masuk ke bagian Induk Candi, kita akan disambut relief/ ukiran Kala makara dengan berbagai hiasan, dikanan atas kiri atas ada relief penjaga. Tubuh candi berbentuk tambun, dan unik, terbukti dengan banyaknya relief. ketika kita masuk, di bagian dinding penampil sebelah selatan terdapat : relief seorang wanita yang dikerumuni anak-anak dalam sikap duduk. Kaki kiri ditekuk ke atas, kaki kanan dalam posisi bersila. Tangan kanan menumpang di pupu, sedang tangan kiri membopong (menimang) anak kecil.  Sedangkan relief di dinding sebelah utara menggambarkan seorang pria yang sedang duduk. Namun relief tersebut sudah rusak                    
relief wanita dikerumuni anak2
relief pria yang sedang duduk
 tinggal bagian tangan kirinya. Disebelah kirinya ada seorang pengiring (pariwara) dalam sikap duduk "ardha paryangka". Tangan kanan di atas pupu kanan, tangan kiri bersikap seolah-olah melindungi sebuah kantong besar. Dengan melihat ciri ini dapat diperkirakan, bahwa relief tersebut menggambarkan Dewa Kurawa, yang dianggap sebagai dewa kekayaan, tetapi di Indonesia dewa ini lebih dikenal oleh penganut Budha. Di atas bidang relief ini terdapat ornament dalam bentuk "rekalsitran" atau " selur gelung". 
Relief di dalam candi induk
          Di dinding sebelah kanan ada relief "Dewi Hariti". Digambarkan anak-anak yang sedang memanjat sebatang pohon dan Dewi Hariti yang dikerumuni anak-anak.
     Dewi Hariti dalam agama Budha dianggap sebagai manifestasi dari Dewi Kesuburan, ada juga yang menganggap Dewi Ibu dan Dewi Kekayaan. Dewi ini umumnya digambarkan sebagai figur dewi dengan alat genetial yang menonjol dan selalu disertai oleh anak-anak pengikutnya.
Dewi Hariti
      Di Bagian Dalam candi terdapat bilik seluas 6,875 m x 4,5m,  bagian dinding  terdapat jendela-jendela berhias pilaster . Atap candi banyunibo bagian bawah berbentuk daun padma (Ghanta) yang diatasnya diletakkan puncak atap berbentuk stupa terdiri dari Prasadha harmika dan Yasti. (Yang menunjukkan candi banyunibo merupakan candi berlatar belakang Budha)
Pilaster di candi Banyunibo
atap candi (dilihat dari dalam candi)
     Ukuran Bangunan Induk : 15,325m x 14,25 m, tinggi 2,5m. masing masing sudut candi memiliki Jaladwara yang berfungsi sebagai saluran air hujan.
Jaladwara 
      Di kaki candi, pada masing masing sisinya dibagi menjadi beberapa bidang (Panel) yang berisi hiasan  berupa tumbuh-tumbuhan yang keluar dari pot-pot bungaa yang berbentuk seperti sandaran lampu duduk, pinggan, buah wortel dan siput yang dianggap sebagai lambang kehidupan atau kesuburan.
salah satu sisi kaki candi.....
Sisi Luar Candi...
sisi kanan candi
sisi kiri depan

sisi kanan depan

Sisi kanan
      Reruntuhan 6 buah candi perwara..... berbentuk stupa, 3 ditimur dan 3 di selatan candi dan semua menghadap ke barat. Candi perwara tidak terbuat dari batu andesit  tapi dari batu putih yang mudah aus dimakan zaman. Disebelahnya  ada tembok batu (pagar) yang membujur dari barat ke timur..Reruntuhan candi perwara berupa stupa diperkirakan berdiameter sekitar 5 m.



Berbentuk stupa


pagar candi
     Dibelakang Pos Jaga, Ada beberapa Batu-batu candi. Arca Nandi, Puncak Nandi. yang seteh ku tanya petugas, katanya itu berasal dari sekitar candi yang ditemukan oleh warga. jadi hanya titipan bukan berasal dari satu kesatuan Candi Banyunibo.
batu di belakang pos satpam Candi Banyunibo.
 Salam.......
Save the Temple...
nation Will Be Safe