Minggu, 01 Mei 2011

Pertapaan Raden Wijaya Kertarajasa Jayawardana

PINTU MASUK PERTAPAAN RADEN WIJAYA
Di depan petilasan Raden Wijaya
 Setelah Cukup lama di Candi Brahu perjalanan saya lanjutkan, sewaktu menyusur jalan perkampungan menuju jalan utama, ada papan nama yang menunjukkan ada Pertapaan Raja Majapahit I, Raden Wijaya... walaupun matahari cukup panas tetapi di pertapaan ini hawanya cukup sejuk.
Sampai disini banyak orang yang sedang menikmati udara segar dengan semilir angin yang berhembus, ditambah ada pendopo yang cukup luas yang nyamat untuk rehat sejenak, di tiang pendopo ada ornamen2 yang khas majapahit
Di pertapaan ini juga banyak penjual makanan rigan.... ( padahal ada tulisan larangan berjualan loh....), tp dasar lapar ya akhirnya q beli jg siomay.......


Siti Inggil, Makam Raden Wijaya

Makam Siti Inggil merupakan tempat persinggahan dan pertapaan Raja Majapahit ke I (Raden Wijaya Kertajaya Jayawardhana). Dulu ceritanya adalah sebuah punden di Dusun Kedungwulan yang diberi nama “LEMAH GENENG” yang artinya Siti Inggil. Didepan makam Siti Inggil terdapat dua makam, yaitu makam Sapu Angin dan Sapu Jagat sehingga makam ini dikeramatkan dan sering dikunjungi wisatawan lokal maupun asing setiap Jum’at Legi. Lokasinya berada di Dusun Kedungwulan, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan.

Di dekat Pertapaan Raden Wijaya juga ada Pusat oleh2 Majapahit yang koleksinya lumayan murah dan bagus.Sempat beli Kaos tapi sampai dirumah ukurannya ga pas..... nyeselnya setengah mati.....
jadi pingin balik kesana, pingin beli lagi.......

Kamis, 28 April 2011

Candi Brahu

Candi Brahu…..

Setelah mengelilingi komplek candi Gentong, perjalanan saya lanjutkan ke candi Brahu.. dengan jarak yang cukup dekat kurang dari 5 menit saja. Menyusuri jalan desa (jalan aspal lebarnya kira-kira 5 m saja) kanan kiri pertanian dan persawahan warga dengan diselingi lahan tebu.
Sementara itu, dari jauh terlihat Candi Brahu yang tinggi menjulang… menjadi tidak sabar untuk sampai dan mengupas dengan mata yang selalu penasaran dengan budaya dan seni peninggalan Majapahit yang terlampau.
Disusun dengan bahan yang sama dengan Gapura Wringin Lawang yaitu batu bata merah. Dari ke 2 candi yang telah dikunjungi dalam perjalanan sebelumnya (candi Wringin Lawang dan Candi Gentong), Candi Brahu terlihat paling banyak dikunjungi masyarakat, paling besar juga paling tinggi. Setelah membayar tiket masuk dan parkir, mulai lagi untuk mendokumentasikan satu lagi peninggalan Kerajaan Majapahit. 
Saat sampai di Candi Brahu, matahari hampir tepat diatas kepala, cukup panas. Tetapi tidak menyurutkan niat untuk mengabadikan candi ini. Candi yang terletak di desa Bejijong Kecamatan Trowulan Mojokerto. Yang unik candi-candi (SANGAT UNIK….!!!!) batu bata direkatkan dengan sistem gosok….. berapa lama membuat candi setinggi ini menggosok satu persatu tingkatan demi tingkatan dengan batu bata???????.... Jagad Pramudita….
Candi Brahu berbentuk bujur sangkar menghadap kearah barat dengan azimuth 2700 dengan tinggi bangunan 25, 7 m serta lebar 20,5 m. Jadi candi ini merupakan peninggalan Majapahit  yang tertinggi!
Candi Brahu terdiri dari 3 bagian; kaki, tubuh dan atap. Untuk bagian kaki, candi Brahu terdiri dari bingkai bawah, tubuh serta bingkai atas. Bingkai tersebut terdiri dari pelipit rata, sisi genta dan setengah lingkaran. Dari penelitian yang sudah dilakukan, kaki candi yang mempunyai susunan batu-bata dengan struktur yang terpisah. Besar kemungkinan bahwa candi Brahu mempunyai kaki candi yang dibangun masa sebelum nya (2 masa pembangunan). Dengan demikian struktur kaki yang tampak sekarang merupakan tambahan dari bangunan sebelumnya.
Untuk kaki Candi terdiri dari dua tingkat dengan dua selasar serta tangga disisi barat yang sampai sekarang belum diketahui bentuknya secara jelas (masih perkiraan saja). Bagian tubuh candi Brahu sebagian merupakan hasil rekontruksi pada masa penjajahan Belanda.
Didalam bangunan candi terdapat bilik berukuran 4 x 4, namun menurut keterangan yang didapat lantainya sudah rusak, sehingga didepan candi dapat ditemui tulisan Dilarang Naik (karena memang candi yang dari batu bata mudah rusak berbeda dengan candi yang disusun dari batu). Yang menarik, pada saar rekontruksi dan pembongkaran bata pada bilik ini ditemukan sisa-sisa arang pada bilik ini, setelah dianalisa di Pusat Penelitian Badan Tenaga Atom Nasional Yogyakarta, hasilnya menunjukkan penanggalan radio karbon arang tersebut dari masa antara tahun 1410 sampai dengan 1646.Candi Brahu merupakan tempat untuk menyimpan abu raja-raja Mojopahit, Brawijaya I, II, III, IV. Setelah dibakar, abunya disimpan di gua candi ini.
Atap candi Brahu tingginya ±6m. sementara itu dari sudut tenggara atap candi terdapat sisa hiasan berdenah lingkaran yang diduga sebagi bentuk stupa, para ahli menduga candi ini candi Budha. Diperkirakan Candi Brahu lebih tua usianya daripada candi-candi yang ada di situs trowulan. Sumbernya dari prasasti Alasantan yang ditemukan tidak jauh dari candi Brahu. Prasasti tersebut di buat oleh Mpu Sindok pada tahun 861C atau 939 M, isinya antara lain menyebutkan nama sebuah bangunan suci yang disebut dengan WAHARU atau WARAHU. Nama inilah yang kemudian dikenal dengn nama Candi Brahu. Candi Brahu dipugar terakhir pada tahun 1990 sampai dengan 1995.
Setelah cukup lama di Candu Brahu, sempat beristirahat di taman sebelah timur Candi Brahu yang rindang dan sejuk sambil menikmati keagungan Candi ini perjalanan berlanjut…….
Mencintai Budaya Tanpa Paksaan…..Majapahit…..!!!!

CANDI GENTONG

Candi Gentong

Dibangun Minak Jinggo

Untuk Ratu Kencana Wungu


Setelah mengunjungi Gapura Wringin Lawang Perjalanan dilanjutkan ke Candi Gentong. 


Candi ini terletak sekitar 10 menit dari Wringin lawang. Berada di desa Jambumete Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Pemandangan selama perjalanan cukup indah, persawahan yang menghijau, jalan kecil namun mulus, angin yang Sejuk serta banyak masyarakat yang sedang di sawah... benar-benar wisata yang mengasyikkan.

namun yang cukup mengecewakan, keadaan candi ini, hanya berupa reruntuhan saja. padahal kalau dilihat dari pondasinya candi ini saya rasa sangat indah.... kata masyarakat sekitar, Candi gentong, dinamakan seperti itu karena ketika ditemukan candi tersebut tertimbun oleh tanah yang menggunung dan membentuk seperti gentong tapi tidak ada keterangan pasti mengapa hal itu bisa terjadi. Candi gentong digunakan untuk upacara umat budha (upacara seradah).Di dalam candi ditemukan lebih dari seratus stupika dan bagian tengah merupakan pusat dari candi.

Candi Gentong
Di bagian belakang menurut masyarakat terdapat sumber air yang digunakan untuk ibadah tetapi setelah dilakukan penelitian tidak ditemukan hal tersebut yang ada hanya bilik-bilik saja.


Di candi gentong telah ditemukan dua patung budha yang sekarang disimpan di museum pusat.
Walaupun letak candi gentong berdekatan dengan candi brahu tetapi tidak ada hubungan secara langsung antara ke 2 candi ini karena candi brahu adalah candi hindu dan candi gentong adalah candi budha.
SEBUAH KERUKUNAN BERAGAMA YANG BISA KITA RASAKAN SAMPAI SEKARANG....


Kondisi Candi gentong yang belum sempurna dikarenakan kurangnya informasi yang membahas mengenai bentuk dari Candi Ini.


http://www.beoscope.com/video-candi-gentong?id=20100002893
Dalam Rapporten Oudheidkundige Commisie disebutkan, tahun 1907, di Desa Trowulan terdapat Candi Gentong yang tinggal puing-puing. Fakta ini diperkuat dengan tulisan NJ Krom di Inleiding tot de Hindoe Javaansche Kuns pada tahun 1923 dan pernyataan Maclaine Pont, pendiri Museum Trowulan.
Katanya, Candi Gentong merupakan satu kesatuan dengan Candi Tengah dan Candi Gedong. Karena dianggap punya peran besar dalam rekonstruksi peninggalan Majapahit, pemerintah melalui proyek Pembinaan Peninggalan Sejarah dan Purbakala Bekas Kota Kerajaan Majapahit berusaha untuk melakukan penggalian. Hasilnya, ditemukan stupa dan arca-arca Buddha., Di luar itu, ditemukan fakta denah sebuah candi yang organisasi ruangnya unik, bahkan boleh dibilang paling unik di Indonesia.
Denah Candi Gentong tersusun dari tiga bangunan bujur sangkar yang memusat. Bujursangkar pertama atau yang paling kecil, meiliki panjang dan lebar 9,25 meter. Lalu bangunan kedua, berukuran 11,40 dan bangunan ketiga berukuran 23,5X23,5 meter.

Cukup Menarik.........?????

Berdasar analisa carbon dating yang diteliti di Pusat Pengembangan dan Penelitian Geologi Bandung, diketahui, candi ini dibangun pada tahun 1370. Artinya, Candi Gentong berasal dari zaman pemerintahan Raja Hayam Wuruk (1350-1389). Dari data denah bangunan didukung temuan-temuan arkeologis lain, Candi Gentong dulu merupakan bangunan stupa yang relatif besar di bagian pusat, kemudian dikelilingi oleh stupa-stupa yang lebih kecil.

Rabu, 27 April 2011

Candi Wringin Lawang

WRINGIN LAWANG-TROWULAN-MOJOKERTO = MAJAPAHIT
kemegahan yang tersembunyi.....
pintu masuk gapura Wringin Lawang

pintu masuk, menyambut kita....
Love MAJAPAHIT!

     Tanggal 25 Desember 2010, jam 8 pagi tepat, berangkat dari penginapan setelah menyempatkan diri makas pagi di warung makan sederhana, dari kota Mojokerto meluncur ke Trowulan, setelah melihat peta dan beberapa petunjuk dari warga yang ditemui di pinggir jalan, sempat terlewat beberapa km, dan kebingungan akhirnya benar-benar sampai di salah satu peninggalan Majapahit. letanya terlihat dari pinggir jalan besar jalur Surabaya-Solo. kurang lebih masuk 100m. setelah berbasa-basi dengan penjaga cagar budaya peninggalan majapahit ini, (terimakasih Bp. Basori atas keterangan2nya), disambut dengan pohon beringin yang cukup besar dan berusia ratusan tahun, mulailah menikmati keindahan dan terkagum2.... dari kejauhan terlihat megahnya... sangat mencolok karena berwarna oranye kemerah-merahan.... khas bangunan dari batu bata merah. 
     Tidak sabar untuk segera berimajinasi, bagaimana bangunan ini jaman dulunya...... 
Jangan ditiru, tidak boleh memanjat....
( penjaga lengah nic...)
sambil sesekali mengabadikan ....setiap sisi gapura wringin lawang yang menggetarkan hati ini.... selama kurang lebih dua jam, jeprat-jepret Gapura Wringin Lawang, waktu yang sangat singkat bagi saya untuk mengagumi Pesona bangunan ini. terdokumentasi sampai 257 hasil jepretan.... setelah sadar ternyata kurang banyak!
Pasti banyak yang belum tau asal bendera Indonesia Merah Putih asalnya itu lambang bendera majaphit loh mereka menamakan gulo kelopo (GULA dan KELAPA)
Majapahit... was here!
     Candi Wringin Lawang adalah tujuan pertama kali petualangan di ibukota MAJAPAHIT. 
Candi Wringin Lawang atau juga dikenal dengan Gapura Wringin Lawang terletak di desa Jatipasar Kecamatan Trowulan. Dalam Tulisan Raffles : History of Java 1, 1815 disebut dengan Gapura Jati Pasar, sementara berdasarkan cerita Knebel dalam tulisannya tahun 1907 menyebutnya sebagai Gapura Wringin Lawang. 
     Wringinlawang (dalam bahasa Jawa, wringin berarti beringin, lawang berarti pintu.

Gapura Wringin Lawang strukturnya terbuat dari batu bata, kecuali pada bagian anak tangganya yang terbuat dari batu. Bentuk bangunan ini mengingatkan pada candi bentar. http://sosbud.kompasiana.com/2011/03/30/candi-bentar-dan-candi-kurung/ 
Candi yang berbentuk Gapura (terbelah dua), dengan denah empat segi panjang berukuran panjang 13 m, lebar 11,5 m, sementara tinggi bangunan 15,50 m. Orientasi Gapura Wringin Lawang ini menghadap ke arahtimur barat koordinat azimut 279
Jarah antara dua bagian Gapura selebar 3,5 m dengan sisa-sisa anak tangga pada sisi timur dan barat. Dulunya anak tangga ini dihiasi dengan 'pipi' tangga.
      Dari Hasil penggalian Arkeologis pada sebelah utara dan selatan Gapura Wringin Lawang terdapat sisa struktur bata yang mungkin merupakan bagian yang dulunya adalah bagian dari tembok yang mengelilingi sebuah bangunan.
Sebelum gapura Wringin lawang ini dipugar, sisi utaranya sebagian puncaknya hilang tergerus oleh waktu, hanya tinggal 9 m saja. kemudian tahun 1991-1994 dipugar dan direkontruksi kembali.
Majapahitisme....
Ditemukan pula 14 buah sumur di sebelah barat daya (halaman), bentuk sumurnya bermacam-macam ada yang berbentuk silindrik dan kubus. Sumur berbentuk silindrik menggunakan bata lengkung, sementara sumur yang berbentuk kubus batu batanya berbentuk kubus pula.
Di bagian sumur ditemukan semacam jobong (bis beton) yang terbuat dari tanah liat.
konon Gapura Wringin lawang adalah sebuah pintu gerbang rumah bangsawan/ komplek istana majapahit.
Setelah Cukup puas (walaupun hati ini masih pingin disini dan suatu saat akan kesini lagi) perjalanan saya lanjutkan......
sebelum pulang tidak lupa berdoa ... hehehehehehe

Senin, 25 April 2011

menelusuri MAJAPAHIT

TROWULAN-Mojokerto
tanggal 24-26 Desember 2010

06.30 pagi, perjalanan dimulai. berangkat dari mranggen...bersama istri mencoba memulai perjalanan "rekontruksi" mengenang majapahit dulu...... rute mranggen purwodadi jalanya lumayan (masih)jelek... sekitar jam 8 pagi makan pagi di purwodadi....tepatnya di RM. Kharisma, makan soto sapi dan es jeruk.....rasanya sic lumayan enak (karena luaper mungkin)...
lanjut lewat purwasari-cepu-jiken-jepon....kemudian Bauretno-kapas- dan balenrejo sampe bojonegoro jam 12 siang, berhenti sebentar foto2 di pegunungan kapur.... pemandangane dasyat buanget....keren...(di pegunungan ini juga dulu kisahnya.. gajahmada menyelamatkan jayanegara dari kejaran pemberontak Ra Kuti, jd berimajinasi kisah heroik itu...) setelah sejenak menikmati pemandangan, perjalanan lanjut ke ngimbang-ploso-, berhenti juga di tepi sungai brantas....foto-toto(lagi2 narsis dulu) 
....sungai brantas merupakan jalur utama majapahit untuk perdagangan dan pertahanan, jd dulu mungkin banyak pasukan majapahit yang berenang di sungai brantas (mungkin kn?)....... lanjut perjelanan menyusuri kali brantas.... sebelum masuk kota mojokerto istirahat dulu di alfamatr( lupa jalan e apa).... buka2 peta jalan dulu biar ga kesasar.....
istirahat setengah jam, kemudian lanjut ke kota mojokerto.....
cari penginapan..... agak susah ternyata cari penginapan murah di mojokerto......
setelah muter2 kota cukup lama akhirnya ketemu penginapan "Tanjung sari" pada jam 17.30. Tarifnya 1 hari dengan fasilitas TV,AC,dobleSpringbed Rp. 120.000,- cukup murah karena hotel ada di tengah kota..., setelah beristirahat sejenak, cari makan di alun2 kota mojokerto... 
ES Oyen.... lumayan menyegarkan, Kemudian Sambel wader goreng..(nyarinya agak susah nic) yang konon katanya khas mojokerto sudah ada sejak jaman majapahit. 
Hari ke2 di mojokerto mengeksplor peninggalan 
majapahit.....halaman tersendiri....

Perjalanan Pulang, dengan rute yang berbeda. Dari Trowulan keluar dari penginapan jam 6.30. melalui jalur Trowulan-Jatirejo-Mojoagung, karena saat itu masih liburan jalan padat dengan Bis Surabaya yang lumayan ngebut. Setelah Mojoagung kemudian lewat Njombang ( jalan mulus, lebar dan lumayan sepi). 
setelah itu melewati Kertosono dan berhenti sebentar di alun-alun nganjukhttp://www.youtube.com/watch?v=l-LffL9tftM, pingin berfoto di alun2 nganjuk yang diabadikan dengan lagu yang terkenal itu...
Kemudian Caruban-Muneng-Karangjati-Padas, dan sebelum Ngawi berhenti sebentar untuk mengisi perut di area hutan jati....lumayan sejuk. setelah setengah jam berhenti, seperti mendapatkan energi baru perjalanan ku lanjutkan melalui widodaren-Mantingan, sempat berhenti untuk foto foto (lagi) di perbatasan Jatim Jateng.Selanjutnya Sragen-Masaran-Kebakkramat dan terakhir melintas di Solo.....
sampai dirimah jam 4.30 sore...
Perjalanan yang menyenangkan....Pingin ke sana lagi......

Candi Ngempon

Akhirnya, rasa penasaran atas sebuah tempat yang sebenarnya sering saya lewati saat pembinaan perpustakaan di desa pringsari kec. pringapus, tepatnya di desa Ngempon Kecamatan Bergas. Perjalanan lebih kurang 30 menit dari arah Ungaran ke arah Solo. Setibanya di pertigaan pasar karangjati, ambil arah kiri. Ikuti jalan yang relatif padat kendaraan, jalan yang macet karena disekitar  merupakan kawasan industri. Jadi saran saya hindari perjalanan pada saat jam pulang kerja, yaitu antara jam 4 sore sampe jam 6. 
Dari pertigaan pasar karangjati kurang lebih 1 km, pokoknya pelan2 saja. jalan masuk (pertigaan), sebelah kanan, akan ada petunjuk untuk masuk ke Candi Ngempon.  ikuti petunjuk itu....
Candi ini masih dikelola oleh masyarakat sekitar dengan harga tiket masuk Rp. 1000 rupiah (untuk 2 orang ), bayar pakir juga Rp. 1000.
Selain keberadaan Candi Ngempon, juga ada pemandian air panas yang sangat ramai pada malam minggu, juga ada fasilitas lain seperti flying fox, outbond dan penyuka arung jeram juga ada....
perlu bukti datang aja kesini!
Candi Ngempon, begitu masyarakat mengenal candi ini. ditemukan oleh seorang warga (pemilik tanah), Bapak Kasri pada Tahun 1957. pada saat itu, konon ketika Bapak Kasri mencangkul sawahnya, sering menemukan patung.  Karena mungkin ditemukan di desa Ngempon, nama candi ini Candi Ngempon, entah dulunya sejarahnya bagaimana. Sampai saat ini belum ada penelitian maupun usaha konservasi, begitupun perawatan masih kurang, bahkan  TIDAK ADA perhatian. Kalau dilihat di papan nama, Candi ini sudah masuk ke Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Prov. Jateng. padahal candi ini tentunya hasil peradaban bangsa kita yang indah.... bukti tingginya karya seni nenek moyang kita, tapi rasa menghargai belum ada.
ada 4 buah candi yang persis Candi Gedongsongo. Candi peninggalan hindu ini kadang masih digunakan untuk beribadah....

Jumat, 10 Desember 2010

Serat Nagri Ngurawan : Curiganata


Serat Nagri Ngurawan : Curiganata


Curiganata
(01)

Curiganata melihatnya, lalu mencemplungkan diri ke dalam pertempuran. Ia berjauang dengan tabag, betapapun sengit ia diserang oleh para wanita. Ia bermeditasi ditengah pertempuran. Para dewa bingung. Narada dikirim kepada Wasi itu. Pertapa itu menuntut supaya tentara Jenggala Manik dipulihkan, tuntutannya dipenuhi. Pertempuran dimulai lagi. Sang Wasi dihujani kembang dan wewangian, ia tidak tahan. Haripun malam.
Dengan tidak sabaar Raja Daha dan Raja Urawan menunggu kedatangan Jayakusuma di gunung. Setelah menakhlukkan Bali, Jayakusuma tetap tinggal di Bata-bang. Ia tidak segera datang oulang ke pulau Jawa. Karena Prasanta sakit. Dicarikan obat untuk orang sakit itu. Pangeran Urawan datang kepada Panji membawa sepucuk surat. Dengan lisan diceritakannya tentang keadaan di kedua istana dan bagaimana sifat musuh. Panji bersiap-siap untuk berangkat ke Urawan. Prasanta dibawa dalam tandu. Ratu Tawang-Gantungan keluar. Diperintahkannya utnuk menyerang Singasari saat itu. Balatentara berangkat.
Dalam pada itu Jayakusuma tiba di Urawan dengan balatentara yang besar. Raja menyambutnya dan orang bergembira karena mengenalinya sebagai putra mahkota kerajaan Jenggala Manik. Segera Panji berangkat menempuh musuh. Pertempuran diteruskan. Surengrana turutserta, ia naik keretanya bernama sagaruki. Pertempuran tambah seru, prajurit wanita mempergunakan berbagai kembang dan wewangian sebagai senjata. Kereta Surengrana hancur. Panji datang menolong. Tersebar desas-desus, bahwa Panji tertangkap oleh musuh. Canra Kirana menyerbu ke medan pertempuran, ia bertemu Panji yang membawanya kembali.
Pangeran-pangeran Jenggala Manik yang ditawan, dimasukkan dalam kurungan, tapi mereka diperlakukan dengan baik sekali. Panji ditempat kediamannya membicarakan dengan para istrinya betapa sukarnya menakhlukkan musuh. Ia ingin mendoa. Karena doanya keinderaan geger. Narada datang kepadanya, member nasehat supaya mengikutsertakan Prasanta dalam perang. Narada menghilang. Panji kembali kepada para istrinya dan memberitahukan kepada mereka kejadian tadi

 Serat selanjutnya : Prasanta sembuh kembali

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar lestari…. Dari buku Kitab Jawa Kuno