Mengembangkan Perpustakaan Desa
di Kabupaten Semarang
Potensi dan hambatannya
Oleh :
Bambang Murdianto, A.Md.
Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya untuk itu pembangunan harus secara merata di segala bidang. Di Kabupaten Semarang jumlah desa/ kelurahan ( Data wilayah administrasi desa/kelurahan, Pemdes Kab. Semarang tahun 2007), dari 19 Kecamatan, terdapat 208 desa dan 27 kelurahan. Sementara dari hasil pendataan Perpustakaan tahun 2007 ( Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang ) data anak usia sekolah 149.662 jiwa. Dari jumlah usia anak sekolah 70% - 80% berada di desa. Jika anak usia sekolah dapat dibina dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang amat potensial dalam pembangunan.
Sebagai gambaran seperti dalam tabel Human Development Index 2007 Indonesia berada diperingkat 107 dibawah Vietnam ( 105 ).
Tabel. 1
High Human Development | Medium Human Development | Low Human Development |
United Kingdom Hong Kong, China Israel Singapore (25) United Arab Emirates Cuba Mexico Tonga | Sri Lanka Viet Nam (105) Palestine Indonesia (107) Syrian Arab Republic Nicaragua Egypt Mongolia Cambodia (131) Myanmar (132) Bhutan Pakistan Papua New Guinea Timor-Leste (150) | |
Dari data tersebut dapat diprioritaskan kebijakan untuk pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan informasi bagi semua masyarakat tanpa terkecuali, untuk meningkatkan kercedasan bangsa serta meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sekaligus mampu bersaing dalam era global sekaligus tuntutan perkembangan jaman.
Salah satu sarana yang amat efisien dan efektif untuk mendapatkan informasi adalah perpustakaan. Perpustakaan menjadi salah satu unjung tombak kemajuan bangsa, dalam Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, pengertian Perpustakaan adalah ” institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”(BAB I Pasal 1 ayat 1).
Sementara desa/ kelurahan adalah sistem pemerintahan yang terendah dalam unit organisasi pemerintahan di Indonesia, apabila digabungkan pengertian diatas, perpustakaan desa dapat di simpulkan sebagai berikut ” Perpustakaan yang ada di masyarakat sebagai penyedia informasi untuk meningkatkan dan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia.”
Perpustakaan desa menyediakan sarana/ media pengetahuan yang mendukung perekonomian warga masyarakat. Di perpustakaan tersedia buku buku pertanian, perikanan, teknik dan lain – lain yang mampu untuk menghidupkan perekonomian warga. Tujuan mendirikan perpustakaan desa secara umum dapat di jabarkan sebagai berikut :
1. Untuk menunjang program wajib belajar.
Perpustakaan desa bisa menjadi penunjang pendidikan bagi masyarakat khususnya bagi usia anak sekolah. Perpustakaan dilengkapi juga dengan internet, A.P.E, dll.
2. Menunjang program kegiatan pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.
Pendidikan tidak saja di langsungkan secara formal saja ( SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi ) tetapi bisa juga dengan pendidikan informal di masyarakat, seperti Kejar Paket, kursus, tutorial, penyuluhan dan lain sebagainya. Perpustakaan desa dapat memposisikan diri sebagi penyedia informasi melalui buku - buku penunjang kegiatan kegiatan tersebut.
3. Menyediakan buku – buku pengetahuan, maupun keterampilan untuk mendukung keberhasilan kegiatan masyarakat di berbagai bidang.
Pengembangan perpustakaan desa di Kabupaten Semarang memiliki potensi yang amat besar bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia masyarakat. Informasi yang didapat masyarakat melalui perpustakaan desa dapat langsung di praktekkan. Buku tentang menanam lombok misalnya, petani bisa langsung mengaplikasikannya. Buku tentang elektronik, dengan buku tersebut masyarakat yang mempunyai keinginan untuk mempelajari buku tersebut bisa mempraktekkan dengan membuka service elektronik.
4. Menyediakan bacaan ringan/ hiburan yang sehat dalam rangka membiasakan masyarakat menjadi masyarakat membaca (reading habits).
Peringkat HDI Indonesia yang dibawah Vietnam dipengaruhi juga oleh kebiasaan masyarakat dalam membaca. Membaca melatih sesorang mampu bersikap kritis, menyerap dan memahami yang dibaca sehingga mampu mengekspresikan dalam sikap dan budaya tingkah laku (Rukmiati, Retno: Materi Bintek Perpustakaan, Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, 2008). Apapun bacaan yang dibaca, sesungguhnya akan bermanfaat bagi pembaca. Bacaan hiburan seperti novel, komik, cerpen, dan bacaan yang lain mampu menggerakkan pikiran untuk berimajinasi.
Kemudian melalui imajinasi tersebut manusia terlatih untuk berpikir kreatif. Pikiran yang kreatif, seringkali mampu untuk menemukan penemuan – penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Seperti dalam berita di harian Jawa Pos, Senin 26 Mei 2008, halaman 1, Radar Semarang ”Sri Hardjianto, Pensiunan PNS yang kreatif ciptakan berbagai alat berguna : Kini Bikin Kompor Sekam Pengganti Mitan. Sri Hardjanto yang memiliki hobi mengutak atik peralatan elektronik bermula dari kesenangannya membaca buku – buku tentang elektronik.
Dari data hasil pendataan Perpustakaan ( Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, 2007 ) dari 235 desa/ kelurahan, desa / kelurahan yang sudah ada perpustakaannya :
Tabel II
No | Perpustakaan | Jumlah | % |
1 | | 27 | 11,50% |
2 | Tidak ada | 208 | 88,50% |
Jumlah | 235 | 100% |
Dari 27 perpustakaan desa tersebut terbagi lagi menjadi :
Tabel III
No | Jenis Perpustakaan | Jumlah | % |
1 | TBM | 17 | 62% |
2 | Perpustakaan Desa | 10 | 37% |
Jumlah | 27 | 100% |
Kantor Perpustakaan Daerah dalam usahanya untuk mengembangkan minat baca masyarakat dan terus mendorong tumbuhnya perpustakaan desa, dengan layanan perpustakaan keliling, di tahun 2007 ini Kantor Perpustakaan Daerah memiliki 2 armada keliling dengan jumlah pos keliling sebanyak 35 pos keliling, yang terdiri dari perpustakaan desa, TBM, dll.
Stigma dan pandangan masyarakat yang memandang perpustakaan belum cukup penting dikarenakan budaya masyarakat yang cenderung lebih menyenangi budaya instan. Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun. Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. ( Pengaruh nonton TV pada anak-anak, www.turnofftv.org//, diolah dari Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidi . )
Kemudian hal-hal berikut ditengarai menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini (Leonhardt, 1997) :
o Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam negeri
o Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi anak-anak. Padahal kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang jaman dulu banyak dilakukan orang tua.
o Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
o Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat
o Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan menarik.
Hambatan yang tidak kalah penting datang dari pengambil kebijakan/ keputusan. Perpustakaan desa memerlukan keberlangsungan anggaran untuk kehidupan perpustakaan desa. Sementara sampai saat ini belum ada alokasi anggaran untuk perpustakaan desa. Dari aparat di desa juga tidak kalah penting peran untuk mendukung perpustakaan desa, perpustakaan desa belum menjadi salah satu prioritas untuk dikembangkan. Terkesan perpustakaan itu belum penting. Sikap – sikap seperti ini yang sekarang masih saja dilakukan. Itu bisa dilihat dari sedikitnya perpustakaan yang sudah ada di Desa/kelurahan di Kabupaten Semarang. Hanya 27 Perpustakaan, dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, yaitu 235 desa/ kelurahan.
Dari 27 perpustakaan yang ada, manfaat yang dirasakan bagi masyarakat sangatlah terasa. Salah satu contoh perpustakaan desa di Bergas Lor lingkungan Talun RW VII, “ Perpustakaan Desa Warung Pasinaon “ yang awalnya berdiri kurang mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, akan tetapi setelah berjalan Warung Pasinaon tersebut, mendapatkan apresiasi yang positif. Banyak kegiatan di Perpustakaan Desa Warung Pasinaon. Selain, menyediakan buku – buku bacaan, ada kursus matematika, kursus bahasa inggris dan sebagainya.
Mengembangkan perpustakaan desa harus secara bersama – sama, antara unsur - unsur yang ada di masyarakat dari keluarga sampai dengan kepala desa/ lurah harus bekerjasama dan bersinergi. Potensi – potensi yang ada di munculkan untuk mendirikan perpustakaan desa, Karang Taruna, Pemuda Masjid, Kelompok Tani, Ibu PKK, Posyandu, Majelis Taklim, ataupun kelompok lain dapat diajak kerjasama ikut kedalam penggerak sekaligus pengguna perpustakaan desa.
----Tulisan ini pernah dimuat di buletin pustakawan: Perpusda Prop Jateng.
*Staf Pengembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
Mahasiswa S1 Ilmu perpustakaan Fakultas Sastra Undip Semarang