Yoni Kauman Suruh |
(apa dan kenapa, dibaca dulu ya)
15 Agustus 2014, Blusukan lagi dengan Mr. Pman. Termotivasi saat diskusi komunitas penyuka candi. "Kenapa di tempat lain, kalo di sekitar kita buanyak????" sebuah pertanyaan sekaligus tantangan.
Suruh-Susukan menjadi target pertama. Berdasarkan Info dari web Dinas Kabupaten Semarang. Ada Yoni, umpak dan sebuah tempayan tembaga besar.
Blusukan bersama Mr. Pman, start dari Ambarawa kemudian menyusuri jalan Banyubiru-JLS, berbelok masuk ke suruh melalui Tingkir Salatiga. Berhenti sebentar, istirahat sambil membeli Minuman pelepas dahaga serta melihat kembali peta dan petunjuk arah.
Yoni di Masjid Besar Suruh |
Dari Terminal Tingkir, ikuti jalan ke arah suruh-karanggede. kira-kira 6-7km. Bila ketemu Pom Bensin, Alfamart, Jembatan. Sobat pelan pelan. Bila ketemu gang disebelah kiri, sudah beraspal dan ada SMP Islam di dalam gang tersebut. Terus saja, sampai ketemu dengan Masjid Agung Suruh, dan Yoni Kauman Suruh ada di halaman masjid itu.
Tanpa Menunggu Lama kukeluarkan senjata utamaku, kamera untuk jeprat-jepret. Setelah hampir tigapuluhan jepretan perasaankku tidak enak, saat kulihat layar kamera tertulis "no card", langsung sumpah serapah bermunculan, merana sekali, sangat menyesali kecerobohanku.... memory cardnya ketinggalan. (Tragedi 1) Namun untung saja, masih ada Mr. Pman yang smart phone nya bisa untuk mendokumentasikan. (kpn2 akan ku ulang lagi)
Beberapa angle gambar Yoni Kauman Suruh :
Tragedi 2
Yoni Kauman Ditutup Semen. difungsikan sebagai penanda salat dengan bantuan sinar matahari. Kedua kali ini saya menemui yoni yang ditutup semen.. bukan berarti saya mempermasalahkan fungsi penanda salat, dan bukan RAS yang saya bahas, namun yoni adalah sebuah karya, peradaban dari masalalu. jika ditambahi sekenanya tentunya membuat Yoni itu berbeda bahkan merusak.
Jika Ada peninggalan yoni, umpak dan tempayan itu, tentunya dulu banyak lagi peninggalan yang telah raib... dan bisa kita asumsikan situs ini dulunya juga sebuah tempat pemujaan agama Hindu...
Setelah Puas dengan senjata cadangan, saatnya berburu gambar umpak dan tempayan tembaga yang besar itu. Namun 2 kali saya mengitari masjid, kedua benda sejarah tersebut tak nampak. Sempat berdiskusi dengan Mr.Pman "apa perlu kita cari dibelakang Masjid/ tepatnya dimakam...", tak lama seorang bapak mendekat dan bertanya (mungkin karena melihat kami nampak kebingungan), "Ada apa mas, kok nampaknya bingung?..." ini pak, (saya tunjukkan gambar umpak dan tempayan tembaga itu) :
Sumber gambar : Dinas Pariwisata
(Tragedi ke 3)
Bapak itu (maaf saya lupa tanya nama)... menjawab.... "untuk tempayan itu sudah lama hilang mas, entah dibawa siapa. Untuk umpak batu itu dulunya ada di parkiran itu...." Bapak itu kemudian sambil berjalan mencoba mencari pula, kemudian datang seorang lagi, dan penjelasan Bapak yang ke2 "oo watu umpak itu kayaknya dibawa tukang renovasi masjid dulu saat membersihkan material...." Spontan kata yang terlucap di hati.. "WTF".....
Sambil istirahat di serambi masjid, kami mendengarkan cerita tentang sejarah masjid Besar ini dan Ternya Masjid ini dua tahun lagi berusia 200 tahun. "Saat kutanya masih ada jejaknya?", banyak mas, didalam masjid.... Mulai dari alas Soko/Tiang utama Masjid, Mimbar dan ornamen penghias pintu dan jendela. Serta yang paling penting adalah piagam pendirian masjid. :
Beberapa angle gambar Yoni Kauman Suruh :
Yoni Kauman : dari kiri |
Tragedi 2
Yoni Kauman Ditutup Semen. difungsikan sebagai penanda salat dengan bantuan sinar matahari. Kedua kali ini saya menemui yoni yang ditutup semen.. bukan berarti saya mempermasalahkan fungsi penanda salat, dan bukan RAS yang saya bahas, namun yoni adalah sebuah karya, peradaban dari masalalu. jika ditambahi sekenanya tentunya membuat Yoni itu berbeda bahkan merusak.
Yoni Kauman : Ditambahi penanda shalat |
Jika Ada peninggalan yoni, umpak dan tempayan itu, tentunya dulu banyak lagi peninggalan yang telah raib... dan bisa kita asumsikan situs ini dulunya juga sebuah tempat pemujaan agama Hindu...
Setelah Puas dengan senjata cadangan, saatnya berburu gambar umpak dan tempayan tembaga yang besar itu. Namun 2 kali saya mengitari masjid, kedua benda sejarah tersebut tak nampak. Sempat berdiskusi dengan Mr.Pman "apa perlu kita cari dibelakang Masjid/ tepatnya dimakam...", tak lama seorang bapak mendekat dan bertanya (mungkin karena melihat kami nampak kebingungan), "Ada apa mas, kok nampaknya bingung?..." ini pak, (saya tunjukkan gambar umpak dan tempayan tembaga itu) :
umpak batu |
Tempayan Tembaga |
(Tragedi ke 3)
Bapak itu (maaf saya lupa tanya nama)... menjawab.... "untuk tempayan itu sudah lama hilang mas, entah dibawa siapa. Untuk umpak batu itu dulunya ada di parkiran itu...." Bapak itu kemudian sambil berjalan mencoba mencari pula, kemudian datang seorang lagi, dan penjelasan Bapak yang ke2 "oo watu umpak itu kayaknya dibawa tukang renovasi masjid dulu saat membersihkan material...." Spontan kata yang terlucap di hati.. "WTF".....
Sambil istirahat di serambi masjid, kami mendengarkan cerita tentang sejarah masjid Besar ini dan Ternya Masjid ini dua tahun lagi berusia 200 tahun. "Saat kutanya masih ada jejaknya?", banyak mas, didalam masjid.... Mulai dari alas Soko/Tiang utama Masjid, Mimbar dan ornamen penghias pintu dan jendela. Serta yang paling penting adalah piagam pendirian masjid. :
Umpak Soko utama masjid |
Umpak di Soko |
mimbar kuno |
Umpak di soko bentuknya mirip, namun hanya ukuran yang berbeda dengan umpak yang hilang itu. Mimpar pun masih asli hanya cat yang diperbaharui, ukiran dan kayu masih asli (kayu jati) :
Hiasan Pintu, berupa ukiran kuno dari kayu jati :
Sebuah Piagam Pendirian masjid tertempel rapi dan terawat di di dinding teras masjid, ditulis dengan 2 bahasa ; arab, jawa serta tiga huruf : arab, jawa dan romawi.
Tulisan secara lengkap akan saya usahakan untuk update (jika ada waktu dan kesempatan)
Hiasan pintu masjid |
Piagam Masjid besar Suruh |
Kurang lebih info yang ada di piagam seperti ini : Tahun Pendirian Masjid 1816,
Pada hari ahad delapan belas hari bulan Muharam tahun be.... (bersambung... gambar memantul saya ta bisa jelas...)
Setelah berpanjang lebar, akhirnya saya berpamitan dan ingin melanjutkan blusukan saya. Namun saat akan memakai alas kaki, seorang pemuda bertanya, "Untuk apa mengambil gambar batu itu?", kujawab. "Suka mas, seneng mengabadikan dan menjadikan kenang2an... buat hiburan dan mengurangi stres...". singkat cerita, diakhir percakapan kami. "Mas di desa saya ada batu seperti itu, didepan masjid dekat Balai desa Kradon Lor..", tanpa diduga jawaban itu menjadikan saya tersenyum lebar. "Langsung saja...."Beri saya penunjuk arahnya mas"...... bersambung ke Kisah Situs Yoni Mplantungan Kradon Lor Suruh.
----
Save This
not Only a Stone......
Di Situs Yoni Kauman Suruh |
Salam Penyuka Candi