Tampilkan postingan dengan label watu candi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label watu candi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 Maret 2018

Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran


Seperti alunan detak jantungku
Tak bertahan melawan waktu
Dan semua keindahan yang memudar
Atau cinta yang tlah hilang
Tak ada Yang Abadi…..
(Noah)

Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Kamis, 29 Maret 2018. Hanya ingin menegaskan bahwa Blusukan Kemisan masih berlanjut, ya konsisten saja. Hiburan saya salah satunya memang blusukan mencari jejak peninggalan peradaban. Disela-sela kesibukan yang tiada habisnya, selain pekerjaan saya juga momong pula…. Apa kabar mas Dhany? Kesetnya laris? Wkwkwkwk. Usulan untuk mengganti hari blusukan terlanjur susyah sekali, karena hari lain bila di imbuhi akhiran –an jadi ga enak; 1. Seninan (senenan) dalam Jawa berarti hari dimana rutin untuk dimarahi? Keset teles kebes mas…., 2. Selasanan, istilahe dadi wagu, 3. Rabuan = ra masuk blas, seperti pupuk kandang. 4. Jumatan = ojo iki Copyright e sing kuwoso, mengko ndak kuwalat. 5. Sabtuan (Setuan) = artine aneh… 6. Mingguan = koyo majalah… Paling pas ya Kamisan…hehehhe. Malah di medsos ada yang ngikut lo ritual blusukan tiap Kamis (Kemisan)…wkwkwkk. Di komunitas daerah lain…. Eman2 yen ganti..
Bukan biar pas, bahwa hari Kamis sudah umum di masyarakat, menjadi hari sakral, dimana didalam jawa ada Malam Jumat Kliwon, juga sudah menjadi kebiasaan waktu ziarah kubur dan mendoakan orang tua yang mendahului kita, maka kita seperti ikut-ikutan ke makam tiap Kamis (banyak situs yang berada di makam), aneh… karena yang lain pake peci, buku yasin, kami ??? tongsis, kamera, surjan bahkan tas ransel penuh isi makanan-minuman.
Namun yang senyatanya adalah…. Hari dimana saya dan Lek Suryo (saya sebut kami adalah partner in crime) disela pekerjaan yang agak longgar pengawasannya bisa ketemu dan mudah untuk janjian, itu sebenarnya alasan ritual kemisan. Bukan hanya sekali duakali, namun sudah sangat sering sekali.
Walaupun tentu saja idem seperti petikan lagu ‘tak ada yang abadi’ nya Peterpan… suatu saat pasti Lek Suryo punya alasan untuk berhenti, dan untuk saya melanjutkan ritual Blusukan Kemisan adalah Pilihan. Walaupun blusukan tetap butuh partner, beberapakali mencoba sendiri lagi seperti dulu namun terasa keroyo-royo. Dan akhirnya…. Keyakinan bahwa tujuan melestarikan akan menemukan jalannya lagi…. Blusukan Kemisan Still Go on …
Rizal Rico Pratama
Sebelumnya terimakasih kepada Mas Rizal, atas respon jawabannya saat saya tanyakan petunjuk arah postingan beliau tentang sendang yang banyak “watu” kunonya.
Segera saya screenshoot untuk saya jadikan petunjuk saat blusukan pada waktunya nanti = Hari ini. Kebetulan sudah 3 Kamis saya alpha untuk blusukan, karena berbagai faktor yang komplit menghalangi.
Blusukan Kemisan Kali ini benar-benar suka-duka nya saling mengalahkan…. (baca saja sampai akhir), Selain saya dan Lek Suryo, sebenarnya ada 2 lagi aktor. Namun dengan pertimbangan yang berbeda tak bisa saya sampaikan, cerita saya sembunyikan. Demi kenyamanan bersama…
Singkat cerita, Saya perpusling terlebih dulu di SMK NU Suruh, sementara Lek Suryo melaksanakan tugas pula di seputaran Suruh. Setelah usai, kami janjian di pasar Suruh. Kemudian mobil perpusling saya parkir di balai desa Barukan Kecamatan Tengaran, Sesuai informasi yang saya terima dari Mas Rizal, Lokasi Sendang kuno berada di Kali Jali. 
Tegalwaton Tengaran
Menuju lokasi, saya membonceng, menuju papan petunjuk ke Desa Tegalwaton, melewati gerbang selamat dating, kemudian belok kiri sebelum Kantor Desa Tegalwaton, jalan terus kira-kira 1 km kemudian di sampailah di dusun Kali Jali. Kami kemudian bertanya kepada warga, yang menjelaskan tak ada kekunoan di sendang Kali Jali. Kami tetap kekeuh untuk menelusuri terlebih dahulu, masalahnya ternyata sendang tersebut harus dicapai dengan jalan kaki, menyusuri pematang sawah dengan jarak kira-kira 1km. Setelah parkir di sebuah mushola, kami menyusuri tanggul irigasi,  dan sendang yang kami temui memang benar tanpa batu sedikitpun serta nampaknya tak pernah difungsikan lagi menjadi sendang.
Disana Proyek Tol SMG-Solo
Walaupun begitu tetap beruntung, ada warga yang kami temui di pojokan irigasi (nampaknya sedang mengaso setelah bekerja pada proyek Tol) memberikan setitik cerah kepada kami, ada sendang yang memang banyak batu kotak di Sendang Kali Purong. “Ikuti saja irigasi ini nanti akan sampai”, jelasnya.  Setelah mengucapkan terimakasih kemudian kami berbalik lagi dengan alternatif jalan kedua, dimana melewati jalan gang yang sudah berbeton, “Ikuti jalan itu, setelah melewati makam nanti ada jalan menurun. Ada dua pohon besar di sendang itu”, tambah warga yang kami tanyai.
Dan sampailah….
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Bukan hanya satu, tapi ada dua sendang! (tentu saja jaman dulu hanya ada satu ... sebuah bangunan, karena perkembangan jaman struktur yang menjadi kesatuan dipakai untuk membuat 2 sendang.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Gemericik pancuran sendang dari kejauhan seperti membuat diri saya melupakan segala masalah, kecuali satu hal (durasi tentu saja.. hehehe). Dua pohon besar yang berdekatan menjadikan suasana teduh dan udara sangat fresh plus suasana bunyi gemericik air menjadikan rasa hati tak tahan untuk segera untuk njegur. Benar-benar tetesan surga…. sangat kontras dengan 500m di dekatnya yang sedang ada aktifitas proyek tol.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
Masing masing dari kami langsung asyik sendiri mengeluarkan segala properti khas blusukan… kamera, HP, Slayer, tongsis dan tentu saja ganti kaos…. Mosok blusukan gowo hem dan sepatu pantovel?
Petirtaan Kali Purong Tengaran
Yang menjadi pusat perhatian bagi saya tentu saja bentuk pancuran. Menurut warga yang memberikan petunjuk tadi, dari dulu sendang dan pancurannya ya seperti itu tak pernah diubah. 
Sementara disekeliling sendang tertata rapi batuan kotak. Sebagian ada lubang-lubang mirip lubang di watu lumpang.
Beberapa batu berpola tersebar di beberapa sisi luar sendang, Seperti struktur bawah bagian pinggir bangunan tembok/pagar Petirtaan.
 Selanjutnya saya menyebutnya sebagai Petirtaan Kali Purong. Untuk ikhwal sejarahnya kenapa dinamakan Kali Purong saya belum dapat cerita.
Petirtaan itu sering digunakan untuk bertapa”, seorang ibu berkata kepada kami.
Petirtaan yang berarti tempat mensucikan diri, dimana berasal dari mata air yang suci…. (Sampai saat ini debit mata air tak pernah surut dan jernih-segar bahkan menurut saya mengalahkan Air konsumsi sehari hari yang didistribusikan perusahaan daerah itu).   







 





        Disekitar area Suruh berdekatan dengan Petirtaan Senjoyo dengan Cerita Jaka Tingkir, kemudian beberapa Yoni di Suruh juga tak jauh adalah Salatiga dimana ada Prasasti Plumpungan. Menjadi banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi..
Setelah merasa cukup, sebelum pulang sebenarnya sempat diberi informasi ada sendang lagi dimana batu kotaknya banyak dan lebih besar… namun, durasi dan  saya belum makan adalah masalah yang sangat mengganggu. Tapi suatu saat pasti saya akan kembali menelusuri informasi itu, Janji hati saya.
.
Lek Suryo dan Saya (ssdrmk) Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran
 Video Amatir (Proses Edit dan Uplod, segera setelah beres saya beri link-nya)
(bukan)Saat terakhir blusukan Kemisan yang melegenda bersama The Partner…..
Apa yang saya maksud suka duka saling mengalahkan ya itu….. Suka nya …… sudah sahabat baca, namun dukanya cukup dihati saya saja…. Heheheheh…. Sampai ketemu lagi di kisah selanjutnya…..
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
Petirtaan Kali Purong di Kalijali Desa Tegalwaton Tengaran








 #hobikublusukan

Kamis, 22 Februari 2018

Menengok Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan : Jejak Peradaban

Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
   Kamis 22 Februari 2018. Jika terlalu banyak rencana niscaya semua akan berbalik menjadi kesialan yang beruntun. Itu saya alami. Sehari sebelumnya, saya hubungi 2 rekan yang memungkinkan untuk ‘Kemisan”, dua-duanya pun mengusulkan destinasi yang aduhai…. Lek Suryo menawari bayar utang janji guide ke Temanggung, Sementara Mas Eka WP dalam pesan whatshap nya mengatakan,destinasi Geblog siap.
Sementara tugas kerjaan ya tak boleh kulewatkan, sehingga saya mencoba merencanakan secara urut agar semua bisa terlaksana, ya kerja=perpusling, pagi langsung berangkat, kemudian agak siang lanjut blusukan temanggung area. Yang terakhir Penelusuran  Geblog Sidomukti Bandungan sekaligus kuliner “bubur Tipes”.
Namun rencana tinggal rencana, bila takdir Tuhan berkehendak lain, entah berhubungan atau tidak, hari ini sepertinya sial terus. Mulai dari ban motor bocor saat berangkat kerja, kemudian saat sarapan jeruk anget, eh malah tumpah, padahal baru seteguk saja saya minum. 
Tidak hanya itu, saat akan berangkat perpusling, eh baru akan keluar garasi spion nyenggol tembok garasi, kaca spion jatuh, awalnya gak pecah tapi karena panik, kopling ku lepas dan akhirnya ‘krek!’, pecah deh. 
Sial selanjutnya, saat di tukang kaca untuk ganti gaca spion, eh antri nya banyak, 1 jam saya nunggu.
Akhirnya ku putuskan untuk batalkan perpusling, langsung on the way ke lokasi kumpul di Mas Dhany. Sampai disana sial lagi…. disuruh nunggu Mas Eka Gawe Pusaka. Nunggu sang empu menempa pisau yang katanya kekinian. Padahal yang namanya pisau tetaplah pisau, bukan keris atau pedang, nunggu 1 jam lagi. Semoga cukup kesialan hari ini.
Dari pasar Karangjati, kami kemudian langsung meluncur menuju Dusun Geblog Sidomukti Kecamatan Bandungan, Awalnya mencoba nyulik  Mas Iwan Putra, namun ternyata lagi banyak gawean. Kami melanjutkan perjalanan setelah janjian terlebih dahulu dengan rekan Mas Eka WP, dimana benda cagar budaya tersebut di berada dirumahnya.
Menuju lokasi, kami melewati lagi Makam Geblog, dan Arca Ganesha yang kamis sebelumnya kami sambangi. Singkat cerita, Kami kemudian bertamu di rumah Mas Eko Handoyo dan langsung menuju dalam rumahnya dimana benda cagar budaya berada. 
Awalnya kami sempat meyakini bahwa yang kami kunjungi ini adalah Yoni, dari gambar kiriman share Mas iwan di WA Grup, identik dengan Yoni dengan ciri lubang di tengah, berbentuk kotak ada hiasan.
Saat dipersilahkan ke dalam rumah, kami kemudian mengkesplornya,

Kami balik…. Ternyata Lapik, bisa lapik arca maupun lapik sajen, “Dulu yang mengamankan mbah saya, karena takut dicuri. Soalnya banyak batu lain yang hilang”, cerita mas…. “Lokasi dari dekat makam desa”, tambahnya.
"Nanti saya antar kesana, soalnya konon masih banyak batu yang lain”, imbuh mas. "Oke", jawab kami serempak.
Setelah kami balik,
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
   Kami sementara sepakat ini Lapik, namun masih berdiskusi mengarah debat antara Lapik Arca maupun lapik Sajen. 
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan

Lapik Arca : Berarti dulu konon diatasnya adalah sebuah Arca. Sementara Lapik Sajen, adalah ditaruh diatasnya sesajen ritual. 
Hiasan Motif teratai masih terlihat jelas, 

 Lapik di Geblog Sidomukti 
Kedua kemungkinan tersebut didukung keberadaan Arca Ganesha dan Lingga di Geblog ini. Kami duga ini adalah satu paket, alias satu kesatuan.
Dilihat dari atas, 
 Lapik di Geblog Sidomukti 
     Walaupun terlihat ada beberapa kerusakan, namun wibawa-keindahan masih terlihat jelas. Sederhana namun berkelas!
Badan Lapik, terdapat hiasan motif sederhana.
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan
       Selfie dulu, 
 Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan : Mas Eko Handoyo yang memakaai Kaos Oranye
Kami kemudian menerima tawaran untuk penelusuran titik awal dimana lapik ini dulunya berasal, dan makam-makam yang menurut banyak orang banyak watu candi.
Dari Rumah Mas Eko Handoyo, Kami kemudian mengkikutinya menuju makam yang berada di atas desa, melewati ladang warga, dengan pemandangan yang menakjubkan.
Salah satunya, foto perjalanan : Mohon fokus di pemandangan alamnya :
Paseduluran, tak butuh syarat : DS

Beberapa watu candi yang berhasil kami telusuri, (trims to Lek Suryo dan Mas Eka WP yang rela foto jepretannya saya pajang disini: 




Link Videoo : (lapik Geblog)
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Lapik di Geblog Sidomukti Bandungan

  Setelah selesai, kami kemudian segera menuju Kuliner klangenan, yang sebelumnya menancap di hati kami. Menuju Bubur Tipes, Sidomukti. Namun...... Kedatangan Kami terlambat, nyaris dapat. Pelanggan terakhir yang berpapaan dengan kami yang membiorongnya. Apes.... bin sial terakhir hari ini.
Sebagai obat ganti kecewa, akhirnya yang kami dapat "Lothek" yang sangat pedas.




#hobikublusukan

Kamis, 15 Februari 2018

Menilik Benda Cagar Budaya di Desa Kebumen Banyubiru

Situs Desa Kebumen Banyubiru
 Kamis 15 Februari 2018. Dari Tajuk Getasan, Awalnya kami ngabari Lek Suryo untuk janjian penelusuran di Banyubiru area. Rencana kami melewati Jalan tembus Banyubiru, tepatnya di Depan kantor Desa Sumogawe Getasan Ambil Arah Kiri. Namun ditengah perjalanan ternyata Lek Suryo membatalkan penelusuran karena panggilan tugasnya. 
Kepalang tanggung, walaupun jalur agak memutar saya tetap melanjutkan melewati jalur Banyubiru - Ambarawa. 
Saat melewati Kuliner Khas Opor Bebek Mak Yah di desa Kebumen Banyubiru sempat menghirup aroma opor bebek yang juara itu.
Sejurus kemudian, Mas Eka malah minta berhenti, awalnya saya sempat salah sangka. Sempat mengira akan ditraktir. Ternyata…. PHP.. wakakak..
Setelah berhenti, saya diminta mengikutinya,
Tak dinyana … 10m dari jalan raya ada tinggalan berupa Benda cagar Budaya…. 
Tak hanya satu, tapi dua batu….

Yang pertama, watu candi sangat menarik dengan relief yang masih Nampak indah, walaupun Cuma 1 potongan puzzle relief.
Struktur Batu Candi di Kebumen Banyubiru
Yang kedua, watu candi yang berpola. Saya duga struktur sebuah bangunan yang berada di dasar bangunan.
Mas Eka sendiri mengetahui keberadaan Batu purbakala di area ini secara tak sengaja, “Saat melaju pelan di gang, eh pandangan menatap watu relief ini”, ceritanya.
Saat saya kesini, pintu rumah terbuka kemudian seorang remaja keluar, bertanya ihwal aktifitas kami. “Itu dibawa bapak saya dari daerah Muntilan”, katanya. Tapi saat saya tatap matanya ternyata ‘nggandhul”, ya sudah. Kami mengikuti alur remaja tersebut. Sambil mengekspos 2 batu cagar budaya yang berada di depan rumah warga tersebut.
Sesudah kami minta ijin, mengambil gambar dan semoga dilain waktu bisa ketemu secara langsung dengan sang Bapak, agar sejarah, asal muasal watu candi ini bisa mencerahkan kami, bukan serta merta buatan Muntilan (daerah yang identik dengan perajin batu relief)
Seorang warga yang “curiga” mendekat dan bertanya maksud kami, saat kami tanya balik batu ini dari mana, eh jawabnya geleng kepala padahal sebelumnya beliau asli warga sini dan sempat banyak cerita tempat mistis lain. 
Tapi kekeuh menjawab ini tinggalan wali, “wali kelas mungkin”, seloroh di dalam batin kami…. Plus ngekek….. Ya Sudahlah….
Berkat si jubah merah ini, naskah terselesaikan,
Eka W Prasetya

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

NB : Masih Nunggu kiriman hibah foto dari Eka WP... saat dilokasi hp saya mati..

Situs Tajuk Getasan : Ada Jejak relief di Batu candi

Situs Tajuk Getasan
       Kamis 15 Februari 2018. "Kerja = Dolan = Blusukan",  menjadi jawaban dari yang Maha Kuasa atas kesulitan blusukan karena rekan punya kesibukan baru …. Hehehhee. Yang kesekian kali, seperti beberapa naskah sebelumnya, kali ini pun sama. Beberapa minggu lalu ketemu dengan Pamong Budaya Bapak Setyo Widodo, “Maturnuwun pak Informasinya”. Saat saya Tanya apa kabar Getasan, eh dijawab dengan foto pesan di WA beliau, “Ini ada informasi dari warga, ada struktur batu candi di Tajuk”. Bagai durian runtuh, minggu ini saya mendapatkan jadwal untuk layanan perpusling di Tajuk Getasan. Teringat kembali Candi Sokowolu di Tajuk Getasan ini yang sempat saya blusuki beberapa tahun yang lalu
Singkat cerita, kemudian saya nawari rekan agar penelusuran tak sendiri, tak enak rasanya blusukan ‘kemisan’ sendiri. Jadilah dengan Mas Eka W Prasetya ritual blusukan kemisan kali ini, tentunya saya dahului dengan ‘kerja’ dulu.
Terasa dimudahkan, ketika saya bertanya perangkat desa Tajuk tentang Pak Sodik Guru Mi Tajuk, (rekomendasi dari Pak Setyo Widodo). 

Ternyata beliau adalah Ketua pengelola Perpusdes Tajuk yang saya datangi untuk layanan Perpusling. Terimakasih banyak kepada Bapak Sodik yang menunda keberangkatan ke luar kota saat di telp Ibu perangkat desa, “Ada petugas perpustakaan daerah yang ingin melihat watu candi, ini sekalian perpusling”, ucap Ibu perangkat desa tersebut. Tak sampai satu menit beliau datang dan langsung menawari kami turut serta menuju lokasi, dimudahkan lagi saat kami kebingungan eh perangkat desa lain menawari motor untuk kami. Terimakasih.
Paling 2 menit saja, kami mengendarai motor menuju lokasi, lalu sampailah….
2 Batu Candi berelief Bokor
Situs Tajuk Getasanu.
Langsung teringat, Ada Prasasti Tajuk, dan seingat saya berbentuk seperti segitiga, konon katanya dibawa ke Museum Nasional. Segera saya coba googling…
(ternyata susah menemukan informasi mengenai Prasasti Tajuk)
Sumber :

Di sebelah desa Tajuk, ada desa yang bernama Samirono yang juga terdapat situs Watu Lawang, konon dari sumber yang saya dapatkan batu tersebut dulu ada tulisannya, namun dirusak orang. Saat ini hanya replikanya. Link Penelusuran : Situs Watulawang Samirono.
Situs Tajuk Getasan
Ketika kami mengabadikan peninggalan leluhur ini, beberapa warga mendekat karena tertarik dengan aktivitas kami, malah kemudian “Di sana masih ada beberapa watu kotak”, ucap salah satu warga menunjukkan arah. 
Situs Tajuk Getasan
(Secara detail kemudian warga tersebut menunjukkan arah sebuah lahan milik nama warga namun saya lupa, tapi dilain kesempatan warga tersebut bersedia memandu). Sungguh saya terasa hari ini dimudahkan.
Semoga semakin banyak warga yang melestarikan, dan musnahlah para kolekdol!
Setelah merasa cukup, kami kemudian kembali ke kantor desa untuk menyelesaikan tugas. Ya Hari ini tugas serasa dolan saja. 
Dokumentasi Batu Candi Tajuk getasan, 



Detail Bokor, 












Bersama Pak Sodik, Mas Eka dan sejumlah Warga yang tertarik dengan Aktivitas Kami, 
Eka WP, dan Pak Sodik berkaos Orange di Situs Tajuk Getasan

Blusukan Kemisan still go on…never end!

 Video Amatir (nunggu kiriman video dan uplod youtube)

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
di Tajuk Getasan..... by Eka WP
#hobikublusukan