Minggu, 22 Mei 2011

MENGEMBANGKAN PERPUSTAKAAN DESA DI KABUPATEN SEMARANG Potensi dan hambatannya

Mengembangkan Perpustakaan Desa
di Kabupaten Semarang
Potensi dan hambatannya

Oleh :
Bambang Murdianto, A.Md.

Pembangunan pada hakekatnya adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya untuk itu pembangunan harus secara merata di segala bidang. Di Kabupaten Semarang jumlah desa/ kelurahan ( Data wilayah administrasi desa/kelurahan, Pemdes Kab. Semarang tahun 2007), dari 19 Kecamatan, terdapat 208 desa dan 27 kelurahan. Sementara dari hasil pendataan Perpustakaan tahun 2007 ( Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang ) data anak usia sekolah 149.662 jiwa. Dari jumlah usia anak sekolah 70% - 80% berada di desa. Jika anak usia sekolah dapat dibina dengan sebaik-baiknya, maka diharapkan dapat menjadi sumber daya manusia yang amat potensial dalam pembangunan.
Sebagai gambaran seperti dalam tabel Human Development Index 2007 Indonesia berada diperingkat 107 dibawah Vietnam ( 105 ).
Tabel. 1
High Human Development
Medium Human Development
Low Human Development
Iceland (1)
Norway
Australia
Canada
Ireland
Sweden
Switzerland
Japan
Netherlands
France
Finland
United States
United Kingdom
Hong Kong, China
Israel
Singapore (25)
Korea, Rep. of
Brunei Darussalam (30)
United Arab Emirates
Cuba
Mexico
Tonga
Saudi Arabia
Malaysia (63)
Thailand (78)
China
Lebanon
Philippines (90)
Fiji                                  
Iran, Islamic Rep. of
Sri Lanka
Viet Nam (105)
Palestine
Indonesia (107)
Syrian Arab Republic
Nicaragua
Egypt
Mongolia
South Africa
India
Solomon Islands
Laos (130)
Cambodia (131)
Myanmar (132)
Bhutan
Pakistan
Papua New Guinea
Timor-Leste (150)
Senegal
Eritrea
Nigeria
Tanzania, U. Rep. of
Guinea
Rwanda
Angola
Benin
Malawi
Zambia
Côte d'Ivoire
Burundi
Congo, Dem. Rep.
Ethiopia 
Chad
Central African Republic
Mozambique
Mali
Niger
Guinea-Bissau
Burkina Faso
Sierra Leone (177)

Dari data tersebut dapat diprioritaskan kebijakan untuk pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan informasi bagi semua masyarakat tanpa terkecuali, untuk meningkatkan kercedasan bangsa serta meningkatkan kemampuan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sekaligus mampu bersaing dalam era global sekaligus tuntutan perkembangan jaman.
Salah satu sarana yang amat efisien dan efektif untuk mendapatkan informasi adalah perpustakaan. Perpustakaan menjadi salah satu unjung tombak kemajuan bangsa, dalam Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, pengertian Perpustakaan adalah ” institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi para pemustaka”(BAB I Pasal 1 ayat 1).
Sementara desa/ kelurahan adalah sistem pemerintahan yang terendah dalam unit organisasi pemerintahan di Indonesia, apabila digabungkan pengertian diatas,  perpustakaan desa dapat di simpulkan sebagai berikut ” Perpustakaan yang ada di masyarakat sebagai penyedia informasi untuk meningkatkan dan mendukung peningkatan kualitas sumber daya manusia.”
Perpustakaan desa menyediakan sarana/ media pengetahuan yang mendukung perekonomian warga masyarakat. Di perpustakaan tersedia buku buku pertanian, perikanan, teknik dan lain – lain yang mampu untuk menghidupkan perekonomian warga.  Tujuan mendirikan perpustakaan desa secara umum dapat di jabarkan sebagai berikut :
1.      Untuk menunjang program wajib belajar.
            Perpustakaan desa bisa menjadi penunjang pendidikan bagi masyarakat  khususnya bagi usia anak sekolah. Perpustakaan dilengkapi juga dengan  internet, A.P.E, dll.
2.      Menunjang program kegiatan pendidikan seumur hidup bagi masyarakat.
            Pendidikan tidak saja di langsungkan secara formal saja ( SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi ) tetapi bisa juga dengan pendidikan informal di masyarakat, seperti Kejar Paket, kursus, tutorial, penyuluhan dan lain sebagainya. Perpustakaan desa dapat memposisikan diri sebagi penyedia informasi melalui buku - buku penunjang kegiatan kegiatan tersebut.
3.      Menyediakan buku – buku pengetahuan, maupun keterampilan untuk mendukung keberhasilan kegiatan masyarakat di berbagai bidang.
            Pengembangan perpustakaan desa di Kabupaten Semarang memiliki potensi yang amat besar bagi pengembangan kualitas sumber daya manusia masyarakat. Informasi yang didapat masyarakat melalui perpustakaan desa dapat langsung di praktekkan. Buku tentang menanam lombok misalnya, petani bisa langsung mengaplikasikannya. Buku tentang elektronik, dengan buku tersebut masyarakat yang mempunyai keinginan untuk mempelajari buku tersebut bisa mempraktekkan dengan membuka service elektronik.
4.      Menyediakan bacaan ringan/ hiburan yang sehat dalam rangka membiasakan masyarakat menjadi masyarakat membaca (reading habits).
Peringkat HDI Indonesia yang dibawah Vietnam dipengaruhi juga oleh kebiasaan masyarakat dalam membaca. Membaca melatih sesorang mampu bersikap kritis, menyerap dan memahami yang dibaca sehingga mampu mengekspresikan dalam sikap dan budaya tingkah laku (Rukmiati, Retno: Materi Bintek Perpustakaan, Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, 2008). Apapun bacaan yang dibaca, sesungguhnya akan bermanfaat bagi pembaca. Bacaan hiburan seperti novel, komik, cerpen, dan bacaan yang lain mampu menggerakkan pikiran untuk berimajinasi.
Kemudian melalui imajinasi tersebut manusia terlatih untuk berpikir kreatif. Pikiran yang kreatif, seringkali mampu untuk menemukan penemuan – penemuan baru yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.   Seperti dalam berita di harian Jawa Pos, Senin 26 Mei 2008, halaman  1, Radar Semarang ”Sri Hardjianto, Pensiunan PNS yang kreatif ciptakan berbagai alat berguna : Kini Bikin Kompor Sekam Pengganti Mitan. Sri Hardjanto yang memiliki hobi mengutak atik peralatan elektronik bermula dari kesenangannya membaca buku – buku tentang elektronik.  
Dari data hasil pendataan Perpustakaan ( Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, 2007 ) dari 235 desa/ kelurahan, desa / kelurahan yang sudah ada perpustakaannya :

Tabel II

No
Perpustakaan
Jumlah
%
1
Ada
27
11,50%
2
Tidak ada
208
88,50%
Jumlah
235
100%

Dari 27 perpustakaan desa tersebut terbagi lagi menjadi :
Tabel III

No
Jenis Perpustakaan
Jumlah
%
1
TBM
17
62%
2
Perpustakaan Desa
10
37%
Jumlah
27
100%

Kantor Perpustakaan Daerah dalam usahanya untuk mengembangkan minat baca masyarakat dan terus mendorong tumbuhnya perpustakaan desa, dengan layanan perpustakaan keliling, di tahun 2007 ini Kantor Perpustakaan Daerah memiliki 2 armada keliling dengan jumlah pos keliling sebanyak 35  pos keliling, yang terdiri dari perpustakaan desa, TBM, dll.
Stigma dan pandangan masyarakat yang memandang perpustakaan belum cukup penting dikarenakan budaya masyarakat yang cenderung lebih menyenangi budaya instan. Data th 2002 mengenai jumlah jam menonton TV pada anak di Indonesia adalah sekitar 30-35 jam/minggu atau 1560-1820 jam/ tahun. Angka ini jauh lebih besar dibanding jam belajar di sekolah dasar yang tidak sampai 1000 jam/tahun. ( Pengaruh nonton TV pada anak-anak, www.turnofftv.org//, diolah dari Yayasan Kita dan Buah Hati; dan Kidi . )
Kemudian hal-hal berikut ditengarai menghambat peningkatan minat baca dalam masyarakat dewasa ini (Leonhardt, 1997) :
o      Langkanya keberadaan buku-buku anak yang menarik terbitan dalam negeri
o      Semakin jarangnya bimbingan orang tua yang suka mendongeng sebelum tidur bagi anak-anak. Padahal kebiasaan ini merupakan kebiasaan yang jaman dulu banyak dilakukan orang tua.
o      Pengaruh televisi yang bukannya mendorong anak-anak untuk membaca, tetapi lebih betah menonton acara-acara televisi.
o      Harga buku yang semakin tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat
o      Kurang tersedianya taman-taman bacaan yang gratis dengan koleksi buku yang lengkap dan menarik.
Hambatan yang tidak kalah penting datang dari pengambil kebijakan/ keputusan. Perpustakaan desa memerlukan keberlangsungan anggaran untuk kehidupan perpustakaan desa. Sementara sampai saat ini belum ada alokasi anggaran untuk perpustakaan desa. Dari aparat di desa juga tidak kalah penting peran untuk mendukung perpustakaan desa, perpustakaan desa belum menjadi salah satu prioritas untuk dikembangkan. Terkesan perpustakaan itu belum penting. Sikap – sikap seperti ini yang sekarang masih saja dilakukan. Itu bisa dilihat dari sedikitnya perpustakaan yang sudah ada di Desa/kelurahan di Kabupaten Semarang. Hanya 27 Perpustakaan, dibandingkan dengan jumlah desa/kelurahan yang ada, yaitu 235 desa/ kelurahan.
Dari 27 perpustakaan yang ada, manfaat yang dirasakan bagi masyarakat sangatlah terasa. Salah satu contoh perpustakaan desa di Bergas Lor lingkungan Talun RW VII, “ Perpustakaan Desa Warung Pasinaon “ yang awalnya berdiri kurang mendapatkan tanggapan yang baik dari masyarakat, akan tetapi setelah berjalan Warung Pasinaon tersebut, mendapatkan apresiasi yang positif. Banyak kegiatan di Perpustakaan Desa Warung Pasinaon. Selain, menyediakan buku – buku bacaan, ada kursus matematika, kursus bahasa inggris dan sebagainya.
Mengembangkan perpustakaan desa harus secara bersama – sama, antara unsur - unsur yang ada di masyarakat dari keluarga sampai dengan kepala desa/ lurah harus bekerjasama dan bersinergi. Potensi – potensi yang ada di munculkan untuk mendirikan perpustakaan desa, Karang Taruna, Pemuda Masjid, Kelompok Tani, Ibu PKK, Posyandu, Majelis Taklim, ataupun kelompok lain dapat diajak kerjasama ikut kedalam penggerak sekaligus pengguna perpustakaan desa. 
----Tulisan ini pernah dimuat di buletin pustakawan: Perpusda Prop Jateng.
*Staf Pengembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
Mahasiswa S1 Ilmu perpustakaan Fakultas Sastra Undip Semarang

Rabu, 18 Mei 2011

Candi Dieng

Ekspedisi Dieng
Candi Dieng sesaat setelah hujan

Pemandangan yang menakjubkan
15 Mei 2011, akhirnya kujawab tantangan seorang kawan lama. Yang bertanya kapan ke Dieng…?membuat panas jiwa dan darah petualangan. setelah melihat catatan perjalanan saya di Trowulan dia selalu ber”promosi” Dieng The next Heaven.. Singkat kata segala persiapan saya lakukan termasuk menghubungi seorang sahabat diWonosono.
Berangkat tepat jam 10.00 pagi, pada awalnya rencana rute ekspedisi lewat Gunungpati-Ungaran-Ambarawa-Temanggung-Parakan-Wonosobo-Dieng, karena rute itu yang biasa orang lalui. Akan tetapi, lagi-lagi seorang kawan lama yang memberikan tantangan malah menyarankan untuk lewat rute lain : Gunungpati-Boja-Singorojo-Patean-Sukorejo-Bejen-Ngadirejo-Jumprit-Perkebunan Teh Tambi-Dieng.
Alhasil, tertarik juga berangkat lewat rute ini,  rencana untuk pulangnya tetap lewat Temanggung. Benar apa yang dikatakan…. Jalur Lewat Kendal ini sungguh mengangumkan. Pemandangan sangat menakjubkan, mulai lembah yang menghijau, deretan perbukitan yang berbaris membentuk lukisan alam, udara segar yang menyehatkan paru-paru kita, kebun-kebun buah (durian+rambutan) di kanan kiri jalan yang bila musim berbuah (membuat kita pasti pingin berhenti sejenak---kalau bisa sedikit merasakan..hehehehehe) pasti menambah berwarnanya pemandangan. Semua itu kita temui sebelum Sukorejo di daerah Patean. Setelah Kebun buah, akan selanjutnya kita akan melihat pula deretan pohon cengkeh di kanan dan kiri. Tidak akan terputus keindahan sampai di kebun cengkeh ini. Akan tetapi sangat disayangkan kondisi jalan yang kurang baik (dibaca:rusak)…namun sedikit terobati sebenarnya dengan pemandangan yang (tukul bilang) AMAZING, tampaknya rute ini disukai beberapa komunitas otomotif. Terbukti dalam perjalanan saya bertemu dengan Komunitas Marcedes Bens Semarang (melihat Plat Nomor H semua; jadi saya tahu), Komunitas Vespa, ketemu juga dengan komunitas motorcross ’jejadian’ hehehe maaf soalnya banyak juga motor bebek  yang dimodifikasi.
Setelah itu beberapa lama kemudian akan kita temui keindahan ciri khas pegunungan yaitu barisan hutan pinus. Ada juga kawasan wisata disini. Pemandian/Situs Jumprit yang lumayan ramai saat saya lewat. Tidak mampir karena tujuan utama kali ini adalah Candi Dieng. Walaupun sebenarnya Pemandian Jumprit ini, seperti informasi yang saya dapat merupakan salah satu peninggalan majapahit.. Kalau Benar begitu Suatu saat saya agendakan kesana…karena saya PeCINTA Majapahit!
Tambi
Setelah Jumprit terlewati, rute dan medan jalan membutuhkan konsentrasi lebih, naik turun dengan kelokan tajam banyak kita hadapi di sepanjang jalan. Semua itu akan kita lupakan karena pemandangan dikanan kiri kita pegunungan. Selain kokohnya pegunungan yang berdiri, aktivitas petani kentang, kol dll juga banyak juga, menjadi sebuah hiburan tersendiri bagi kita.

Perlu juga di persiapkan, masker karena akan banyak tercium polusi udara di sini, (pupuk kandang yang dipakai petani : bagus juga kan, mereka pakai sumber alam bukan buatan? Jadi tidak boleh protes). Lepas dari lahan pertanian masyarakat, kita masuk ke perkebunan teh Tambi yang terkenal itu. Saat saya melintas, banyak pekerja teh yang sedang memetik daun teh. Sebenarnya spot yang menarik untuk diambil gambar, saya terus jalan karena tidak sabar segera sampai di Dieng. Di Kawasan perkebunan Teh Tambi juga ada agrowisatanya.
Setelah melewati Perkebunan Teh Tambi, di pertigaan kita ambil arah ke kanan (kalau ke kiri arah wonosobo). Perjalanan selanjutnya tidak kalah mencengangkan, bagaimana tidak dari bawah terlihat perjalanan saya akan melewati awan : saya punya julukan sendiri Dieng kota diatas awan…(katanya dieng kota tertinggi ke-2 setelah Tibet) di beberapa tempat sudah dikeliling kabut. Apabila anda bisa sampai disini sekitar jam 6 disediakan Gardupandang di pinggir jalan bisa melihat silver sunrise….
Jam 12 saya sampai di gerbang Kompleks Candi Arjuna Dieng, akan tetapi karena waktu makan siang saya putuskan untuk mencari warung makan terlebih dahulu. Setelah muter-muter terlebih dahulu, akhirnya ketemu juga tempat makan yang lumayan murah.
Mr. Chiken, nama warung itu, makanya, dari gerbang candi lurus saja setelah candi Dwarawati berada. Kelar Makan siang yang cukup murah nasi ayam+the anget+2 tempe kemul Rp.12.000 ,-.

Candi Arjuna & Candi Semar
Masuk Ke kawasan Candi Arjuna tiket Rp. 6000,-, kemudian saya sarankan untuk toilet terlebih dahulu Rp.1.000,- agar nanti saat menikmati keindahan candi anda tidak terganggu. Bayar Parkir Rp. 2.000,-. Saat berkunjung ke sini jangan lupa bawa jas hujan/ payung (saran saya), ada juga persewaan payung Rp.5.000,- dari informasi yang saya peroleh saya melengkapi diri dengan jas hujan dan sewa payung karena sering hujan mendadak di Dieng ini. Rasanya tidak sabar untuk segera ‘eksplor’ candi ini. Cukup ramai pengunjung pada saat saya berada disini. Penataaan Candi lumayan rapi, terawat, bersih mengingatkan saya akan candi Bajangratu di Trowulan, ditambah keberadaan taman yang asri nan sejuk terasa menyegarkan mata.
Dimulai dengan candi Arjuna, bangunan ada di sebelah kanan sendiri, kemudian berhadapan candi Semar. Berurutan ke kiri candi Srikandi, Candi Puntadewa dan Candi Sembadra, agak berjauhan ada candi Gatotkaca di Pintu Masuk kedua dari arah Banjarnegara. Ada juga Candi Setiyaki yang tempatnya menyendiri, agak terpisah, posisinya garis lurus dengan Candi Arjuna. Selain 7 candi utuh juga banyak berserakan bekas-bekas reruntuhan bebatuan yang lain yang akan kita temukan saat mulai memasuki Kawasan ini.
Pengalaman baru bagi saya, ketika harus mengambil gambar pada saat hujan, dengan jas hujan dan payung sewaan saya mencoba mengambil angle terbaik yang saya bisa, mklum masih belajar. Pengalaman yang berat pula sungguh saya paksakan bagi Canon EOSD1000 yang saya bawa. Kondisi lembab dengan suhu dingin tentunya menimbulkan embun di kamera saya. Apa boleh buat EOSD1000 (trims atas pengertiannya) kuatkan dirimu….. walaupun pasangan tripod  Exxell EX-280 setiamu lupa terbawa, dirimu rela ku dudukkan di bebatuan candi yang basah, kau tetap mengerti tugasmu… semakin lengkap tidak bawa lap kamera, cukup kaos yang saya pake untuk menghapus air di lensa.
Candi Srikandi
Candi Arjuna, terlihat bentuknya yang gagah sekaligus anggun, banyak stupa di atap sehingga candi ini terlihat lebih menarik, mungkin bisa dikatakan candi ini memang tampan selayaknya penggambaran Arjuna dalam pewayangan. Selain itu. Didalam candi terdapat tempat ibadah pada jaman dulu, Yoni.
Candi Semar, bentuknya kotak, seperti kubus, dengan lubang-lubang di kanan kirinya. Candi Semar paling sederhana desain dibanding candi lainnya.
Candi Srikandi adalah candi paling kecil di Kompleks candi Arjuna
Candi Puntadewa, candi yang paling kekar, sekaligus besar dibanding candi lainnya.
Candi Sembadra, terletak paling kiri di deretan candi ini.
Yang jadi pertanyaan pribadi saya, Nama Kompleks candi ini Candi Arjuna, kok ada candi Puntadewa Ya….?
Candi Gatotkaca
Candi Gatot Kaca, kira-kira 150meter berjalan kaki dari candi Arjuna. Kesan Kekuatan, menyihir dari bentuknya.
Candi Setiyaki, candi ini tampaknya banyak terlewat oleh para pengunjung, terlihat dari jalan ke arah candi, bila anda dari candi Gatotkaca jalan yang tersedia benar benar menipu. Kondisi hujan, membuat rumput tidak mampu menahan sepatu saya untuk tetap diatas air, alhasil basah dan berlumpurlah perjalan ke Candi Setiyaki. Kepalang basah, langkah tetap saya lanjutkan, sebuah perjalanan yang tidak sia-sia
Candi Setiyaki
Dari jalan Wonosobo –Banjarnegara, Candi ini terlihat menyendiri sepi, pemugaran candi inipun belum sempurna. Atap candi ini belum tersusun dengan benar, sehingga masih melompong, mungkin atap yang ada dulu runtuh kemudian lapuk dimakan usia, bisa juga atapmu dibawa oleh para kolektor “bangsat” yang iri akan keelokan rupamu. (maaf saya sungguh benci dengan keadaan dan sikap oknum pencuri ornamen2 candi). Reruntuhan di sekitar candi Setiyaki merana ditemani semak belukar yang mencoba untuk menutupi keberadaan seonggok batu bisu saksi sejarah masa lalu itu….
Candi Semar
Candi Puntadewa
Setelah puas berdingin ria, ditemani EOSD1000, melepas lelah sambil menikmati jagung bakar pedas dan gandos gurih nan hangat di tepi candi. Dengan obrolan santai, Pak Penjual Jagung bakar menceritakan di daerah sini banyak sekali tempat wisata, telaga warna, air panas dan-lain lain yang wajib untuk dikunjungi. Sungguh tertarik untuk mengetahui kebesaran Illahi itu, pesona telagawarna, dan telaga yang lain, akan tetapi pak, mohon maaf ya saya masih pingin ber’ekspedisi’ candi-candi dulu, bukankah kata bapak masih ada beberapa candi di kawasan ini yang belum sempat saya kunjungi, apalagi waktu sudah menunjukkan jam 5 sore. Satu jagung bakar pedas Rp. 3.000,- Gandos gurih satunya Rp.1.000,-.
Dengan perasaan yang cukup puas, lega dan bangga kemudian saya berlalu dari kawasan candi Arjuna. Di ruko depan pintu masuk menghangatkan badan dengan menyeduh kopi susu hangat terlebih dulu ditemani semangkok mie rebus pake telur ala dieng.
Perjalan pulang yang sungguh tidak saya sangka, sungguh memacu adrenalin kearah ketakutan. Berbagi pengalaman, agar para sahabat tidak mengalami pengalaman seberat yang saya alami.
Dimulai dengan kecerobohan saya tangki vixion yang saya biarkan posisi jarum bensin di simbol merah alias E dan itu berarti hampir habis. Berbekal informasi pembuat kopi susu di warung tadi, yang katanya banyak penjual bensin di pinggir jalan, agak tenang pikiran saya. Yang terjadi sebaliknya, disepanjang jalan, yang jual bensin menutup warung dan berdiam diri dirumah, kabut saat itu mulai turun, hujan mulai deras. Dapat dibayangkan kekawatiran saya, bila bensin saya habis di tengah hujan (sementara Vixion kalau bensin sampai kehabisan bisa berabe) dan ditambah kabut pekat, jarak pandang tidak lebih 10m. Plat Platinum yang ada dikaki kanan saya juga mulai bereaksi dengan suhu super dingin, ditambah dengan celana yang basah lengkaplah penderitaan saya.
Untungnya jalan pulang 75% menurun, bersyukurnya lagi lampu motor bisa dinyalakan tanpa mengidupkan mesin walau resiko aki bekerja lebih keras. Ditengah perjalanan tidak henti tengok kanan kiri, terus mencari penjual bensin. Cukup jauh, sampai di desa PatakBanteng yang tahun lalu saya pernah berkunjung ke perpus didesa itu belum juga menemukan penjual bensin. Detak jantung semakin kencang karena banyak juga pengendara motor yang sudah kehabisan bensin, bahkan mereka membayar orang untuk membelikan bensin,(Ojek bensin) menggelikan tapi saya tidak bisa tertawa.
Hujan semakin deras dan kabut masih pekat, sesekali bertemu kendaraan berat dari arah wonosobo, jalan lengang dan sepi saat itu. Setelah melewati Gardu Pandang, keadaan mulai sedikit menenangkan,walau belum mampu membuat tersenyum sedikitpun, plus kabut mulai berkurang, akan tetapi hujan masih mengguyur. Hasil bertanya kesana kemari dipinggir jalan, ternyata bila kabut turun, para penjual bensin lebih suka menutup warung, dan itu terjadi tiap hari. Sungguh ceroboh apa yang saya lakukan.
Jagung Bakar Dieng
Akhirnya di satu daerah dengan turunan yang cukup tajam, ada satu penjual yang sesaat lagi menutup kiosnya. “Pak bensinnya masih ada?Masih mas….tapi hanya seliter saja” Wuahhh rasanya lega buanget… “Ahh tidak apa-apa….”  Satu masalah selesai. Masalah masih menimpa saya, selain tangan yang beku, kaki saya juga mulai sakit, padahal sudah saya lapisi dengan celana anti air. Kaos kaki dan sepatu yang basah menambah penderitaan saya. Satu-satunya harapan saya, adalah saya hampir sampai di kota Wonosobo, dan itu cukup melegakan hati saya. Pom Bensin pertama menjadi jujugan saya untuk menutupi kekurangan bensin ditangki untuk sampai rumah.
Sesampainya di Pusat kota Wonosobo, saya mencari kuliner khas: Mie ongklok. Sambil menikmati malam di Lapangan Alun-alun Mie Ongklok + sate sapinya saya lahap mengurangi rasa tersiksa di atas tadi. Kabar dari teman juga melegakan hati, bersedia meyambangi di alun-alun.
Untuk rute perjalanan pulang, saya melalui jalur Wonosobo-Kertek-Parakan-Temanggung-Secang-Jambu-Ambarawa-Ungaran-Gunungpati. Untuk perjalanan ini kilometer di motor menunjukkan jarak yang saya tempuh untuk ekspedisi kali ini 234km, dengan biaya keseluruhan yang harus saya keluarkan Rp. 120.000,- Cukup Murah untuk mendapatkan Pengalaman berharga ini. Setelah ini, kemanapun ekspedisi selanjutnya rencana harus lebih matang. Tambahan bila ke Dieng :
Jangan melupakan Jas Hujan,payung dan pakaian Hangat
Saat Hujan di Dieng
Siapkan Logistik Secukupnya
Cek Kondisi Kendaraan
BBM Kendaraan anda diperhatikan
Siapkan kondisi fisik anda  yang paling penting siapkan rencana yang matang.
Tulisan Ini saya dedikasikan untuk
1. Devi “axl” Arizona,http://www.facebook.com/profile.php?id=100000637230772 yang selalu pamer keindahan Dieng, menantang saya berekspedisi sekaligus menyarankan rute yang menarik.. 

2.      Seto Panser Sejati, http://www.facebook.com/jalusetoastamurtiawak wonosobo yang bersedia saya repoti, menampung beberapa jam untuk berteduh… serta merelakan salah satu celana trainningnya saya bajak…. Wah lumayan kekecilan sob….. hahahahahaha.
3.      Semua orang yang cinta budaya…. Siapa lagi yang tidak mencintai jika bukan kita sendiri???? Karena saya PECINTA MAJAPAHIT.

Terimakasih