Selasa, 06 Oktober 2009

Kepuasan Pemustaka Terhadap Koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang


BAB I
Pendahuluan

A.           Latar Belakang


Koleksi perpustakaan ditemukan pada abad ke 13 sebelum masehi di kota Niniveh, Sumeria, awalnya berbentuk tablet tanah liat, kemudian berkembang terus menerus sampai ditemukannya kertas di China pada tahun 105 SM. Sulistyo-Basuki (1992: 19).
Perpustakaan sebagai sebuah tempat menyimpan hasil penuangan ide, pikiran, keinginan, rasa/emosi, karya ke dalam satu bentuk benda. Maksud  atau informasi yang ingin disampaikan bisa berupa pesan atau petuah, catatan peristiwa/ kejadian, kepercayaan, penemuan ataupun imajinasi dan harapan seseorang.
Di Indonesia, setelah ditetapkannya Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, diharapkan perkembangan perpustakaan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dan mempunyai koleksi yang sesuai dengan kebutuhan pemakai.
Koleksi perpustakaan yang baik menurut Stoker (Putranto, 2007: 16) ialah “ Koleksi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani. Kosumen dari perpustakaan adalah masyarakat pengguna yang dilayani “. Pengguna di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari anak TK, SD,SMP,SMA Mahasiswa sampai dengan  masyarakat umum.
Salah satu pengguna di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang berasal dari tingkat pendidikan SMA. Siswa SMA termasuk dalam masa remaja yang merupakan masa perkembangan kematangan emosi (early adolescence), kemudian diikuti masa perkembangan kematangan fisik (second adolescence) dan diakhiri oleh perkembangan intelek. Sedangkan ahli psikologi, Vives dalam Rifai (1984: 17) menguraikan tentang proses belajar itu (masa remaja) melalui taraf – taraf perkembangan pendirian, perkembangan ingatan dan khayal, dan diakhiri oleh perkembangan pikiran. Oleh karena itu masa remaja adalah masa perkembangan pikiran yang pesat.
Siswa SMA didalam penelitian ini, masuk kedalam masa remaja, maka kepuasan siswa tingkat SMA terhadap koleksi sangatlah menarik untuk diteliti.

B.      Permasalahan


Dari gambaran latar belakang tersebut di atas tampak bahwa masalah yang dikaji adalah pengguna perpustakaan dengan tingkat pendidikan SMA / usia anak remaja.   Dalam penelitian ini, masalah yang dikaji adalah studi kepuasan siswa SMA Pemakai Perpustakaan di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang terhadap koleksi.
Secara rinci masalah yang dikaji yaitu :
a)             Bagaimana kepuasan siswa SMA terhadap koleksi bahan pustaka Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.
b)            Faktor – faktor apa saja yang menentukan kepuasan siswa SMA terhadap koleksi bahan pustaka Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang..

C.    Batasan Masalah

Yang dimaksud siswa SMA dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang menjadi pemustaka di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang

D.           Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2008 di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.

E.           Tujuan Penelitian


a)             Untuk mengetahui kepuasan para siswa SMA terhadap koleksi yang dimiliki oleh Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang..
b)            Untuk mengetahui faktor apa saja yang menentukan kepuasan siswa SMA terhadap koleksi yang dimiliki oleh Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang

D.     Manfaat Penelitian


a)             Untuk memberikan masukan dan saran kepada perpustakaan umum tentang bagaimana mengelola koleksi bahan pustaka agar kepuasan pengguna perpustakaan terhadap koleksi yang dimiliki dapat tercapai.
b)            Menambah wawasan tentang kegiatan - kegiatan yang ada di Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.

E.        Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan skripsi yang berjudul ”Kepuasan Pemustaka Terhadap Koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang” sebagai berikut:
Bab I, Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, batasan masalah, waktu dan tempat penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, Landasan Teori, berisi mengenai pengertian tentang perpustakaan umum, koleksi bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, pengguna perpustakaan, kepuasan pengguna, dan hipotesis.
Bab III, Metode Penelitian, berisi tentang jenis penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode pengolahan data.
Bab IV, Gambaran Umum Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, berisi mengenai sejarah, struktur organisasi, visi dan misi, sumber daya manusia, kegiatan perpustakaan dan koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.
Bab V, Hasil Laporan Penelitian, berisi mengenai hasil penelitian, analisa data dan grafik analisa data.
Bab VI, Penutup, berisi tentang simpulan dan saran.



BAB II
Landasan Teori

dalam Bab ini diuraikan mengenai pengertian yang berhubungan dengan permasalahan pokok yang bersumber dari berbagai literatur yang sesuai. Hal – hal yang dijelaskan antara lain mengenai perpustakaan umum, koleksi perpustakaan, pengguna perpustakaan, dan kepuasan pengguna.

A.           Perpustakaan Umum


Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang adalah salah satu jenis perpustakaan yang ada di Indonesia, yaitu perpustakaan umum tingkat kabupaten. Perpustakaan umum adalah Perpustakaan yang mempunyai tugas melayani seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan tingkat usia, tingkat sosial, tingkat pendidikan (Soeatminah, 1992 : 34), Pengertian perpustakaan umum yang lain adalah perpustakaan yang diselenggarakan oleh dana umum dengan tujuan melayani umum (Sulistyo-Basuki,1992:46).
Adapun  ciri –ciri Perpustakaan Umum yaitu :
1.             Terbuka untuk umum.
2.             Terbuka bagi siapa saja tanpa memandang perbedaan jenis kelamin, agama, kepercayaan, ras, usia, pandangan politik dan pekerjaan.
3.             Dibiayai oleh umum.
4.             Dana umum ialah dana yang berasal dari masyarakat biasanya dikumpulkan melalui pajak dan dikelola oleh pemerintah. Dana ini kemudian digunakan untuk mengelola perpustakaan umum. Karena dana berasal dari umum maka perpustakaan umum harus terbuka untuk umum.
5.             Jasa yang diberikan pada hakekatnya bersifat cuma – cuma
(Sulistyo-Basuki,1992:46).
Tugas pokok perpustakaan umum adalah menyediakan, mengolah, memelihara dan mendayagunakan koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana dan pemanfaatan, dan melayani masyarakat pemakai yang .membutuhkan informasi dan bacaan. (Perpusnas RI, 2001: 5).
Sementara fungsi dan tujuan perpustakaan sebagaimana yang tercantum di dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan adalah sebagai berikut;
-                    Bab 1 pasal 3, perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan keberdayaan bangsa.
-                    Bab 1 pasal 4, perpustakaan bertujuan memberikan layanan kepada pemustaka, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dari beberapa pengertian tentang perpustakaan umum dan ciri – ciri Perpustakaan umum di atas, maka dapat diketahui keanekaragaman koleksi yang dimiliki oleh suatu perpustakaan umum, serta beragam tipe dari pengguna perpustakaan.

 

B.           Koleksi Perpustakaan


Perpustakaan adalah tempat terkumpulnya sumber informasi terekam yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dimanfaatkan secara berulang bagi generasi sekarang atau bagi generasi yang akan datang. (Yusuf, 1999: 28)
Sebagai pusat informasi, Perpustakaan menghasilkan output yang diberikan kepada user yaitu koleksi bahan pustaka.  Koleksi perpustakaan adalah semua informasi dalam bentuk karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam, dalam berbagai media yang mempunyai nilai pendidikan, yang dihimpun, diolah, dan dilayankan (Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan: Bab I, Pasal 1 ayat 2).
Menurut Purnomo (2002), koleksi di suatu perpustakaan umum dapat dibedakan 3 jenis: buku – buku referensi (misalnya ensiklopedia, kamus, direktori, penerbitan pemerintah, bibliografi, buku tahunan, almanak, indeks, abstrak, dll). Buku – buku umum/ buku teks yang dapat dibawa pulang dan koleksi terbitan berkala (misalnya majalah, buletin, surat kabar, dll), dan di dalam era teknologi informasi sekarang ini, sebaiknya disediakan pula koleksi audio visual (misalnya: audiocassette, videocassette, cdrom, vcd, dvd dan internet).
            Sementara Harold’s Librarian’s Glossary edisi 8 dalam Susanti (2007: 12) memberikan pengertian perpustakaan sebagai berikut:
1)                   Koleksi buku atau materi lainnya yang disimpan untuk dibaca, pembelajaran, dan konsultasi;
2)                   Tempat, bangunan, ruang yang dikhususkan bagi koleksi buku;
3)                   Sejumlah buku yang diterbitkan oleh penerbit dengan judul yang dikonprehensif, biasanya mempunyai cara khusus seperti subjek, cara penjilidan;
4)                   Koleksi film, foto media nonbuku lain termasuk pita, cakram pita atau cakram komputer dan program;
5)                   (Pengguna khusus dalam pemprograman komputer) koleksi program atau perintah yang dipakai secara rutin dalam proses komputer.
            Dari uraian diatas, dapat diketahui koleksi bahan pustaka merupakan unsur vital di sebuah perpustakaan. Jadi, koleksi bahan pustaka merupakan wadah informasi, yang dituangkan ke berbagai bentuk media untuk dilayankan kepada pengguna perpustakaan. Dan koleksi merupakan faktor utama yang menentukan kriteria dan jenis sebuah perpustakaan. (Sutarno, 2005: 66)
Jadi dapat disimpulkan bahwa koleksi perpustakaan merupakan sumber informasi yang tidak saja menggambarkan hasil karya manusia masa lampau dan masa sekarang, namun juga masa yang akan datang. Bila koleksi perpustakaan dikembangkan tidak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, perpustakaan akan ditinggalkan penggunanya.
Tiga pilar pokok perpustakaan adalah koleksi, sumber daya manusia (pustakawan), dan pelayanan. Ketiganya, merupakan satu kesatuan yang tidak mungkin terpisahkan. Koleksi banyak tanpa ada pustakawan, mustahil perpustakaan itu akan berjalan. Pustakawan tanpa koleksi itu berarti tidur panjangnya sebuah perpustakaan, sebab tanpa koleksi tidak akan terjadi pelayanan bagi pengguna

C.           Pengguna Perpustakaan


Di dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, di dalam Bab I pasal 1 ayat 9, memberikan istilah mengenai pengguna perpustakaan, yaitu pemustaka. Pemustaka adalah pengguna perpustakaan, yaitu perseorangan, kelompok orang, atau lembaga yang memanfaatkan fasilitas layanan perpustakaan.
Secara harafiah, pengguna berarti orang yang menggunakan (Sitanggang, 2004: 225). Pengguna perpustakaan merupakan tujuan utama layanan informasi dari suatu perpustakaan, informasi yang ditawarkan telah di alih media ke dalam bentuk koleksi bahan pustaka. entah itu buku, CD, ataupun bentuk koleksi bahan pustaka yang lain.
 Sulistyo-Basuki (1992: 200) dalam buku Teknik dan Jasa Dokumentasi membedakan beberapa jenis pengguna yaitu sebagai berikut: 
1.                   Pengguna yang belum terlibat aktif dalam kehidupan, seperti siswa dan    mahasiswa;
2.                   Pengguna yang mempunyai pekerjaan, maka informasi yang berkaitan dengan pekerjaan. Kelompok ini digolongkan berdasarkan aktivitas utama, misal: manajemen, riset, pengembangan, produksi dan jasa. Adapun perbedaan pengguna berdasarkan aktivitas atau bidang spesialis misalnya pegawai negeri, pertanian dan industri. Di samping itu, dapat pula dibedakan berdasarkan tingkat pendidikan dan tanggung jawab seperti profesional, teknis, asisten, dan administrasi;
3.                   Pengguna umum yang memerlukan informasi umum untuk keperluan khusus. (Sulistyo-Basuki 1992: 200)
Pengertian pemustaka (Pengguna Perpustakaan) didalam penelian ini adalah siswa SMA Definisi dari siswa adalah murid pada tingkat sekolah dasar dan menengah (Sitanggang, 2004: 715).

D.           Kepuasan Pengguna


Dalam Kamus Bahasa Indonesia kepuasan adalah perihal/ perasaan puas, kesenangan karena sudah merasa terpenuhi keinginan hatinya (Poewadarminta, 2005: 913) Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai makna dari kepuasan, penulis akan  mengemukakan  pendapat  dari beberapa  ahli.
Kepuasan  menurut Gerson ( 2002 : 5 ) adalah bila sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampui harapan pelanggan, biasanya pelanggan merasa puas.
Sedangkan Oliver dalam Irawan (2003: 3), kepuasan adalah hasil penelitian dari konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan dimana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang.
Di dalam bukunya Oliver (1997: 2) secara lebih jelas mendefinisikan kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya. Hal itu berarti penilaian bahwa suatu bentuk keistimewaan dari suatu barang atau jasa itu sendiri, memberikan tingkat kenyamanan yang terkait dengan pemenuhan kebutuhan dibawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi harapan pelanggan.
            Pengukuran kepuasan pengguna menurut Evan, (1976: 167) yang meliputi kriteria – kriteria sebagai berikut :
1.                   Kepuasan pemakai akan layanan yang diberikan
2.                   Besarnya kegiatan perpustakaan
3.                   Komposisi subyek dalam koleksi perpustakaan
4.                   Jenis bahan dalam koleksi perpustakaan
5.                   Jenis bahan dan perbandingannya dengan masing – masing kelompok pemakai
6.                   perbandingan antara bahan pustaka yang dibutuhkan dengan yang diperoleh.
Ahli lain berpendapat bahwa kepuasan pengguna terhadap perpustakaan antara lain ditentukan oleh ( Lancarter, 1997):
1.                   Kinerja pelayanan yang mampu menempatkan sekecil mungkin tingkat kesalahan dan berusaha memberikan yang terbaik terhadap permintaan pengguna.
2.                   Responsif  Terhadap setiap keinginan pengguna
3.                   Kompeten dalam melayani disertai dengan teknis etika berkomunikasi yang baik
4.                   Akses terhadap informasi yang dicari relatif cukup mudah dan akurat
5.                   Ruangan dan peralatan penunjang tertata dengan baik dan nyaman
            Pendapat tersebut diperkuat oleh George dan Walls (1987: 81), Kepuasan pengguna terhadap perpustakaan antara lain ditentukan oleh :
1.                   Kualitas koleksi yang disajikan harus menampilkan isi dan fisik yang maksimal
2.                   Ketersediaan koleksi harus memenuhi kebutuhan pengguna dan beragam serta mudah ditemukan
3.                   Fasilitas temu kembali informasi, seperti katalog dan indeks harus ada
4.                   Staf perpustakaan harus bersikap peduli dan ramah, ahli, serta senantiasa bersedia membantu pengguna
5.                   Waktu pelayanan yang telah ditentukan dilaksanakan konsisten dan konsekuen.
Tjiptono (2001: 129) dalam bukunya menerangkan bahwa kepuasan pengguna perpustakaan dapat dicapai dengan melakukan 4 hal, yaitu:
a.                    Mengidentifikasi/ mengenali siapa penggunanya. Perpustakaan perlu mengidentifikasi pengguna, baik itu pengguna pasif maupun aktif.
b.                   Memahami tingkat harapan pengguna atas kualitas
c.                    Memahami strategi kualitas layanan pengguna
d.                   Memahami siklus pengukuran dan umpan balik dari kepuasan pengguna.
Kemudian dalam bukunya yang lain, Tjiptono (2004: 130) menggambarkan konsep kepuasan pengguna sebagai berikut :
















Tujuan Perpustakaan
 



Kebutuhan & Keinginan Pelanggan
 






Koleksi Bahan Pustaka
 










Harapan Pelanggan terhadap Produk
 


Nilai Produk bagi Pengguna
 






Tingkat Kepuasan Pengguna
 




 










Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pengguna
 Inti dari kepuasan pengguna menurut Fournier dalam Barnes (2000: 12) ada 5 hal, yaitu:
1.                   Kepuasan pengguna adalah suatu proses yang aktif dan dinamis.
2.                   Kepuasan tersebut seringkali mmiliki dimensi sosial yang kuat.
3.                   Makna dan emosi merupakan komponen integral dari kepuasan.
4.                   Proses kepuasan bergantung pada konteks dan saling berhubungan meliputi paradigma model dan mode.
5.                   Kepuasan selalu berkaitan dengan kehidup dan kualitas hidup itu sendiri.
Dengan demikian dapat artikan bahwa kepuasan pengguna diperoleh apabila koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan sesuai dengan harapan dari pengguna perpustakaan, yaitu mendapatkan koleksi bahan pustaka sesuai yang diinginkan. Indikator kepuasan pengguna yaitu; kelengkapan koleksi, kemutakhiran koleksi, kondisi koleksi, kualitas koleksi.

E.           Hipotesis


Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan pemikiran sampai terbukti melalui data terkumpul. (Arikunto, 1998 : 67 ). Jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini, didasarkan pada kajian literatur yang telah diuraikan di atas dapat dijadikan hipotesis penelitian yang harus dibuktikan kebenarannya.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Ho      :       Tidak ada Kepuasan Siswa SMA terhadap koleksi bahan pustaka di  Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang. 
Ha      :       Ada Kepuasan Siswa SMA terhadap  koleksi bahan pustaka di  Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang. 
. 




BAB III

Metode Penelitian


Metode penelitian adalah suatu cara untuk mengetahui suatu permasalahan dalam penelitian, dengan menerapkan langkah – langkah yang sistematis dengan tujuan untuk membuktikan suatu fenomena atau gejala. Kesimpulan dari uji kebenaran penelitian bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dalam rangka memperoleh data yang lengkap dan akurat.


A.           Jenis dan Metode Penelitian


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai dari suatu variabel, dalam hal ini variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.(Hasan, 2004: 7). Penelitian deskriptif menjelaskan melalui uraian dengan berdasarkan data yang telah diolah.

B.           Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti, yang dimiliki variasi antara satu objek dengan objek yang lain dalam kelompok tersebut. (Sugiarto, 2001 : 13). Sedangkan menurut Sutrisno Hadi, seperti yang dikutip dari Arikunto (1998 : 97) Variabel Penelitian sebagai gejala yang bervariasi, gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Sedangkan menurut Nasir (1983 : 149) variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam – macam nilai. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini mempunyai dua macam variabel yang di ambil :
1.                   Variabel bebas adalah sejumlah gejala atau faktor yang mempengaruhi munculnya gejala atau faktor lain.
2.                   Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor yang keberadaannya ditentukan oleh adanya variabel bebas.
( Heryanto, 1996 : 4)
Variabel bebas dilambangkan dengan huruf x dan variabel terikat dilambangkan dengan huruf y.
Variabel bebas ( x )        : Independent  :  Koleksi Bahan Pustaka
Variabel Terikat ( y )      : Dependent    :  Kepuasan Siswa SMA

C.           Definisi Operasional

Petunjuk mengenai bagaimana cara untuk mengukur suatu variabel dalam penelitian. Variabel – variabel tersebut, sebagai berikut :
1.                   Variabel Bebas (x) Independent
a.       Koleksi Bahan Pustaka
2.                   Variabel Terikat (y) Dependent
a.       Kelengkapan koleksi
b.       Kemutakhiran koleksi
c.       Kondisi koleksi
d.      Kualitas koleksi

D.           Populasi dan Sampel
1.                   Populasi
Menurut Arikunto (2002 : 37) Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian, yaitu semua elemen yang ada di wilayah penelitian. Populasi di definisikan sebagai seluruh objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh – tumbuhan, gejala – gejala, nilai tes, atau peristiwa – peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian. (Haryanto, 1996 : 21)
Berdasarkan uraian di atas populasi dapat di artikan bahwa populasi di dalam suatu penelitian merupakan keseluruhan subyek / individu yang diteliti dengan karakteristik yang sama.
Populasi di dalam penelitian ini adalah semua pengguna perpustakaan dengan tingkat pendidikan SMA, yang berjumlah 432 orang siswa SMA.

2.                   Sampel
Sampel merupakan contoh individu yang menjadi bagian dari populasi (Hadi, 1986 : 70) sedangkan menurut Sugiarto (2001 : 2) sampel adalah anggota dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasinya.
Sampel di lakukan dengan menggunakan metode sampling kemudahan (Convenience Sampling). Pada pengambilan sampel dengan cara ini, sampel diambil berdasarkan pada ketersediaan elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Dengan kata lain sampel diambil/ dipilih pada tempat dan waktu yang tepat (Sugiarto, 2001: 38).
Sampel yang diambil, sebanyak 10% dari populasi. Sampel yang diambil sebanyak 50 siswa SMA. Cara pengambilan yaitu dengan memberikan kuesioner kepada 50 orang pemustaka dengan tingkat pendidikan SMA yang ditemui terlebih dahulu oleh peneliti.

E.                  Metode Pengumpulan Data
1.            Kuesioner
Kuesioner adalah alat untuk mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk di jawab secara tertulis pula oleh responden ( Heryanto : 1996 : 16)
Tabel 3.1. Kisi-kisi Kuesioner

Variabel


Indikator

Positif

Negatif

Jml
Koleksi
- Kelengkapan koleksi
- Kemutakhiran koleksi
- Kondisi koleksi
- Kualitas koleksi
2, 3,4,5

6,7,8

9

11,12
1



10

5

3

2

2
JUMLAH PERTANYAAN

12

Tabel 3.2 Sistem Penilaian
Pernyataan
Positif
Negatif
Sangat Puas
Puas
Netral
Tidak Puas
Sangat Tidak Puas

5
4
3
2
1
1
2
3
4
5


2.            Observasi
Pengamatan dilakukan secara langsung untuk memperoleh data dan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian ( Subagyo, 1991 : 42 )

3.            Dokumentasi
Yaitu cara untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 206).
Adapun metode dokumentasi di sini digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa, nama sekolah, jenis kelamin dan alamat siswa

F.                  Metode Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian melalui tahap - tahap pengolahan data sebagai berikut :
1.       Penyuntingan. Pada tahap ini seluruh kuesioner yang kembali diperiksa kelayakannya.
2.       Penyusunan dan perhitungan data. Perhitungan data dilakukan secara manual dengan menggunakan alat bantu berupa lembar hitung. Pengolahan data dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan rumus persentase dan skala Likert.
3.       Tabulasi. Data yang terkumpul setelah disusun dan disusun dan hitung, selanjutnya disajikan dengan bentuk tabel. Perhitungan frequensi dilakukan dengan menggunakan system tally (ijiran), yaitu dengan memberi tanda coret atau ijiran.
4.       Pengolahan data. Data yang ditabulasi disajikan dalam bentuk frekuensi dan kemudian menganalisanya untuk memperjelas arti dari data yang telah ditabulasikan tersebut.
Rumus Persentase    : 
                                             P = F/N x 100%
Keterangan              :           P : persentase
                                             F : Frekuensi jawaban dari responden
                                             N : jumlah sampel yang diolah

Dalam pengolahan data tentang kepuasan siswa SMA terhadap koleksi yang dimiliki oleh Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, frekuensi kepuasan siswa SMA terhadap koleksi, kelengkapan koleksi, kemutakhiran koleksi, kondisi koleksi, kualitas koleksi dengan perhitungan persentase. Dan untuk parameter penafsiran data dari responden Siswa SMA di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang adalah :
0%                              : tidak satupun
0,1%-25%       : sebagian kecil (sangat rendah)
26%-49%        : hampir separuhnya (sangat rendah)
50%                : separuhnya
51%-75%        : sebagian besar (tinggi)
76%-99%        : hampir seluruhnya (sangat tinggi)
100%              : seluruhnya
Sumber dari Walizer (1978), dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi, (Undip, 2006)
Sedangkan pada pengolahan kuesioner bagian kedua kepuasan siswa SMA pemustaka terhadap koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, dilakukan dengan menusun suatu skala. Skala yang digunakan adalah Skala Likert yaitu skala melalui urutan rangking menjadi sangat setuju (SS), Setuju (S), netral/ biasa (BS), tidak stuju (TS), sangat tidak setuju (STS). Pemberian skala untuk skala positif memiliki nilai skala SS = 5 sampai STS = 1 dan untuk pernyataan negatif adalah kebalikan dari positif yaitu STS = 5 sampai dengan SS = 1.
Tahap yang terakhir adalah penafsiran dari perhitungan skor nilai pertanyaan bagian kedua, dilakukan dengan teknik nilai interval (singarimbun, 1989).
4,21  - 5,00                 sangat baik
3,41  -  4,20                baik
2,61  - 3,40                 cenderung belum baik
1,81  - 2, 60                tidak baik
1,00  -  1,80                sangat tidak baik

BAB IV
Gambaran Umum

Gambaran Umum Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, berisi mengenai sejarah, struktur organisasi, visi dan misi, sumber daya manusia, kegiatan perpustakaan dan koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.

A.    Sejarah
Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang mulai berdiri sejak dikeluarkannya SK. Bupati Kepala Daerah Tingkat II Semarang Nomor 041/1293/1988 tanggal 6 Oktober 1988 tentang Pembentukan Perpustakaan Umum Kabupaten Daerah Tk. II Semarang. Dalam pengelolaannya Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang yang telah bediri tersebut menjadi tanggungjawab bagian Hukum & Ortala Setwilda Tingkat II Semarang, yaitu Sub Bagian Perpustakaan.
Pada tahun 1992, Bagian Hukum & Ortala dipecah menjadi dua bagian, yaitu Bagian Hukum dan Bagian Ortala, maka pengelolaan Perpustakaan Umum menjadi tanggungjawab Bagian Ortala
Pada tanggal 17 Nopember 1996 status Perpustakaan Umum Kabupaten Tk. II Semarang berubah menjadi Unit Pelaksana Daerah (UPD) sesuai dengan Perda Kab. Dati II Semarang Nomor 17 Tahun 1996.
Pada tanggal 10 Januari 2001 dengan ditetapkannya Perda Kabupaten Semarang Nomor 4 Tahun 2001, maka status UPD Perpustakaan menjadi UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Perpustakaan, yang secara struktural berada dalam naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang.
Sesuai dengan Perda Nomor 21 Tahun 2005 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan Daerah, berubah menjadi Kantor Perpustakaan Daerah sampai sekarang.
Dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun Sejak berdiri, Kantor Perpustakaan telah mengembangkan unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa di Jl. Mgr. Sugiyopranoto No.13 Kecamataan Ambarawa, yang diresmikan oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Semarang pada tanggal 13 Desember 2007.

B.     Struktur Organisasi
Berdasarkan Perda No 21 tahun 2005 tentang susunan Organisasi dan Tata Kerja Kantor Perpustakaan Daerah,maka struktur Organisasi Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang dapat digambarkan sebagai berikut :








Gambar. IV.1
 
 







C.    Visi dan Misi
Visi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang adalah “Terwujudnya Budaya Baca Masyarakat           
Melalui misi sebagai berikut :
1.             Menumbuhkan kebiasaan membaca Sejak usia dini.
2.             Menumbuhkan minat baca dan belajar sepanjang hayat.
3.             Menumbuhkan pribadi yang cerdas, berbudaya, terampil dan mandiri.

D.    Sumber Daya Manusia
1.       SDM Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang dengan jumlah pegawai seluruhnya 25 orang dengan kualifikasi pendidikan sebagai berikut:
a.       Sarjana                                    : 7 orang
b.       Sarjana Muda                         : 4 orang
c.       Diploma III Perpustakaan      : 5 orang
d.      SLTA                                      : 6 orang
e.       SMP                                        : 1 orang
2.      Secara Struktural & Fungsional terdiri dari
a.       Kepala Kantor                        : Eselon IIIa
b.      Kasubag TU                           : Eselon IVa
c.       Kasi Akuisisi & Pengolahan   : Eselon IVa
d.      Kasi Pengembangan               : Eselon IVa
e.       Kelompok Jabatan Fungsional
E.     Kegiatan Perpustakaan
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2007 dan 2008 antara lain :
1.       Publikasi, sosialisasi minat dan budaya baca
-          Mengadakan story telling bersama Ibu Bupati Semarang.
-          Mengadakan sory telling bersama Ibu Wakil Bupati Semarang dalam rangka peresmian Unit Pelayanan Perpustakaan Umum Ambarawa.
-          Mengadakan lomba – lomba untuk pelajar dan masyarakat (TK,SD,SMP, SMA, Ibu PKK dan Masyarakat Umum) dalam rangka promosi perpustakaan.
-          Melaksanakan pendataan perpustakaan Se Kabupaten Semarang.
2.       Pengembangan minat dan budaya baca
-          Terbentuknya Kelompok Peduli Pustaka (KPP) di enam wilayah kecamatan di Kabupaten Semarang.
-          Pelatihan Jurnalistik siswa SMA/K/Ma Se Kabupaten Semarang.
3.       Penyediaan bahan pustaka Perpustakaan Daerah
-          Bertambahnya koleksi bahan pustaka : 2.775 eksemplar.
-          Pengembangan automasi perpustakaan
-          Entry data
4.       Pemasyarakatan minat baca dan kebiasaan membaca untuk mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar.
-          Terselenggaranya pelayanan perpustakaan.
5.       Supervisi, pembinaan dan stimulasi pada perpustakaan umum, khusus, sekolah dan perpustakaan masyarakat
-          Terlaksananya Bintek Perpustakaan untuk pengelola perpustakaan
-          Sosialisasi Undang – Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

F.     Koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.
Koleksi yang dimiliki Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, terdiri dari buku bacaan umum, referensi, majalah, surat kabar, antara lain :
a.       Jumlah koleksi yang dimiliki sampai tahun 2007.

Jumlah Total
Non Fiksi
Fiksi
Judul
Eksemplar
22.282
32.452
13.115
22.124
9.167
10.329

Gambar. IV.2

b.      Majalah
Pengadaan dari pembelian rutin : 8 judul majalah.
c.       Surat kabar
      Pengadaan dari pembelian rutin : 4 judul surat kabar
d.       5 terbitan pemerintah
Hadiah  : 21 judul




G.    Data Pengunjung Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang Semester II Tahun 2008.
Pengunjung Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, berbagai tingkat semua kalangan masyarakat. Rekapitulasi data pengunjung pada Semester II Tahun 2008  sebagai berikut :

REKAPITULASI DATA PENGUNJUNG SEMESTER II
KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG
 TAHUN 2008
STATUS
L/P
JULI
AGU.
SEPT.
OKT.
NOP.
DES.

JUMLAH

SD
L
189
158
250
396
460
394
1,847
P
387
252
315
424
534
522
2,434
SLTP
L
101
169
243
447
470
395
1,825
P
305
365
353
472
598
554
2,647
SLTA
L
227
192
331
433
551
484
2,218
P
408
492
536
440
660
624
3,160
MAHASISWA
L
124
95
205
160
164
169
917
P
128
109
176
165
166
173
917
PNS
L
41
43
70
88
126
110
478
P
39
32
66
77
114
118
446
UMUM
L
755
695
869
793
932
912
4,956
P
389
291
472
612
703
623
3,090
JUMLAH
L
1,437
1,352
1,968
2,317
2,703
2,464
12,241
P
1,656
1,541
1,918
2,190
2,775
2,614
12,694
JML SELURUHNYA

3,093
2,893
3,886
4,507
5,478
5,078
24,935

Gambar. IV.3




BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan mendeskripsikan hasil penelitian dan pembahasannya dari semua data yang telah dikumpulkan. Masalah yang diteliti adalah kepuasan siswa SMA pemakai perpustakaan di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang terhadap koleksi yang dilayankan.
            Populasi dalam hal ini adalah seluruh pengunjung Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang. Sebagai sampel dalam penelitian ini penulis hanya mengambil 50 orang siswa SMA.

A.     Hasil Penelitian dan Pembahasan
            Dalam pengolahan data berikut ini tentang kepuasan siswa SMA pemakai perpustakaan di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang terhadap koleksi yang dilayankan, frekuensi kepuasan Siswa SMA terhadap koleksi, Kelengkapan koleksi, Kemutakhiran koleksi, Kondisi koleksi, Kualitas koleksi dengan perhitungan persentase.

1.       Kelengkapan Koleksi
a.       Jawaban responden tentang kepuasan terhadap penyediaan koleksi buku yang dicari oleh pengguna, susah atau mudah untuk ditemukan/ didapat.
Kemudahan mendapatkan koleksi mempengaruhi kepuasan pengguna terhadap perpustakaan tersebut. Oleh karena itu penulis menyebarkan pertanyaan kepada responden untuk mengetahui tingkat kemudahan menemukan koleksi. Hasil dari penyebaran kuesioner, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.1

Jawaban responden tentang kemudahan mendapatkan koleksi buku yang dicari pengguna
No
Jawaban Responden
Frekuensi (orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
1
2%
2
Puas
16
32%
3
Netral
15
30%
4
Tidak Puas
14
28%
5
Sangat Tidak Puas
4
8%

Total
50
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari jumlah sampel yang diambil sebanyak 50 orang, 32% atau 16 orang menyatakan puas dengan pencarian koleksi buku yang mudah untuk ditemukan. Sebanyak 2 % atau 1 orang responden sangat puas dan sebanyak Sementara responden yang menyatakan sangat tidak puas hanya sebanyak 8% atau 4 orang dan 28% atau 14 orang yang menjawab tidak puas.

b.      Jawaban responden tentang keragaman koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.
Salah satu bentuk kepuasan terhadap koleksi di perpustakaan adalah beragamnya koleksi yang dimiliki, sehingga pengguna bisa memilih berbagai judul dalam satu subjek yang sama. Dari penyebaran angket diperoleh data tentang prosedur layanan yaitu dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.2

Jawaban responden tentang koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang Beragam
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
7
14%
2
Puas
26
52%
3
Netral
11
22%
4
Tidak Puas
6
12%
5
Sangat Tidak Puas
0
0%

Total
50
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dari seluruh responden yang berjumlah 50 orang, mayoritas responden menjawab puas yaitu 52% atau 26 orang atas pertanyaan yang diajukan.

c.       Jawaban responden tentang pengguna selalu mendapatkan buku yang dibutuhkan.
Alasan utama pengguna perpustakaan datang ke perpustakaan karena membutuhkan informasi dari buku, dan disertai alasan - alasan yang lain seperti mencari hiburan melalui buku buku bacaan ringan, dari penyebaran angket diperoleh data seperti pada tabel berikut:





Tabel 5.3
Jawaban responden tentang tentang pemenuhan kebutuhan pengguna mendapatkan koleksi
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
4
8%
2
Puas
13
26%
3
Netral
12
24%
4
Tidak Puas
19
38%
5
Sangat Tidak Puas
2
4%

Total
50
100 %

Dari tabel di atas dapat diketahui jawaban responden adalah sebagai berikut: sebagian besar responden menjawab tidak puas yaitu sebanyak 38 % atau 19 orang responden dan hanya sebagian kecil yang menjawab sangat puas.
d.      Jawaban responden tentang kelengkapan koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
Penulis ingin mengetahui seberapa puas responden terhadap kelengkapan koleksi yang dimiliki Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang, dari penyebaran angket kepada responden dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.4

Jawaban responden tentang kepuasan pengguna mengenai kelengkapan koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)

1
Sangat Puas
1
2%
2
Puas
10
20%
3
Netral
22
44%
4
Tidak Puas
13
26%
5
Sangat Tidak Puas
4
8%

Total
50
100%
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa jawaban responden yang menjawab sangat puas hanya sebanyak 2% atau 1 orang dari 50 orang responden. Sedangkan responden yang menjawab sangat tidak puas juga hanya sebagian kecil 8% atau hanya 4 orang responden.
e.       Jawaban pengguna tentang kepuasan terhadap koleksi yang memenuhi kebutuhan pengguna.
Penulis ingin mengetahui seberapa besar pemenuhan kebutuhan pengguna, dari penyebaran angket dapat diperoleh data sebagai  berikut:
Tabel 5.5

Jawaban pengguna tentang kepuasan terhadap koleksi yang memenuhi kebutuhan pengguna
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
4
8%
2
Puas
18
36%
3
Netral
18
36%
4
Tidak Puas
9
18%
5
Sangat Tidak Puas
1
2%

Total
50
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa responden yang menjawab sangat tidak puas hanya sedikit, yaitu sebanyak 2% atau 1 orang responden. Sementara, sebagian besar responden atau sebanyak 36% atau 18 orang menjawab puas atas pertanyaan yang diajukan.




Grafik tingkat kepuasan siswa pemakai perpustakaan terhadap kelengkapan koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang:
Gambar. 5.1
 
Text Box: Persentase



2.      Kemutakhiran Koleksi
a.       Jawaban tentang kepuasan pengguna terhadap koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang yang selalu baru.
Salah satu kepuasan pengguna terhadap koleksi dapat ditentukan oleh koleksi yang selalu mengikuti perkembangan zaman. Dari penyebaran angket yang telah dilakukan hasilnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:



Tabel 5.6
Jawaban responden tentang koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang yang selalu baru
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
4
8%
2
Puas
24
48%
3
Netral
16
32%
4
Tidak Puas
6
12%
5
Sangat Tidak Puas
0
0%

Total
50
100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden sebanyak 48% atau 24 orang menjawab puas, dan 0% atau 0 orang responden yang menjawab sangat tidak puas atas pertanyaan mengenai koleksi perpustakaan yang selalu baru..
b.      Jawaban responden tentang kepuasan pengguna terhadap penambahan koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang.
Penambahan koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah akan dapat memberikan pengaruh terhadap kepuasan pengguna, dapat dilihat hasil penyebaran angket pada tabel di bawah ini:
Tabel 5.7
Jawaban tentang kepuasan pengguna terhadap penambahan koleksi di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
14
18%
2
Puas
24
48%
3
Netral
9
18%
4
Tidak Puas
3
6%
5
Sangat Tidak Puas
0
0 %

Total
50
100 %


Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jawaban responden mayoritas menjawab puas sebanyak 48% atau 24 orang, dari 50 orang responden, dan 0% atau nihil responden yang menjawab sangat tidak puas atas pertanyaan yang diajukan.
c.       Jawaban responden tentang koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang yang selalu up to date.
Ilmu pengetahuan di dunia yang selalu berkembang harus diikuti oleh penambahan koleksi yang up to date, sesuai dengan perkembangan jaman. Berdasarkan angket yang di jawab responden, data yang diperoleh dapat di lihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5.8
Jawaban responden tentang koleksi Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang yang selalu up to date
No
Jawaban Responden
Frekuensi (Orang)
Persentase (%)
1
Sangat Puas
4
8%
2
Puas
16
32%
3
Netral
15
30%
4
Tidak Puas
15
30%
5
Sangat Tidak Puas
0
0%

Total
50
100 %

Senin, 17 Agustus 2009

Pembalasan Nyoman Dwipa


--012--
BASTIAN TITO
Pendekar Kapak nagageni 212
WIROSABLENG



KETIKA dia memasuki Klung-kung, kota itu
masih diselimuti embun pagi. Kesunyian pagi
dipecah oleh derap kaki kuda yang
ditungganginya. Sesampainya di depan pura
besar yang terletak dipersimpangan jalan
seharusnya dia membelok ke kiri. Tapi karena
hari masih terlalu pagi diputuskannya untuk
menghangati perutnya dengan secangkir kopi
lebih dulu di kedai yang terletak tak berapa
jauh dari persimpangan itu.
Meskipun hari masih pagi di dalam
kedai sudah penuh oleh pengunjung. Laki-laki yang baru datang ini duduk di tempat yang masih lowong sementara pemilik
kedai melayaninya. Beberapa orang tamu memandang kepadanya lalu meneruskan menyantap kue-kue atau menghirup
minumannya. Beberapa diantara mereka meneruskan percakapan yang tadi terhenti karena kedatangan pengunjung baru ini.
"Semarak kota Klungkung kini semakin tambah dengan kedatangannya orang baru itu," berkata seorang laki-laki sambil
memandang pada cangkir kupinya. Umurnya kira-kira lima puluhan.
"Sudah seminggu ini tentang penduduk baru itu saja yang dipercakapkan orang, termasuk kau." menyahut kawannya.
"Kalau anak-anak muda yang mempercakapkannya itu bukan soal, tapi kau yang sudah tua begini, ampun . . . " Dicabutnya
rokok kaungnya dari sela bibir lalu dihembuskannya jauh-jauh.
Laki-laki yang pertama tertawa. Waktu tertawa ini kelihatan gigi-giginya yang cuma tinggal beberapa saja sedang kedua
pipinya mencekung kempot. "Kau salah sahabatku. Kecantikan seorang perempuan bukan hak orang muda-muda semata untuk
membicarakannya. Kita yang tua-tua inipun tak ada salahnya. Dan anak gadis I Krambangan itu benar-benar cantik luar biasa.
Belum pernah aku sampai setua ini melihat yang secantik dia."
"Apakah dia secantik bidadari?"
"Ah sobat!" kata laki-laki tua itu sambil mengelus dadanya, "kau belum bertemu dengan dia. Nantilah .... kalau kau lihat
anak gadisnya I Krambangan itu hem ... Kau akan menyesal karena terlalu cepat dilahirkan ke dunia ini hingga ketika dia
muncul di Klungkung ini kau sudah jadi seorang tua renta, kakek-kakek peot macam terong rebus!"
Beberapa orang tersenyum-senyum mendengar ucapan itu. Dan orang tua tadi meneruskan lagi kata-katanya sementara

tamu yang baru datang, sambil menikmati kopi hangatnya tidak menyia-nyiakan pula untuk memasang telinga.
"Kau tanya apakah dia secantik bidadari. Sobat ... meski aku belum pernah lihat bidadari, tapi aku yakin mungkin dia
lebih cantik dari bidadari di kayangan! Kau tahu, kulitnya kuning langsat, potongan tubuhnya besar diatas besar di bawah dan
langsing di tengah-tengah. Matanya . . . hem ... pernah kau lihat bintang timur? Sepasang mata anak gadis I Krambangan itu
lebih bagus dari bintang timur. Lehernya jenjang, pipinya selalu merah, apalagi kalau kena sinar matahari persis macam pauh di
layang. Sepasang alisnya tebal hitam seperti semut beriring, hidungnya mancung kecil macam dasun tunggal. Dagunya seperti
lebah bergantung ... pokoknya segala macam oerumpamaan yang diberikan orang cocok melekat pada darinya. Dan kalau dia
tersenyum sobatku, hem ... rasa di awan kita melihatnya ..."
"Sudahlah," memotong kawannya. "Habiskan saja kopimu. Kalau kau terus bicara tentang anak gadis I Krambangan itu
mungkin lewat tengah hari baru kita sampai ke tempat pekerjaan!"
Setelah kedua orang tua itu pergi, tamu tadi berpikir-pikir. Rupanya tentang kecantikan anak gadis I Krambangan itu
sudah tersebar luas sampai ke pelosok kota Klungkung. Jangankan orang-orang muda, orang-orang tua seperti yang dua tadipun
masih punya minat untuk membicarakannya. Dia memandang ke luar kedai. Matahari telah agak tinggi. Dihabiskannya
kopinya dan setelah membayar harga minuman serta kue yang dimakannya orang inipun keluar dari kedai itu, menunggangi
kudanya dengan tidak tergesa-gesa menuju ke selatan.
Di tepi jalan seorang laki-laki separuh baya tengah mengukir sebuah patung di depan rumahnya. Penunggang kuda ini
berhenti dan bertanya letak rumah yang tengah ditujunya. Setelah mendapat keterangan maka dia pun melanjutkan perjalanan.
Rumah itu kecil mungil. Keseluruhan papannya baru dicat. Baru saja dia berhenti dan turun dari kudanya, pintu muka
terbuka, seorang laki-laki berpakaian bersih keluar, ketika melihat orang yang turun dari kuda ini, orang itupun berseru
gembira, "Made Trisna!"
"I Krambangan!"
"Sahabat lama! Kedatanganmu laksana dibawa oleh Dewa-dewa di Swargaloka! Bagaimana kau bisa tahu aku tirggal di
sini?"
"Secara kebetulan saja. Aku bertemu dengan Ida Bagus Seloka di Denpasar. Dia yang menerangkan bahwa kau pindah dan
menetap di sini."
"Oh⁄.." I Krambangan manngut-marggut beberapa kali. "Mari silahkan masuk sahabat. Tadinya aku hendak ke ladang.
Tapi biar kubatalkan. Seharian ini kita akan bicara panjang lebar!"
Kedua sahabat lama itupun naik kegatas rumah Setelah bicara panjang lebar ke barat-ke timur maka Made Trisna
mengutarakan maksud kedatangannya yang sebenamya.
"Sahabatku I Krambangan, di samping hendak menyambangimu disini, sebenarnya maksud kedatanganku ini membawa
pula satu maksud yang sangat baik."

"Gembira sekali aku mendengarnya, Made Trisna," ujar I Krambangan, "katakanlah apa maksudmu yang sangat baik itu."
Setelah batuk-batuk beberapa kali baru Made Trisna membuka mulutnya, "Kau tentu masih ingat dengan Tjokorda Gde
Anyer."
"Oh, siapa yang akan lupa pada manusia pemberani itu!"
"Nah justru kedatanganku kemari ini ada sangkut paut dengan dirinya."
"Hem, begitu? Sangkut paut bagaimana, Made?"
"Dialah yang meminta aku ke sini untuk menyampaikan salam hormat."
"Ah, aku yang rendah ini mana berani menerima salamnya?" potong I Krambangan.
"Kau tahu sendiri sifat Tjokorda Gde Anyer. Baginya semua orang sama, tak ada tinggi dan rendah tak ada bangsawan dan
rakyat jelata. Nah sahabatku, dia menyuruh aku kemari untuk tolong menyampaikan salam hormat di mana dia berhajat untuk
meminang anakmu . . ."
"Maksudmu Ni Ayu Tantri?"
"Tentu! Kau kan tak punya anak lain dari pada si tunggal Tantri itu."
I Krambangan meneguk ludahnya. "Sungguh satu kehormatan luar biasa. Tjokorda Gde Anyer mempunyai hasrat baik
untuk melamar anakku. Setahuku dia juga cuma punya seorang anak ⁄"
"Betul namanya Tjokorda Gde Jantra. Parasnya gagah, usianya dua tahun lebih tua dari anak gadismu. Ringkas kata, kalau
anakmu dijodohkan dengan dia pasti cocok sekali laksana pinang dibelah dua. Satu bulan satu mentari."
Sejak sepuluh tahun yang lalu I Krambangan tak pernah bertemu dengan Tjokorda Gde Anyer. Sewaktu anak Tjokorda
Gde Anyer masih kecil dia memang pernah melihatnya dan menurut pendapatnya anak itu tidaklah gagah parasnya, mukanya
senantiasa pucat macam orang sakit, tubuh kurus dan kelakuannya nakal bengal luar biasa. Tapi itu dulu selagi masih kanakkanak.
Sekarang sesudah jadi pemuda mungkin sifatnya telah berubah dan parasnya menjadi gagah.
Karena I Krambangan lama tak bersuara maka berkatalah Made Trisna,
"Apa lagi yang kau pikirkan, sahabatku? Terima saja lamaran itu. Tjokorda Gde Jantra pemuda gagah anak bangsawan dan
kaya raya. Pasti hidup anakmu akan terjamin dan bahagia!"
"Memang betul kata-katamu itu Made," jawab I Krambangan. "Tapi justru mengingat perbedaan darah turunan antara
kami dan dialah maka rasanya agak malu juga aku menerima lamarannya itu. Aku rakyat jelata mana mungkin berbesan dengan
orang bangsawan, sekalipun sebelumnya sudah saling mengenal."
Made Trisna tertawa. "Sekarang bukan jamannya berpikir sekolot itu, I Krambangan. Apalagi kau ingat sifatnya Tjokorda
Gde Anyer yang tak mau membeda-bedakan di antara manusia."
Kembali I Krambangan berdiam diri beberapa lamanya.
Lalu: "Anakku Ni Ayu Tantri berparas buruk. Masakan anaknya Tjokorda Gde Anyer bersedia mengambilnya jadi kawan

hidup ...?"
"Kau keliwat merendah, sahabat," kata Made Trisna pula seraya menggulung sebatang rokok kaung. "Kecantikan paras
anak gadismu laksana bunga harum semerbak yang dihembuskan angin ke pelbagai penjuru. Pagi tadi sebeLum ke sini aku
mampir di sebuah kedai. Dan kau tahu? Pagi-pagi buta begitu tamu-tamu di situ sudah bicara tentang kecantikan paras anakmu.
Bayangkan!"
I Krambangan mengusap-usap dagunya, memandang ke arah jalan di mana meluncur sebuah pedati menarik tumpukan
kayu-kayu bakar. Suara klenengan sapi-sapi penarik pedati itu terdengar sepanjang jalan.
"Walau bagaimanapun gunjingan orang di luaran tentang diri anakku, tapi Tjokorda Gde Jantra sendiri belum pernah
bertemu muka dengan anakku. Jangan-jangan begitu lamaran kuterima, setelah bertemu tahu-tahu pemuda itu kecewa dan
menyesal ⁄"
"Kalau dia tak pernah melihat paras anakmu dengan mata kepala sendiri, masakan dia dan ayahnya sampai memaksaku
agar datang kemari!" kata Made Trisna pula.
Kembali I Krambangan menelan ludahnya. Akhirnya berkata laki-laki ini. "Beri aku waktu barang seminggu dua minggu
untuk merundingkan hal ini bersama istriku. Aku sendiri pada dasarnya setuju, cuma bagaimanapun aku musti minta pula
pertimbangan istriku. Di samping itu yang terpenting Tantri pun harus diberi tahu."
Made Tisna manggut-manggut.
"Aku yakin istrimu serta Ni Ayu Tantri menyetujui pinangan yang kusampaikan ini. Dua minggu terlalu lama sobat, biar
aku datang minggu depan kemari untuk meminta jawabanmu. Akur..."
"Baiklah Made. Karena istriku sudah menyiapkan hidangan pagi di dalam, marilah kita masuk." Kedua orang itu berdiri
lalu masuk ke ruang tengah.

2
SEPERTI yang dikatakan Made Trisna, satu minggu kemudian dia kembali ke Klungkung menemui I Krambangan untuk
meminta kabar atau jawaban mengenai pinangan yang disampaikannya tempo hari. Dia yakin betul I Krambangan akan
menerima pinangan Tjokorda Gde Anyer. Begitu sampai di rumah sahabatnya itu langsung Made Krisna menanyakan
persoalan.
"Minumlah dulu, Made." kata I Krambangan mempersilahkan sahabatnya. Bila Made Trisna sudah meneguk minuman
yang disuguhkan maka I Krambangan baru membuka persoalan.
"Seperti yang kukatakan tempo hari, pada dasarnya aku bisa menerima lamaran Tjokorda GdeAnyer. Bukan saja
menerimanya tapi malah menganggapnya itu satu penghormatan yang luar biasa mengingat dia bangsawan kaya raya mau
mengulurkan tangan pada keluargaku bangsa rakyat jelata. Ketika kubicarakan pada istrikupun, dia terkejut dan hampir tak
percaya. Dan seperti aku, diapun menyetujui lamaran itu. Namun setelah kuterangkan pada Tantri, kita terbentur pada satu
persoalan, Made. Hal ini memang sudah kuduga dari semula, yaitu sejak kau mengemukakan lamaran satu minggu yang lalu
itu."
"Persoalan apakah yang menjadi halangan itu, I Krambangan?" tanya Made Trisna pula.
"Dua tahun sebelum kami pindah kesini, sebenarnya Tantri telah mempunyai pilihan hati sendiri. Kau tentu mengerti
maksud ucapanku ...."
"Maksudmu Tantri telah mempunyai kekasih?"
I Krambangan mengangguk. "Mereka saling mencinta dan sudah punya rencana untuk menikah sesudah Hari Raya
Galungan beberapa bulan dimuka. Meski aku orang tuanya, tapi kau tentu dapat memaklumi Made, bagaimana aku tak bisa
memaksa Tantri untuk memutuskan hubungannya dengan itu pemuda yang dicintainya. Terlalu besar dosanya memutuskan tali
kasih seseorang. Aku kawatir tak akan dirakhmati Dewa-dewa lagi jika aku berani memutuskan hubungan kasih anakku."
Lama Made Trisna termenung. Kemudian berkatalah laki-laki ini, "Kau terlalu banyak kawatir, sahabatku. Masakan Dewadewa
di kayangan tidak akan merakhmatimu. Bukankah dengan menikahkan Tantri dengan Tjokorda Gde Jantra berarti kita
membuat satu kebajikan dan pahala besar?"
"Itu betul Made. Tapi bagaimana dayaku untuk memutus hubungan Tantri dengan pemuda yang dikasihinya? Aku sebagai
orang tua benar-benar tidak tega . . . "
"Apakah kau sudah terangkan padanya bahwa yang melamar adalah Tjokorda Gde Anyer? Apakah kau terangkan pula
orang yang bagaimana adanya bangsawan kaya raya itu?"
"Sudah." jawab I Krambangan, "semuanya sudah. Bahkan kubujuk pula anak itu untuk mau menerima lamaran tersebut.

Tapi sia-sia belaka, Made."
Untuk kedua kalinya Made Trisna termenung.
Setelah saling berdiam diri beberapa lamanya kemudian bertanyalah Made Trisna, "Apakah kau tak melihat cara atau jalan
lain agar Tantri menyetujui perjodohannya dengan Tjokorda Gde Jantra?"
"Sudah kutempuh berbagai cara Made. Agaknya memang sukar melembutkan hati yang sudah diberikan pada seorang lain
yang dikasihi. Kita harus maklum itu karena kitapun pernah muda ..."'
"Sebagai orang tua, apakah kau tidak merasa itu merupakan satu keingkaran? Menyatakan bagaimana anakmu tidak
berbakti padamu ...?"
I Krambangan menggigit bibirnya. Pertanyaan itu merupakan satu pukulan baginya. Tapi dia tersenyum sewaktu
menjawab, "Meski aku orang tuanya. Made, tapi aku juga bisa melihat sampai batas-batas mana seorang tua bisa mencampuri
urusan pribadi anaknya. Penolakan yang dikemukakan Tantri bukan kuanggap sebagai satu keingkaran atau satu kenyataan
bahwa dia tidak berbakti terhadapku. Kurasa siapa saja mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya mengenai. urusan
pribadinya. Apalagi urusan yang menyangkut masa depan. Kukatakan aku dan istriku menyetujui lamaran Tjokorda Gde Anyer.
Tapi kita musti sadar pula bahwa bukan aku atau istriku atau kau atau juga Tjokorda Gde Anyer yang akan dijodohkan dan
akan menempuh hidup baru berumah tangga itu, tapi Tantri."
"Betul, betul sekali." sahut Made Trisna cepat-cepat karena kata-kata I Krambangan itu menggejolakkan hatinya. "Betul
sekali apa yang kau katakan itu, sahabat. Tapi kita musti pula menyadari, dunia ini masih belum terbalik. Kita orang-orang tua
mempunyai hak dan kewajiban untuk memelihara anak kita dan kalau sudah besar membuat dia berbakti pada kita, mengikuti
apa mau kita karena niscaya orang tua itu tak ada yang berniat mencelakakan anaknya. Dunia masih belum terbalik sahabatku.
Masakan kita orang-orang tua musti mengikuti maunya anak kita, justru anaklah yang harus patuh dan mengikuti kemauan
orang tuanya!"
"Menyesal sekali, rupanya jalan pikiran kita sedikit berbeda Made," kata I Krambangan. "Bagaimana pun aku tak merasa
dunia ini telah terbalik hanya karena aku memberikan hak untuk menentukan kehidupan masa depan pada anakku. Dan aku
juga menyadari bahwa memang bukan adat atau pun kebiasaan kita untuk berlaku seperti itu. Tapi harus disadari Made, dunia
kita di masa lalu tidak sama dengan dunia orang-orang sekarang. Dunia orang-orang sekarang tak sama pula dengan dunia
orang-orang di masa nanti. Segala sesuatunya harus tunduk pada keadaan dan kehendaknya jaman . . . "
"Dimana orang tua-tua tidak mempunyai daya apa-apa lagi terhadap anaknya? Dimana anak-anak sanggup mengatur
orang tuanya dan bukan orang tuanya yang mengatur diri mereka? Sungguh lucu jaIan pikiranmu. Jika memang itu
pendirianmu, memang sungguh berbeda jalan pikiran kita sahabat. Dan adalah sangat disayangkan kalau kau sampai mau
menolak lamaran Tjokorda Gde Anyer. Kau tahu, I Krambangan. Jika perjodohan ini jadi, kau sekeluarga akan dibuatkan

sebuah rumah gedung dan disuruh pindah ke Denpasar. Tentang kehidupan masa tuamu tak perlu memikirkan, kau hanya
ongkang-ongkang kaki saja karena semua keperluan dijamin oleh Tjokorda Gde Anyer. Tentang anakmu ... dia akan hidup
bahagia bersama Tjokorda Gde Djantra!"
"Memang sudah kubayangkan betapa kebahagiaan akan menyelimuti bila Tantri nikah dengan anak Tjokorda Gde Anyer.
Tapi aku tak punya daya untuk memaksa Tantri."
Made Trisna menjadi putus asa dan penasaran sekali pada sahabatnya itu. "Kalau aku boleh bertanya," katanya, "siapa
gerangan pemuda yang dikasihi oleh anakmu itu? Apakah dia tampan gagah, anak orang bangsawan tinggi, punya sawah ladang
berhektar-hektar, punya ternak berkandang-kandang dan punya harta bergudang-gudang, hingga mata dan hati anakmu tak
dapat dialihkan kepada yang lain lagi?"
"Pemuda itu bernama Nyoman Dwipa. Dia tinggal di desa Jangersari dan agaknya bagi Tantri, sawah ladang atau ternak
atau harta kekayaan itu bukan apa-apa kalau dibandingkan dengan nilai kasih sayang yang dipadunya dengan Nyoman Dwipa."
Rasa putus asa dan penasaran yang menggelorai hati Made Trisna lama-lama berubah menjadi kejengkelan dan rasa muak
yang akhirnya berubah pula menjadi rasa benci terhadap sahabat lamanya itu. Dianggapnya I Krambangan keterlaluan tolol!
"Baiklah I Krambangan," kata Made Trisna seraya berdiri, "kalau begitu putusanmu memang tak bisa aku memaksa. Tapi
terus terang kukatakan bahwa sebagai manusia hidup kau terlalu bodoh untuk tidak mau menerima lamaran Tjokorda Gde
Anyer."
"Terserahlah kau mau bilang apa, sahabatku," jawab I Krambangan dengan pelahan. "Mungkin aku memang orang tolol.
Tapi aku yakin dalam ketololan itu aku berpijak pada kebenaran dan hak pribadi yang tak bisa diganggu gugat!"
Made Trisna memacu kudanya dengan kencang. Hatinya mencaci maki habis-habisan I Krambangan!
***
Denpasar sebuah kota besar dan bagus di pulau Bali. Beberapa buah pura besar yang sangat indah bangunannya terdapat
di sana. Di tengah-tengah kota terdapat sebuah gedung besar yang atapnya berbentuk candi. Tak ada satu orangpun di Denpasar
yang tidak tahu siapa pemilik gedung bagus dan besar itu. Bahkan penduduk yang tinggal di pinggiran kotapun tahu bahwa itu
adalah gedung kediaman bangsawan kaya raya Tjokorda Gde Anyer.
Waktu itu hari telah rembang petang ketika Made Trisna dan kudanya sampai di pintu gerbang gedung, langsung masuk
ke halaman dalam, dan menemui Tjokorda Gde Anyer. Sebelum dia membuka pembicaraan, Tjokorda Gde Djantra sudah
muncul pula hingga dapatlah ia memberi keterangan sekaligus pada kedua beranak itu.
Betapa terkejutnya bangsawan dan anak tunggalnya itu tatkala mendengar penuturan Made Trisna, tatkala mengetahui
bahwa lamaran mereka ditolak oleh I Krambangan. Tak perduli alasan apapun yang dikemukakan I Krambangan, yang nyata
ini adalah merupakan satu penghinaan besar!

"I Krambangan manusia tak tahu diri! Tak tahu diuntung!" maki Tjokorda Gde Anyer. Lalu dia berpaling pada anaknya
dan berkata, "Sudah, kau cari saja gadis lain! Di Denpasar ini, di pulau Bali ini ada ratusan gadis-gadis yang jauh lebih cantik
dari anaknya si Krambangan itu, yang turunan bangsawan terpandang, kaya raya!"
Tjokorda Gde Djantra termanggu beberapa lamanya. Mukanya yang senantiasa pucat macam orang mau mati besok, saat
itu kelihatan makin tambah pucat! Seperti ayahnya, pemuda inipun merasa terhina. Tapi hatinya benar-benar sudah terpaku
pada gadis itu hingga tak mungkin baginya untuk mencari lain gadis seperti yang dikatakan ayahnya.
"Kita sudah diberi malu Djantra!" berkata Tjokorda Gde Anyer. "Kuharap kau jangan memberi malu yang kedua kalinya.
"Tapi ayah aku tak sanggup hidup bersama gadis lain."
"Kenapa tidak sanggup? Sepuluh gadis yang lebih cantik dari si Tantri itu bisa kau ambil jadi istri sekaligus!"
Tjokorda Gde Djantra berdiri dari kursinya.
"Walau bagaimanapun aku musti dapatkan gadis itu, ayah. Tidak dengan cara baik-baik dengan jalan burukpun bisa. Rasa
malu yang kita terima akan kubalas malam ini juga!" Tjokorda Gde Djantra lantas berlalu dari situ.
Tjokorda Gde Anyer dan Made Trisna saling berpandangan. Kedua orang ini sudah bisa menduga apa yang bakal
dilakukan oleh Tjokorda Gde Djantra. Dan berkatalah Made Trisna, "Kalau betul itu hendak dilakukan oleh Tjokorda Gde
Djantra, kurasa tak ada salahnya. Itu sudah menjadi adat kebiasaan kita di sini."

3
HARI itu sejak petang lingkungan langit di ataskota Klungkung diselimuti kemendungan. Gumpalan awan hitam datang
bergulung-gulung tiada hentinya dari arah barat. Menjelang senja angin keras mulai bertiup, menerbangkan debu di segala
pelosok, membuat kota tenggelam dalam udara pengap. Tepat sewaktu sang surya lenyap di ufuk barat maka hujan deraspun
turunlah. Suaranya menggemuruh ditimpal oleh deru angin. Setiap telinga yang mendengarnya merasa ngeri. Sekali-sekali
menggelegar guntur, berkelebat kilat. Dalam tempo yang singkat parit dan selokan di seluruh kota telah luber oleh air hujan,
sungai-sungai kecil banjir menerpa segala apa saja yang ada di sekitarnya. Kadang-kadang hujan itu mereda sebentar lalu turun
lagi dengan lebih lebat. Dinginnya udara seperti merembas dan mencucuk sampal ke tulang-tulang sungsum!
Dalam lebatnya curahan hujan, dalam kerasnya deru angin dan dalam gelapnya suasana malam yang sangat dingin itu,
dari jurusan timur laksana bayangan setan, kelihatanlah empat penunggang kuda memasuki Klungkung. Sesampainya di
persimpangan jalan di depan pura, keempatnya membelok ke kiri tanpa mengurangi kecepatan kuda masing-masing. Air hujan
dan lumpur bercipratan di belakang kaki-kaki ke empat binatang itu.
Hampir mencapai ujung jalan, salah seorang penunggang kuda menunjuk ke depan dan berkata, "Yang itu rumahnya!
Pergilah, aku menunggu di sini."
Tiga penunggang kuda lainnya segera mengeluarkan sapu tangan-sapu tangan besar yang berwarna hitam dan menutupi
paras mereka dengan sapu tangan itu sebatas mata ke bawah kemudian ketiganya segera bergerak ke rumah kecil yang ditunjuk
tadi.
Seperti keadaan rumah-rumah di sekitarnya, rumah yang mereka tuju inipun sunyi senyap, tak satu lampupun yang
menyala tanda seluruh penghuninya telah tidur nyenyak dalam kehangatan selimut masing-masing.
Ketiga orang itu turun dari kuda. Setelah meneliti keadaan sekeliling mereka langsung ketiganya menuju ke pintu depan.
Dengan mempergunakan sebuah alat, pintu yang terkunci berhasil dibuka. Hampir tanpa suara sedikitpun ketiga orang itu
masuk ke dalam rumah. Mata mereka terpentang lebar-lebar dalam kegelapan. Selangkah demi selangkah ketiganya bergerak.
"Kurasa yang ini kamarnya," berbisik salah seorang dari yang tiga lalu mendahului kawan-kawannya maju ke pintu dan
mengintai. Di dalam kamar gelapnya bukan main, tapi matanya yang tajam sanggup juga melihat sesosok tubuh yang terbaring
bergelung diatas tempat tidur.
"Biar aku yang masuk," berkata laki-laki bertubuh kurus. Didorongnya daun pintu. Pintu itu mengeluarkan suara
berkereketan tapi suara ini tertelan oleh suara hembusan angin deras dan hujan lebat. Dengan dua jari tangan terpentang lurus
siap untuk menotok, laki-laki berbadan kurus ini melangkah mendekati tempat tidur.
Tiba-tiba orang yang tidur di atas pembaringan menbalikkan badannya, selimut yang menutupi sebagian wajahnya

terbuka dan ketika dia bangun dengan cepat orang ini segera membentak, "Siapa kau?!"
"Keparat! Bukan dia!" rutuk laki-laki yang mukanya tertutup kain hitam sementara dua orang kawannya yang berdiri di
ambang pintu berjaga-jaga juga terkejut sekali. Tadinya mereka menyangka orang yang tidur di atas pembaringan itu adalah Ni
Ayu Tantri, gadis yang hendak mereka culik. Tapi suara bentakan itu nyata sekali suara laki-laki! Tak dapat tidak yang tidur di
situ adalah ayah dari gadis itu!
"Maling rendah! Kau berani masuk ke dalam rumahku!" terdengar lagi bentakan. Itu adalah suara bentakannya I
Krambangan yang menyangka manusia yang masuk ke dalam kamar itu adalah maling! Segera laki-laki itu melompat
menyambar sebilah parang yang tersisip di dinding. Namun sebelum tangannya mencapai senjata itu satu pukulan menyambar
dari samping!
I Krambangan dulunya adalah seorang bekas kepala prajurit kerajaan, dengan sendirinya memiliki ilmu silat yang cukup
bisa diandalkan, apalagi kalau cuma menghadapi seorang maling! Mendapat serangan itu dengan cepat dia melompat ke
samping, berkelit dan menyusupkan satu tendangan ke dada lawan!
Tapi yang dihadapi I Krambangan bukan "maling biasa". "Maling" itupun ternyata memiliki ilmu silat yang lihay. Dengan
mudahnya dia mengelakkan serangan I Krambangan lalu berkelebat cepat dan "buk". Tahu-tahu jotosannya melanda dada I
Krambangan.
Orang tua itu mengeluh tinggi. Tubuhnya terhempas ke dinding. Nafasnya sesak dan dadanya sakit bukan main. Tapi
karena dia tersandar ke dinding dengan sendirinya dia mempunyai kesempatan baik untuk menyambar parang. Cuma dia
masih kurang cepat. Sebelum tangannya berhasil menyentuh benda itu dari kiri kanan dua pasang tangan yang kuat-kuat telah
mencekal kedua lengannya. Dia coba berontak tapi tak berhasil. Sesaat kemudian satu pukulan yang amat keras mendarat di
keningnya. I Krambangan coba mempertahankan diri berusaha agar tidak jatuh pingsan. Tapi pukulan itu terlalu keras.
Lututnya tertekuk dan sewaktu dua orang yang mencekalnya melepaskannya, laki-laki ini terhempas ke lantai tanpa sadarkan
diri!
Di kamar sebelah, mendengar suara ribut-ribut itu, dua orang terbangun dari tidur masing-masing. Mereka adalah Ni Ayu
Tantri dan ibunya. Biasanya Tantri tidur sendirian di kamar depan tapi karena malam itu ibunya diserang demam panas, si
gadis sengaja tidur bersama sekalian untuk menjaga perempuan itu.
"Ada apa, nak ...?" bisik Ni Warda, ibunya Tantri.
"Seperti suara orang berkelahi, bu." jawab Tantri "Kudengar keluhan ayah ... Biar aku lihat keluar."
Ni Warda menarik pakaian anaknya dan berkata gemetar: "Jangan, Tantri. Pasti itu orang-orang jahat. Kalau kau keluar...."
"Tapi ayah bu," ujar Ni Ayu Tantri dengan hati cemas. Dan baru saja gadis ini berkata demikian pintu kamar itu
terpentang lebar oleh satu tendangan keras! Ni Warda dan Ni Ayu Trisna menjerit sewaktu melihat tiga orang laki-laki
bertutupkan kain hitam paras masing-masing, menyerbu ke dalam kamar itu!

***
Baru saja matahari pagi tersembul di ufuk timur, seluruh Klungkung sudah heboh oleh berita yang disampaikan dari
mulut ke mulut yaitu bahwa Ni Ayu Tantri, gadis cantik yang belum lama ini pindah bersama ayah dan ibunya telah lenyap
diculik orang malam tadi! I Krambangan dan beberapa orang penduduk semalam-malaman itu telah berusaha mencari jejak si
penculik, namun sia-sia belaka. Rata-rata penduduk menduga bahwa yang menculik Ni Ayu Tantri itu adalah gerombolan
rampok yang bersarang di Bukit Jaratan karena rampok-rampok itu memang selalu mengenakan kain hitam penutup muka bila
menjalankan kejahatannya.
Tapi I Krambangan sendiri mempunyai dugaan lain. Bersama dua orang tetangga, dengan menunggangi kuda pagi itu dia
berangkat menuju Denpasar. Tak sukar baginya mencari gedung kediaman Tjokorda Gde Anyer.
Akan Tjokorda Gde Anyer ketika melihat kedatangan I Krambangan berubahlah parasnya. Tapi seseat kemudian
bangsawan ini tertawa lebar dan berkata: "Sungguh tak disangka-sangka kedatanganmu ini, I Krambangan. Mari silahkan
masuk."
"Cukup kita bicara disini saja, Tjokorda Gde Anyer. . ."
"Eh, kenapa begitu? Tak pantas sekali seorang yang bakal jadi besanku hanya berdiri ..."
"Jangan bicara segala macam soal besan, Tjokorda Gde Anyer!" potong I Krambangan pula dengan suara keras. "Panggil
anakmu! Aku ingin bicara dengan dia!"
Tjokorda Gde Anyer memandang tajam-tajam pada tamunya. "Sobat lama, agaknya satu kemarahan menyelimuti dirimu.
Bicaralah dengan tenang tak perlu kesusu. Katakan maksud kedatanganmu, dan maksudmu hendak bertemu serta bicara dengan
anakku. Dalam pada itu kuharap kau suka masuk agar kita bisa bicara baik-baik."
Seseorang keluar dari dalam gedung. Parasnya kusut mungkin kurang tidur. Orang ini bukan lain Made Trisna. Dia tak
dapat menyembunyikan rasa terkejutnya sewaktu melihat I Krambangan. Namun seperti Tjokorda Gde Anyer tadi, diapun
lantas tertawa dan menegur laki-laki itu. I Krambangan tidak perdulikan orang ini melainkan memandang menyorot pada
Tjokorda Gde Anyer.
"Agaknya ada sesuatu yang tidak beres, I Krambangan?!" tanya tuan rumah.
"Ya, memang ada sesuatu yang tidak beres! Dan berat dugaanku anakmulah yang menjadi biang ketidak beresan ini!"
"I Krambangan, tuduhanmu agaknya sangat tidak beralasan! Katakan apa yang telah terjadi sampai kau bicara begini rupa!"
"Kurasa kau dan juga Made Trisna sudah tahu apa yang terjadil Aku bisa mengetahui pada pertama kali aku melihat air
muka kalian! Tapi tak apa saat ini kalian berkura-kura dalam perahu! Suatu ketika aku akan tahu kedustaan kalian! Dengar, sesudah pinanganmu kutolak secara baik-baik kemarin, malam tadi tiga orang telah memasuki rumahku dan menculik Ni Ayu
Trisna!"
"Oh! Lalu saat ini hendak kau tuduhkan bahwa anakkulah yang telah menculik anak gadismu? Sungguh tuduhan yang
sangat rendah dan tanpa bukti sama sekali!"
"Memang tuduhanku tidak ada bukti. Tapi aku yakin bahwa anakmulah yang melakukannya! Sekarang katakan dimana
anakmu itu?"
"Dia tak ada di sini, I Krambangan."
"Itu satu bukti bahwa memang anakmu ada sangkut paut dengan diculiknya Ni Ayu Trisna!"
"Jangan menuduh sembarangan!" tukas Tjokorda Gde Anyer dengan marah. "Sekalipun lamaranku ditolak apa perlunya
anakku menculik anakmu? Sepuluh gadis-gadis yang lebih cantik dari anakmu bisa didapat oleh Tjokorda Gde Djantra!"
I Krambangan menyeringai. "Katakan saja di mana anakmu berada!"
"Sejak siang kemarin dia meninggalkan rumah! Kemana perginya aku tidak tahu. Kalau kau tidak percaya silahkan tanya
pada Made Trisna."
"Dengar Tjokorda Gde Anyer!" kata I Krambangan dengan memandang tajam-tajam. "Jika aku mendapat bukti-bukti dan
kenyataan bahwa anakmulah yang telah menculik anakku dan terjadi apa-apa dengan diri Ni Ayu Tantri, aku akan bunuh dia!
Siapa saja yang berani menghalangi perbuatanku akan kusingkirkan dari muka bumi ini! Termasuk kau dan Made Trisna!"
Habis berkata begitu I Krambangan dan dua orang kawannya memutar tubuh dan segera meninggalkan gedung itu.



Selanjutnya Download di :PembalasanNyomanDwipa

Selasa, 11 Agustus 2009

PENDEKAR TERKUTUK PEMETIK BUNGA

edisi: 006
WIRO SABLENG
PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212
Karya: BASTIAN TITO

SATU
SAMPAI menjelang tengah malam pesta perkawinan puteri Ki Lurah
Rantas Madan dengan putera Ki Lurah Jambar Wulung masih kelihatan
meriah. Tamu-tamu duduk di kursi masing-masing sambil menikmati
hidangan dan minuman yang diantar para pelayan serta sambil menikmati
permainan gamelan dan suara pesinden Nit Upit Warda yang lembut
mengalun membawakan tembang “Kembang Kacang.”
Kedua mempelai yang berbahagia yaitu Ning Leswani dan Rana
Wulung kelihatan duduk diantara para tamu dibarisan kursi paling depan,
tepat dimuka panggung. Ki Lurah Rantas Madan duduk di samping Rana
Wulung bersama istrinya sedang Ki Lurah Jambar Wulung di sebelah Ning
Leswani juga bersama istrinya.
Karena masing-masing mempelai yang kawin adalah anak-anak lurah
dari dua desa yang berdekatan maka dengan sendirinya suasana
perkawinan meriah dan besar-besaran. Malam itu adalah malam pesta
perkawinan yang pertama dan besok lusa akan dilanjutkan dengan pesta
perkawinan yang kedua dan ketiga.
Pada menjelang dinihari di mana udara dinginnya mencucuk tulangtulang
sampai ke sungsum, tamu-tamu sudah banyak yang pulang.
Beberapa orang yang masih disana sudah mengantuk bahkan banyak yang
tertidur seenaknya di kursi. Para pemain gamelan di bawah pimpinan
Ageng Comal tak ketinggalan ketularan kantuk sehingga Ageng Comal
menghentikan permainan sampai di situ.
Ki Lurah Rantas Madan dan Ki Lurah Jambar Wulung bersama istri
masing-masing berdiri dari kursi mereka dan disertai beberapa orang
lainnya kemudian melangkah mengiringi kedua penganten masuk ke dalam
rumah besar yang tentunya terus ke dalam kamar!
Namun, belum lagi rombongan ini mencapai tangga langkan rumah,
dari atas atap mendadak berkelebat satu sosok tubuh manusia, melompat
ke atas panggung! Kedua kakinya menjejak taron (salah satu alat bunyibunyian
dalam permainan gamelan) sedang kedua tangan berkacak
pinggang.
Jarak atap rumah dan lantai panggung demikian tingginya tapi
manusia tadi melompat ke atas taron tanpa menimbulkan suara
sedikitpun. Bahkan taron itu sama sekali tidak bergerak ataupun bergeser!
Orang ini masih muda belia, berbadan agak kurus dan tinggi.
Rambutnya gondrong sampai ke bahu. Pada parasnya yang gagah itu
terbayang sifat buas, apalagi jika diperhatikan sepasang bola matanya hal
itu akan lebih kentara lagi.
Pemuda ini mengenakan jubah hitam yang sangat panjang sehingga
menjela-jela di atas taron dan lantai panggung. Jubah hitam ini disulam
dengan bunga besar-besar berwarna kuning. Pada belakang kain penutup
kepalanya tertancap sebuah bunga kertas yang juga berwarna kuning.
Melihat alat bunyi-bunyian diinjak seenaknya demikian rupa oleh
seorang pemuda tak dikenal, tentu saja Ageng Comal menjadi marah sekali.
Pemimpin kesenian gamelan ini maju melangkah sambil membentak.
“Pemuda kurang ajar! Turun dari taron itu sebelum kupatahkan
batang lehermu!”
Seringai menggurat di wajah si pemuda. Dari mulutnya meledak
suara tertawa yang menggetarkan dan menggidikkan serta membuat liang
telinga seperti ditusuk-tusuk!
Suara tertawa itu, yang didahului oleh suara bentakan Ageng Comal
tadi dengan serta merta membuat semua orang berpaling. Tamu-tamu yang
duduk terhenyak tidur di kursi terbangun oleh kedahsyatan tertawa si
jubah hitam dan semua mata ditujukan adanya.
Beberapa orang yang mengenali ciri-ciri pemuda di atas taron itu
berseru kaget. “Pendekar Pemetik Bunga!”
Maka suasana itupun mendadak sontak menjadi gempar penuh
ketegangan. Yang memiliki senjata segera menggerakkan tangan bersiap sedia menjaga segala kemungkinan.
Ki Rantas Madan berbisik pada menantunya, “Rana, bawa istrimu ke
dalam, cepat!”
Sedang Ki Lurah Jambar Wulung berbisik pula pada istrinya, “Wiri,
cepat masuk ke dalam. Bawa besanmu serta…”
Rana Wulung yang memang pernah mendengar dan mengetahui
siapa adanya manusia bergelar “Pendekar Pemetik Bunga” itu segera
memegang lengan istrinya lalu membimbing Ning Leswani. Istri Ki Lurah
Jambar Wulung serta besannya mengikuti di belakang mereka.
Namun baru saja mereka bergerak satu langkah, pemuda jubah
hitam di atas taron membentak garang.
“Siapa berani meninggalkan tempat ini berarti mampus!”
Semua yang melangkah jadi berhenti.
Ki Lurah Jambar Wulung hendak melangkah kea rah panggung,
besannya – Rantas Madan – memegang lengannya dan berbisik, “Jangan
tempuh jalan kekerasan, Ki Lurah Jambar. Manusia ini tinggi ilmunya dan
berbahaya. Biar aku yang bicara…”
Habis berkata demikian Ki Lurah Rantas Madan maju ke depan
panggung. Dia menegur dengan nada seramah mungkin.
“Pendekar Pemetik Bunga, kedatanganmu sungguh tak kami duga.
Kalau kau ke sini hendak memberikan restu ucapan selamat keada puteri
dan menantuku, sebelumnya aku haturkan terima kasih.”
 “Ah..,” Pendekar Pemetik Bunga rangkapkan tangan di muka dada
kemudian tertawa bergelak-gelak. Matanya yang menyipit hampir terpejam
karena tertawa itu. Dan dalam tertawa itu sesungguhnya kedua matanya
memandang tajam kepada Ning Leswani yang cantik jelita. Disekanya ujung
bibirnya dengan telapak tangan.
“Orang tua, kau sedikit lebih ramah dari besanmu,” kata Pendekar
Pemetik Bunga pula.”Tapi ketahuilah, aku datang ke sini bukan buat kasih
ucapan selamat tapi sebaliknya.”
Pendekar Pemetik Bunga untuk kesekian kalinya tertawa lagi gelakgelak.
“Aku datang untuk menjemput puterimu, Ki Lurah,” katanya. “Dia
sudah ditakdirkan menjadi milikku!”
Berubahlah air muka orang banyak terutama Rantas Madan, Jambar
Wulung, Rana Wulung dan Ning Leswani. Suasana sehening dipekuburan.
Tegang mencekam.
Ki Lurah Jambar Wulung tak dapat lagi menahan hati dan luapan
amarahnya.
“Setan alas! Lekas angkat kaki dari sini kalau tidak ingin kupecahkan
batok kepala sintingmu itu!”
Pendekar Pemetik Bunga mendengus.
“Mulutmu keliwat besar, Ki Lurah. Kau andalkan ilmu apakah?!”
bentak Pendekar Pemetik Bunga.
Sebagai jawaban, Jambar Wulung melompat ke atas panggung. Lakilaki
ini tidak memiliki ilmu kesaktian dan tak pernah menuntut ilmu
kebathinan. Namun dalam ilmu silat luar dia sudah menjajakinya sampai
tingkat teratas. Karenanya tidak mengherankan gerakannya melompat ke
atas panggung tadi gesit dan enteng. Namun Pendekar Pemetik Bunga
menyaksikan gerakan itu dengan sikap sinis dan air muka mengejek.
Matanya yang tajam dan pengalamannya yang dalam sekilas saja sudah
melihat dan mengetahui bahwa Ki Lurah Jambar Wulung hanya memiliki
ilmu silat luar, tak mempunyai isi apa-apa!
Di lain pihak, begitu kedua kakinya menginjak lantai panggung,
begitu Jambar Wulung berkelebat mengirimkan serangan. Meski ilmu
silatnya ilmu silat yang tak memiliki tenaga dalam, namun serangan yang
dilancarkannya menimbulkan angin deras.
“Huh, segala silat picisan. hendak diandalkan!” ejek Pendekar
Pemetik Bunga. “Makan sikutku ini, Ki Lurah!” Manusia ini kelihatan
menggeserkan kaki kirinya sedikit dan tahu-tahu terdengar suara, “ngek!”
Suara itu keluar dari mulut Jambar Wulung. Tubuh Ki Lurah ini
terpelanting menabrak gong besar di sudut panggung sebelah kanan, terus
jatuh ke bawah panggung bersama alat bunyi-bunyian itu dengan
menimbulkan suara hiruk pikuk.
 Begitu terhampar di tanah Jambar Wulung tak bangun lagi alias
pingsan. Dua tulang iganya telah hancur remuk di makan sikut Pendekar
Pemetik Bunga!
Melihat ayahnya dibuat demikian rupa, naiklah darah Rana Wulung.
Tapi sebelum dia bergerak, mertuanya – Ki Lurah Tantas Madan – cepat
memegang bahunya. Orang tua ini segera mendahului hendak melompat ke
panggung tapi di atas panggung dilihatnya Ageng Comal sudah berhadaphadapan
dengan Pendekar Pemetik Bunga!
“Pemuda keparat! Biang racun pengacau! Jaga kepalamu!”
Ageng Comal dengan mempergunakan pukulan gong menyerbu ke
muka. Pemuda yang diserang rundukkan kepala. Begitu pukulan gong
berdesing di atasnya, cepat sekali tangan kirinya meluncur ke muka. Ageng
Comal yang juga pernah mendalami ilmu silat melihat serangannya lewat
serta menyaksikan serangan balasan lawan dengan sigap memiringkan
tubuh ke kiri. Serentak dengan itu lutut kanannya dilipat menyongsong
pukulan lawan!
Secara ilmu luar, memang walau bagaimanapun kepalan tak akan
menang melawan lutut. Dan adalah sangat berbahaya bagi seorang yang
menyerang dengan tinju bila dia meneruskan niatnya menyerang lutut yang
keras dengan tinjunya! Namun Pendekar Pemetik Bunga sama sekali tidak
menarik pulang serangannya!
“Ageng Comal!! Lekas tarik tanganmu!” teriak seorang dibawah
panggung berteriak memberi peringatan.
Tapi, “Braak!”
Kasip sudah!
Pemimpin kesenian gamelan itu menjerit. Tubuhnya terguling
pingsan di lantai panggung. Tulang tempurung lututnya hancur, kakinya
sendiri teruntai-untai hampir putus!
Semua mata melotot. Semua muka pucat den semua mulut melongo!
Bagaimanakah tidak! Pemuda jubah hitam di atas panggung itu
merobohkan lawannya tanpa bergeser satu langkahpun!
Di lain kejap seorang lain telah melompat pula ke atas panggung.
Orang itu adalah Rantas Madan yang sudah sejak tadi tak dapat lagi
menahan hati panasnya.
Pendekar Pemetik Bunga lontarkan pandangan mengejek pada orang
tua itu.
“Kau juga mau cari penyakit hah?!” hardiknya.
“Selagi masih ada waktu berlututlah minta ampun! Hukumanmu
pasti kuperingan!,” kata Rantas Madan. Pendekar Pemetik Bunga tertawa
mengekeh.
“Jangan ngaco, orang tua! Kalau mau konyol marilah!” Tentu saja
ditantang demikian rupa membuat Ki Lurah Rantas Madan semakin
berkobar kemarahannya. Tanpa menunggu lebih lama laki-laki ini yang
pernah menuntut ilmu kesaktian di Gunung Simping menerkam ke muka.
Dalam jarak satu meter saja serangannya sudah menimbulkan angin bersiuran
yang tajam dan menerpa ke arah Pendekar Pemetik Bunga.
Yang diserang maklum bahwa lawannya yang seorang ini berbeda
dengan dua orang yang terdahulu. Tanpa menghentikan tertawanya tadi,
Pendekar Pemetik Bunga lantas mengangkat dan melambaikan tangan
kirinya ke muka. Setiup angin keras yang menggetarkan panggung bersuit
memapas tubuh Ki Lurah Rantas Madan. Serangannya dengan serta merta
buyar dan tubuhnya sendiri kemudian terangkat ke udara setinggi lima
tombak, hampir menyundul atap panggung!
Dengan cekatan Ki I.urah Rantas Madan jungkir balik di udara
kemudian dengan gerakan kilat menukik dan menghantamkan tangan
kanannya ke arah lawan! inilah jurus “Walet Menukik Lembah!”
Pemuda bertempang gagah tapi buas garang itu terkejut sekali
sewaktu merasakan angin panas menyerang kepalanya! Cepat-cepat dia
rundukkan tubuh sebatas pinggang dan balas mengirimkan pukulan jarak
jauh dengan tangan kanan.
Ki Lurah Rantas Madan terdengar menjerit. Tubuhnya mental ke
atas, melabrak dan membobolkan atap panggung, lenyap dari
pemandangan untuk kemudian terdengar gedebuk tubuhnya sembilan
tombak di tanah di belakang panggung! Waktu jatuh kepalanya lebih
dahulu, tulang lehernya patah! Nyawanya lepas. Ning Leswani dan
beberapa perempuan yang ada di sana menjerit! Bersama ibunya temanten
perempuan itu hendak lari memburu ayahnya namun Rana Wulung den
seorang lainnya, menahan mereka.
Rana Wulung seorang pemuda terpelajar yang tak kenal satu jurus
ilmu silatpun! Namun menyaksikan kematian ayah serta mertuanya itu
gelaplah pemandangannya! Keris perhiasan penganten yang tersisip di
pinggang segera dicabut. Ketika melompat ke atas panggung kaki kanannya
hampir terserandung!
“Ho-ho! Temanten juga mau ikut-ikutan minta digebuk?!” teriak
Pendekar Pemetik Bunga.
“Kubunuh kau keparat!” bentak Rana Wulung menggeledek. Keris di
tangan kanannya ditusukkan sekeras-keras dan secepat-cepatnya ke dada
Pendekar Pemetik Bunga.
“Budak tolol!” maki Pendekar Pemetik Bunga.
Sekali pemuda jubah hitam itu gerakkan tangannya maka keris yang
dipegang Rana Wulung sudah kena dirampas, dijepit di antara jari tengah
dan jari telunjuk tangan kanannya!
Suata tertawa Pendekar Pemetik Bunga kernudian terdengar
mengumandang diseantero panggung. Kemarahan dan sakit hati Rana
Wulung tiada terperikan. Dengan kedua tinju terpentang dia menyerbu ke
muka.
“Edan betul!” bentak Pendekar Pemetik Bunga. “Masih tak melihat
tingginya gunung dalamnya lautan!” Dan manusia ini segera menyongsong
serangan Rana Wulung dengan tendangan maut yang mengarah lambung!
Kalau saja Rana Wulung seorang yang mengetahui sedikit ilmu silat,
dalam posisinya seperti saat itu sebenarnya dia masih sanggup dan punya
kesempatan untuk mengelak atau berkelit atau sekaligus melompat cepat ke
samping. Tapi sayang, pemuda ini tidak tahu apa-apa tentang persilatan dan
kaki maut Pendekar Pemetik Bunga sementara itu semakin dekat
menyambarnya ke perut si pemuda.
Setengah kejapan lagi pasti robeklah perut Rana Wulung. Ning
Leswani menjerit. Ibu Rana Wulung juga menjerit untuk kemudian jatuh
pingsan sebelum sanggup menyaksikan apa yang bakal dialami anaknya!
Beberapa orang mengeluarkan seruan tertahan. Agaknya tak satupun
yang bisa berbuat apa-apa! Agaknya sudah nasib Rana Wulung bakal
menemui kematiannya pada hari pernilahannya itu!
Tapi....

-- == 0O0 == --

lanjutannya downlod sendiri ya..... Pendekar Terkutuk Pemetik Bunga-WiroSableng