Kota
Singasari
(08)
Tidak lama
kemudian ia pun pulang ke perkampungannya, Singasari sambil membawa isterinya
Puteri Pregi Wangsa. Dia sendiri bernama Parta Kusuma. Saat ini Jati-pitutur
dengan jalan sihir menciptakan empat orang patih : Kudana Warsa menjadi patih
Jenggala Manik, Jayabadra patih di Kadiri, Jaya Singa patih Urawan dan Jaya
Kacemba patih Singasari.
Kili-suci tetap
tidak kawin. Tempat kediamannya yaitu di hutan Kapucangan. Keempat raja
mengingini pendewati itu supaya tinggal bersma mereka. Jati-pitutur dengan
jalan sihir menciptakannya pula menjadi empat dan kini tiap raja mendapatkannya
untuk tinggal bersamanya.
Saat ini semua
sudah beres, Jati-pitutur dan Pitutur-jati pamitan dengan raja Jenggala Manik.
Mereka meramalkan kepada raja, bahwa kanjeng sinuhun akan mendapatkan seorang
putera yang berani dan cakap, puteranya itu akan dijaga oleh orang-orang yang
keluar dari batu.setelah berkata demikian Jati-pitur dan saudaranya menghilang
untuk kembali ke tempat dewa-dewa.
Raja Jenggala
Manik sakit raja Singa, penyakit itu baru akan sembuh kalau kanjeng sinuhun
akan meniduri seorang perempuan Papua. Permaisuri teringat bahwa ia akan
mendapat seorang, yaitu aank seorang raja dari Wandan-kuning dan sebagai
seorang tawanan, ia sudah lama hidup tersia-sia.ia tinggal di dapur dan tidak
mempunyai pakaian, kecuali yang lekat di badannya. Setelah mandi dan
mendapatkan pakaian yang baru, ia pun ditiduri oleh sang raja. Penyakit raja
segera sembuh. Tapi seorang perempuan Papua itu mengandung dan melahirkan
seorang anak pria yang disebut Brajadenta juga Panji Tohpati atau Prakosa. Jadi
ia kini adalah putera raja yang tertua. Setelah itu sang raja masih banyak lagi
mendapatkan anak dari selirnya, tapi tidak seorang pun anak perempuan. Tapi ia
jatuh sakit lagi, sekali ini penyakitnya itu hanya akan sembuh dengan meniduri
seorang perempuan Bali, perempuan itupun mengandung pula. Karena marahnya raja
memerintahkan supaya budak itu ditanam hidup-hidup, ia tidak sampai hati menyuruh
bunuh dengan keris. Tapi budak perempuan itu tetap hidup di dalam tanah dan
melahirkan seorang anak pria yang badannya dituksr oleh para dewa dengan bahan
yang kuat.
Sambil membawa
ibunya di telapak tanganya, ia keluar dari dalam tanah dan pergi kepada raja,
ia diterima oleh raja sebagai puteranya dan disebut Raden Pamade. Putera-putera
raja dsebutkan satu persatu.
Saat ini
diceritakan tentang dua onang bersaudara, seorang pria, seorang lagi perempuan.
Keduanya dikasihi oleh para dewa. Yang perempuan bernama dewi Sri dan yang pria
Sedana. Mereka sebenarnya adalah Cri dan Wisnu. Mereka mengembara di dalam
hutan, tidak tahu akan pergi kemana. Yang pria jatuh cinta kepada saudaranya.
Saudaranya pun berjanji pula seperti itu. Tapi karena mereka bersaudara, yang perempuan menolak
dengan tegas keinginan saudaranya pria dan berjanji baru akan menuruti
kemauannya, kalau mereka keduanya sudah dilahirkan kembali untuk kedua kalinya.
Yang pria menerima syarat itu dengan senang hati dan menikam dirinya. Mayatnya
jatuh cerai berai dalam jurang. Dewi Sri tinggal seorang diri dan ia menangis.
Air matanya berobah menjadi seorang perempuan yang jelita, yang beriidri di
depannya. Perempuan itu diambil saudara oleh Sri dan diberi nama Unon. Atas
permintaan Sri, ia dikemudian hari harus menjelma sebagai Puteri Urawan. Kini
keduanya tinggal pada seorang janda miskin bernama Sambega. Sejak kedatangan
Sri dan Unon di kediamannya, janda itu menjadi amat kaya.
Kemudian
diceritakan tentang Puteri Keling (Isteri pertama Raja Jenggala Manik). Hingga
kini ia tidak mempunyai anak, karena itu ia amat berduka cita. Raja
menghiburnya, dan tidak lama kemudian mulai Nampak tanda-tanda ia mengandung.
Sedana masuk
dalam dirinya. Ia melahirkan seorang putera, yang disebut Panji (Raden Putra,
Gagak-pranala, Kudarawisperga) atau Marabangun.
Di sebelah barat
Alun-alun ada sebuah batu rata yang besar yang amat keramat tapi juga amat
berbahaya. Barangsiapa menyentuhnya mati. Panji mempunyai seorang ibu susu
bernama Madu-keliku, tapi ia tidakmau menyusu padanya. Untuk makannya ia hanya
menghisap ibu jarinya, karena marahnya, Madu-keliku tatkala tidak ada orang
lain, melemparkan anak itu keatas batu tersebut, batu itu terbelah dua, sedang
anak itu tidak apa-apa.
Serat selanjutnya : Jati-pitutur dan Pitutur-jati
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi
kebudayaan .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar