Candi Pawon
Candi Pawon : cantik |
Ketika selesai di Candi Mendut, kembali cuaca sangat tidak bersahabat. Hujan deras terpaksa membuatku berteduh barang sebentar, siapa tahu seperti tadi yang hanya sebentar, tapi ternyata cukup lama. petunjuk yang saya terima tadi sebenarnya cukup jelas, tapi saya kok ya masih saja kesasar. “Setelah Candi Pawon, terus saja, ketemu jembatan bercabang yang satunya tidak terpakai ambil kiri”, begitu kata bapak penjaga tadi, tapi ku ga teliti, setelah Candi Mendut ada Jembatan dan ada belokan ke kiri….ternyata bukan itu, tapi saat saya kesasar saya jadi melihat keganasan Kali Progo ketika lahar dingin melewati kali itu, jembatannya sampai putus.
Masih dengan hujan yang membasahi jalan2 dan mantol saya, terpaksa balik arah, karena memang salah jurusan, setelah ketemu jembatan yang benar benar bapak penjaga itu maksudkan, saya berjalan pelan-pelan. Ada 3 Cabang jalan, kalau lurus ke arah Candi Borobudur, sementara ke kanan menuju Purworejo/ kota Magelang. Sementara jalan ke kiri (dengan) jalan yang lebih kecil karena masuk perkampungan, ambil ke kiri ini, karena dari jalan pun sudah terlihat stupa Candi Pawon.
Mulaiah......
Sama dengan Candi Mendut, ketika masuk kita musti membayar Rp. 3.300,- selain ada fasilitas asuransi tentunya bea masuk tadi juga sebagai dana untuk perawatan candi ini. Ga salah juga bila kita ga terima uang kembaliannya. Biar Bapak Penjaganya semangat.
Hujan gerimis menyambut saya, seakan Candi Pawon menguji kenekadan saya berkunjung ke Candi Pawon.
Candi Pawon memang lebih “kurus” dari Candi Mendut, tapi bagi saya tidak kalah cantik dari Candi Mendut. Candi Pawon dipugar tahun 1903. (dari berbagai sumber) Asal usul nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya kecuali J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa yaitu Awu yang berarti abu, mendapat awalan pa dan akhiran an yang menunjukkan suatu tempat. Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti dapur, akan tetapi De Casparis mengartikan perabuan. Penduduk setempat juga menyebutkan candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata Sansekerta vajra = "halilintar" dan anala = "api".
Di tangga masuk, kita akan disambut arca hewan (kalau saya tidak salah lihat) hewan penjaga candi hmmm mirip anjing, tapi sayangnya hanya tersisa yang sebelah kanan saja, sebelah kirinya raib.
Di pintu masuk Candi Pawon juga dihiasi Kala.
Candi Pawon : di dalam candi |
Di dalam bilik candi ini kosong, sudah tidak ditemukan lagi adanya arca. Hanya ada tempat menaruh (mungkin) arca di masa lalu. Yang lebih penasaran lagi, di candi ini ada lubang udara di sisi kanan,kiri dan belakangnya, apa mungkin benar dulunya Candi ini menjadi tempat perabuan Raja? Achhh… saya jadi merinding.
Banyak orang mengira Candi Pawon merupakan sebuah makam, namun setelah diteliti ternyata merupakan tempat untuk menyimpan senjata Raja Indera yang bernama Vajranala. Candi ini terbuat dari batu gunung berapi. Ditinjau dari seni bangunannya merupakan gabungan seni bangunan Hindu Jawa kuno dan India. Candi Pawon terletak tepat di sumbu garis yang menghubungkan Candi Borobudur dan Candi Mendut
Tidak bermaksud mengada-ada, memang ketika masuk ke dalam bilik candi ada perasaan aneh yang menyergap saya, entah karena saya sendirian, ditambah gelap dan hujan atau ada sesuatu yang ingin menyambut saya entah saya tak mau menyimpulkan, yang pasti saya menikmati suasana di dalam candi ini.
----Saat saya menenangkan diri, suasana hati benar-benar tenang.----
Candi pawoni tak kalah mengagumkan, adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung).
Kinari merupakan gambaran makhluk setengah manusia setengah burung. Kinari digambarkan berkepala manusia berbadan burung. Tata gerak kinari pada masing-masing sisi berbeda satu dengan yang lain. Melihat ornamen-ornamen yang ada, diduga kuat Candi Pawon merupakan bagian dari candi Borobudur. Hal ini didasarkan pada relief-relief yang terdapat pada Candi Pawon yang merupakan permulaan relief Candi Borobudur.
Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, tepat berjarak 1750m dari candi Borobudur dan 1150 m dari Candi Mendut. 7°36′21.98″S 110°13′10.3″E tepatnya di dusun Brojonalan Desa Wirogunan, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. Candi yang mempunyai nama lain Candi Brajanalan. Letak Candi Mendut, Candi Pawon dan Candi Barabudhur yang berada pada satu garis lurus mendasari dugaan bahwa ketiga candi Buddha tersebut mempunyai kaitan yang erat. Selain letaknya, kemiripan motif pahatan di ketiga candi tersebut juga mendasari adanya keterkaitan di antara ketiganya. Poerbatjaraka, bahkan berpendapat bahwa Candi Pawon merupakan upa angga (bagian dari) Candi Borobudur.
Setelah cukup puas menjelajahi setiap sudut Candi Pawon, akhirnya ku beranjak pulang, karena hujan sudah mulai reda. Tapi ketika saya baru melangkah hujan kembali deras, bahkan sepertinya air dimuntahkan dari khayangan ke Mayapada. Beruntung kedua kalinya saya di persilahkan, berteduh di pos Jaga.
Bersama Bpk. Kusnadi |
Bapak Kusnadi namanya, dengan ramahnya menceritakan suka-dukanya menjadi penjaga Candi Pawon. Ketika ngobrol, saya mendapatkan hal yang cukup menggiriskan, “Yang mengunjungi Candi Pawon ini dari 100 wisatawan luar negeri kurang dari 5 orang wisatawan dalam negeri”….. miris!, saat Merapi bangun dari tidur alias meletus kemarin, kata bapak Kusnadi Candi Pawon ini tertutup abu yang cukup tebal.
Sungguh bangsa yang tidak menghargai bangsanya sendiri…. ♫♪♫itulah Indonesia♫♪♫! Cita2 Gajahmada sia sia…(ups kok jadi ‘gladrah’)
Karena sudah jam 5, hujanpun sudah agak reda akhirnya ku berpamitan. Terimakasih kepada Bapak Kusnadi. Semoga masih semangat…
Sampai jumpa di perjalanan berikutnya....
(untuk Borobudur---saya masih menunggu Jagad Pramudhita besar : http://www.facebook.com/profile.php?id=100002886269049 ----)