Situs Watu Lumpang Klero |
Selasa, 30
Januari 2018. Cerita saya kali ini memang sebenarnya sudah sejak lama saya
inginkan. (ijinkan dulu saya sedikit panjang lebar), Saya kerja di perpustakaan
daerah dimana dikerjaan memberikan peluang saya untuk berkeliling ke desa-desa
di wilayah Kabupaten Semarang. Dulu sebenarnya intens sekali ke desa saat saya
masih dibagian pengembangan perpustakaan desa. Sayangnya saat itu passion saya, menyayangi situs watu
candi belum muncul dan melekat di hati – pikiran seperti saat ini. Namun sejak
pindah bagian layanan dan lebih banyak duduk dibelakang meja, keinginan ke desa
sambil mencari sisik melik keberadaan situs hanya bisa saya simpan dalam hati
dan angan.
Angin berubah semilir
ketika perpustakaan dimana tempat saya bekerja mendapatkan bantuan armada baru.
Saya ditawari untuk jadi driver,
tanpa pikir panjang saya terima.
Seribu rencana seperti sudah siap meledak. Salah satu hasilnya ya cerita kali
ini.
Informasi situs,
sebenarnya baru saja saya dapatkan saat blusukan bersama “The Partner of Kemisan” (Ritual Blusukan tiap hari Kamis…, nampaknya
sekarang punya kesibukan, saya jadi gak enak, apa Kabar Lek Suryo?), beberapa
minggu yang lalu. Bahkan sempat mampir dan mencari ke lokasi ini namun gagal.
Selain hujan, saat itu ada mood kami
yang rusak karena attitude kenalan di
medsos yang mengecewakan : ngerjani. Walhasil saat itu saya dan Lek
Suryo gagal. Tulisan ini sekaligus saya minta maaf, karena mendahului
menelusuri. (swear... jika kemisan
berlanjut tak terke/ jika minta arah
ku tunjukkan dengan denah detail namun maaf janji itu hanya khusus untuk Lek
Suryo… maaf).
Melihat jadwal
perpustakaan keliling yang tercantum desa KLERO, langsung saya tetapkan
destinasi. Saat itu saya jadi inget kawan yang kerjanya ‘toh nyowo’, tapi hasile
mesakne, saya coba ajak biar hidupnya sedikit berwarna, Selain melihat
bagaimana anak-anak kecil senang melihat buku tentu saja plus blusukan, oknum
yang saya maksud Mas Eka WP rekan sejawat.
Singkat cerita,
setelah tugas selesai, kami lanjut blusukan di lokasi yang masih satu area, tak
ada 5 menit sampailah kami. Ngopi sebentar (Saya menang taruhan Ngopi gratis)
di warung dekat lokasi kami parkir, Setelah bertanya kepada ibu penjual
kopi, mengeksplor-lah kami dengan
beberapa petunjuk. “Oh watu Lumpang itu dibawah pohon, dulu tak kelihatan tapi tak tahu
kapan watu lumpang itu ada. Saya kurang tahu ceritanya. Tunggu saja sebentar
lagi juru kunci makam akan datang mas”, jelas Beliau.
Sambil menunggu
juru kunci kami kemudian mencari sendiri dimana keberadaan watu lumpang
tersebut, dengan bantuan petunjuk beliau. Jika tak cukup cermat, memang
terlewat karena tepat berada dibawah batang pohon Kamboja yang miring. (Lek
Suryo : “Waktu kui mesti karena hampir
setengah 3 ya? Jadi ga fokus? Hehehe. Padahal ini area pencarianmu, pasti terlewati.”)
Situs Watu Lumpang Klero |
Kondisi Watu
Lumpang, cukup ‘mengenaskan’. Bagaimana tidak? Berada cukup dekat dengan situs
yang terkenal, eh ini terkesan dipinggirkan. (Semoga ini prasangka saya saja).
Situs Watu Lumpang Klero |
Lumut dibiarkan
menggrogotinya,
Situs Watu Lumpang Klero |
Lumpang sudah
tak utuh lagi, rompal dimana-mana.
Situs Watu Lumpang Klero |
Walaupun
sederha, bukankah ini adalah juga bukti sejarah? Ach… saya hanya mampu
menyesalinya saja. Karena ya saya hanya bisa nulis cerita seperti ini, tak
punya kemampuan lebih yang lain. Semoga cerita jelek ini bisa menjadi salah
satu yang bisa menyadarkan warga pentingnya merawat hasil olah karya para
leluhur.
Watu Lumpang
sendiri, diduga mempunyai fungsi beragam, sesuai bentuk hiasan, besarnya serta
lokasi. Ada yang digunakan untuk slametan
saat upacara penetapan tanah perdikan, ada yang untuk numbuk sesajen, ada pula
untuk numbuk biji-bijian bahan makanan. Bahkan ada lagi yang percaya air di
watu lumpang berkhasiat. Di suatu lokasi, dimana juga ada watu lumpang, airnya
dipercaya sebagai obat awet muda, kemudian di tempat lain berkhasiat sebagai obat
sakit gigi. Karena terlalu percaya, kemudian kecewa karena ternyata sakit gigi
tak sembuh malah tambah sakit, watu lumpang tersebut di pecah jadi
berkeping-keping. Sayang sekali.
Sepengginang
waktu, juru kunci tak datang jua, padahal saya ingin sekali menanyakan tentang
ikhwal Watu Lumpang dan Makam yang nampaknya dikeramatkan yang menggunakan
struktur batu candi untuk nisan.
Makam Klero |
Ada pola di batu
candi yang dijadikan nisan,
Awan mulai
gelap, apa boleh buat bukan takut basah karena hujan, tapi karena kami harus
balik kerjaan, sehingga kami tetap berharap dilain waktu bisa ketemu juru kunci
tempat ini. Sapai ketemu di penelusuran yang lain…..
Video Amatir :
(sabar ya, nunggu proses edit dan upload di channel you tube)
Eka WP di Lumpang Klero |
Bersama Rekan
dengan satu visi : kerjo terus kapan dolane, kerjo terus duite ngepres dadi stress,
mending blusukan.
Salam Pecinta
Situs dan Watu Candi
ssdrmk di Situs Watu Lumpang Klero |
#hobikublusukan