Benda Purbakala itu milik umum, siapa saja boleh melihat-mengunjungi-bahkan memuliakan-nya.......
Apa maksud tulisan saya diatas, akan terjawab setelah cerita dibawah ini dibaca sampai habis....
31 Maret 2016, Blusukan Kemisan dengan Tujuan Yoni yang berada di area perkebunan Getas Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang akhirnya terlaksana juga, sempat berulangkali tertunda. Kali ini berangkat saya, lek Suryo dan Mbah Eka. Sebelum Menuju Lokasi rencana kami menyambangi rekan DEWA SIWA Kang Cow Pendiem selain silaturahmi, juga kami ingin minta petunjuk.
Mas Rio dan Telo Goreng |
Kemudian, mampir di "Graha Komunika" nya Cow Pendiem... di Buk Plengkung (nama familiar warga, trowongan rel kereta api yang dulu berbelok letter S.Bringin, namun kini sudah langsam).
Suryo dan telo goreng |
Saat sampai di sini, hujan mulai reda. Beruntungnya kami, dapat suguhan teh panas manis dan telo goreng... seperti tahu saja beliau pada kondisi kami.... , kami bertiga belum makan siang plus kehujanan juga kedinginan hehehehehe..." maturnuwun Bu Rio"...., Saking joss nya nampak sahabat saya yang satu ini lahap tanpa menghiraukan saya ambil gambarnya.
tugu Karanglo Bringin |
Kami ambil ke kanan arah menuju Pabelan / Kota Salatiga.
Kebun getas Pabelan |
Dari gerbang kami melihat ada 1 orang tukang kebun yang sedang membersihkan gulma dan rumput liar, juga seorang yang sedang cuci mobil, nampaknya sopir ndoro sinder. Kami berempat minta ijin tukang kebun, "Langsung mas minta ijin ndoro saja, itu di dalam", Kami lanjut, dan tanpa disangka sopir tersebut keponakan mas Rio. Pikir saya pribadi: "Aach pasti diperbolehkan".... namun ini hanya prasangka saja rupanya.
rumah sinder |
Kenyataanya 360 derajat. Sangat berbeda! "Lapor satpam dulu"... "agak ketus, walo ada saudaranya. "Halah mas cuma liat watu candi tinggalan purbakala itu kok, ga lebih ga macam2...", setelah beberapa saat kami coba rayu, mas Rio pun turun tangan, "Sebentar, ta ijin ndoro dulu"... beberapa saat sopir itu masuk rumah, saat keluar malah muka tambah di tekuk, "Lapor satpam", ekspresi datar tambah ketus.....
Setelah berdiskusi sebentar, akhirnya mas Rio dan Mbah Eka yang minta ijin ke Pos satpam terlebih dulu. Sementara saya dan lek Suryo tetap di lokasi. Menunggu sambil harap-harap cemas, dalam hati kamu berdoa semoga diperbolehkan.
Saya sempat ambil gambar... kira-kira jarak Yoni dengan saya berdiri hanya 50m saja, terlihat pula didekatnya ada makam kuno, juga sudah ada papan peringatan/ papan yang menandakan area itu situs Purbakala yang dilindungi.
Yoni Situs Getas Pabelan Kabupaten Semarang |
Saat mereka kembali, dari jauh berbinar-binar, pikir saya sih boleh...Namun tanpa di duga..... #$%#$#$%^E$#$#R#$!!!!!
Disuruh kembali esok pagi, karena satpam tak ada waktu ngantar aktivitas kami yang seperti ini.... , kurang lebih demikian jawaban satpam itu, seperti yang diceritakan ke pada saya.
Saya terpana...... hanya 50 langkah.... hanya sekejap mata melangkahkan kaki ini. Namun karena atas nama prosedur adopsi budaya feodal..... saya hanya bisa menatapnya saja. Apa boleh buat.... saya memang rakyat biasa yang hobi mengunjungi situs seperti ini. Dan apesnya saya menemui sisa kaku-nya peradaban jaman walanda yang mengakar ini.... "sendiko dhawuh", kami langsung balik kanan... menatap nanar Yoni Getas. Selamat tinggal alias goodbye.... semoga tetap mulia...
Air hujan mulai jatuh dilangit mengiringi laju berat motor kami pulang, saya masih terdiam, terpaku di boncengan.... masih tak percaya..... mental itu.... --- Ingin lanjut blusukan ke area lain, mood kami sudah dicampakkan oleh 'beliau', yang dipertuan agung itu. Mas Rio, kemudian mengajak kami untuk mampir di kediaman beliau, kata mbah Eka, "meh dipameri sesuatu"......
Benar saja... koleksi mas rio ini sungguh Nguri-uri budaya... top sekali, "Njenengan tasih ngrawat tinggalan luhur ini"... sory no picture.... banyak lagi obrolan yang tak patut kami muat.... sebagai pengalaman kami saja...
Sambil kami mendiskusikan apa yang menimpa kami sebelumnya, seperti ini :
"Kenapa ya, lha wong cuman liat watu ae kok ga oleh??", "Ya memang prosedurnya......", "Budaya feodal sisa VOC memang khas nya".....---banyak lagi omongan yang membuat semakin menambah sesak hati kami----
dan....untuk yang kedua kalinya.... Ibu Rio alias Istri Mas Rio membawakan sesuatu, yang bagi Lek Suryo Orang Kota akan nampak asing. "Sambal Tumpang" khas Bringin...... "Monggo mas Sak wontene", keramahan khas desa..."--yang tak kami dapatkan di perjalanan kami tadi.....
---
Maaf ternyata sahabat baca curhatan saya ya..... sebenarnya bukan curhatan, tapi saya menceritakan kisah blusukan kami.
Ya Suka Dukanya blusukan situs memang seperti ini.... tapi baru Kali ini.... kami benar-benar berduka..... hujan, dingin, kelaparan, hanya 50m tapi dilarang mendekat.....
"Orang Menanam akan menuai hasil..... seperti apa yang ia tanam"
Tak pernah menyerah.... membagikan budaya masa lalu.... untuk masa yang akan datang....
nb : maturnuwun mas Rio, Sambal Tumpangnya---Telo Gorengnya... JOSS GANDHOSS.... plus cerita-ceritanya... menambah wawasan kami.
Sumber informasi Keberadaan Yoni Situs Getas ini berasal dari web dinas Terkait :
Narasi di web tersebut :
Nama Benda
: Lingga dan Yoni
Lokasi
: Dsn Getas Ds. Kauman
lor
Ukuran
:
Lingga
Diameter 15 cm T : 40 cm
Yoni
: P : 60 cm
L : 60 cm
T : 40 cm
Bahan
: batu
Periodisasi
: Masa Hindu
Diskripsi
: Benda ini berada
di areal tanah yang dihuni oleh pimpinan sinder perkebunan PTP Getas berdekatan
dengan makam belanda yang juga berada di areal ini. Saat dilakukan survey
kondisi benda tidak terawat bahkan sebelum dilakukan pemotretan lingga yoni ini
tertutup oleh semak belukar dan banyak ditumbuhi lumut.
---------------------------------------
Salam Pecinta Situs dan Watu candi----