Panji
di Pabejan
(04)
Panji teringat pula apa yang dikatakan
oleh para dewa kepadanya, yaitu ahwa ia akan menemukan kembali isterinya
Sekar-taji dan kawan-kawannya setelah pertempuran di Bali. Sedang ia termenung,
isterinya, Sureng-ranamelihat bibirnya bergerak-gerak, atas pertanyaan
isterinya apa yang dilakukannya, Panji menjawab bahwa ia mendoa supaya menang
perang. Sureng-rana tidak percaya.
Astra-wijaya yang bersama isterinya
menyusul Panji, sudah tiba pula di Bali. Ia tidak menemukan panji di Pabejan,
karena itu meneruskan perjalanan ke pedalaman. Setelah bertemu dengan Panji, ia
menangis dengan sedihnya. Diceritakannya kepada Panji pengalamannya di
Bauwarna. Pun ramalan Wasi Curiganata disampaikannya kepada Panji.
Atas permintaan Astra-wijaya supaya
boleh tinggal bersama Panji. Panji menjawab bahwa Astra-wijaya harus memakai
nama Undakan.
Pun Astramiruda kini sampai kepada
Panji, dengan sepucuk surat dari Raja Urawan, yang mengatakan seluruh isi taman
sudah dibinasakan oleh Astrawijaya. Jayakusuma pun marah kepada Wijaya.
Sureng-rana berkata, bahwa untuk perbuatan semacam it, orang pria tidak boleh
dipersalahkan, yang bersalah semata-mata perempuan.
Miruda kini didamaikan oleh Panji
dengan Astrawijay, keduanya harus bersumpah didepan Panji. Permainan musik
gamelan diteruskan. Setelah dua lagu Astra-wijaya harus bermain. Dimainkannya
lagu yang bernama Mongkong, ialah
lagu yang diciptakan raja Daha marah kepada Candra Kirana. Keinginan Panji
hendak melihat kembali isterinya, menjadi keras oleh lagu itu. Diperdengarkan
beberapa lagu lain lagi, setiap Panji kali Panji teringat kepada isterinya yang
hilang.
Sementara itu tentara Bali sudah
berkumpul di alun-alun di bawah pimpinan Jaya-asmara. Segera mereka berangkat.
Suatu iring-iringan panjang para Bupati Bang Wetan beserta anak buah
menyongsong musuh. Cau memakai pakaian bagus dan pakaian compang-camping
sekaligus. Anak buah Jayakusuma pun sudah bersiap-siap untuk berperang.
Pertemuan kedua balatentara dan pertempuran.
Peperangan diteruskan, Sureng-rana
hendak berkelahi dengan Jaya-asmara. Suaminya mencegahnya. Ia hendak berhadapan
sendiri dengan Jaya-asmara. Dalam perkelahian satu-lawan satu Panji
menggoncang-goncang Jaya-asmara, dan Jaya-asmara lucut kedoknya, kembalilah ia
menjadi Onengan. Ia dipeluk oleh kakaknya. Seorang Pahlawan dipacung kepalanya.
Diserukan bahwa kepala itu kepala Jaya-asmara, yang diberinama Ekawarni oleh
Panji untuk meneruskan penyamaran. Panji mengundurkan diri ke tempat perhentiannya.
Para sentana dalem dikumpulkan untuk menyaksikan bahwa Onengan sudah kembali.
Ekawarni bertemu dengan
saudara-saudaranya. Jaya-kusuma menanyakan pengalamannya. Ekawarni menceritakan
apa yang sudah terjadi dengan dirinya, juga perihal ular yang menyerang raja
Bali. Selanjutnya Jaya-kusuma menanyakan, apakah raja Bali itu seorang
sungguh-sungguh orang Bali, dan seterusnya, dan seterusnaya, untuk membuktikan
bahwa raja Bali itu bukan seorang lelaki sungguh-sungguh.
Saat ini dieritakan tentang raja Bali.
Ia bermain Catur dengan para isterinya. Taruhannya demikian ; jika Raja kalah,
ia membayar dengan uang, jika ia menang para isterinya dapat ciuman.
Permainan diteruskan.
Sekonyong-konyong Patih Cau masuk. Ia membawa kabar bahwa orang mancanegara
sudah dibinasakan oleh musuh, pun Jaya-kusuma sudah tewas. Kanjeng Sinuhun Raja
bersedih hati dan memutuskan ia sendiri akan maju perang. Sekalipun isterinya
dibawa serta, supaya musuh mendapat harta rampasan banyak, kalau ia sendiri
kalah perang.
Isteri-isteri yang harus turut serta,
sudah membuat bermacam-macam kue dan makanan di rumah. Tentara berangkat maju.
Uritan iring-iringan.
Urutan kereta, yang dikenarai oleh
istri-istri Raja. Kanjeng Sinuhun naik Gajah dibelakang sekali. Dilukiskan
keadaan tentara Panji duduk dibelakang isterinya, Puteri Cemara. Ekawarni
diminta bermain seruling. Permainannya baik. Panji bertanya siapa yang
mengajarinya. Jawabnya, “Raja Bali”.Panji, “Tentu saja ia pandai sekali bermain”.
Asmarajayabuat pertamakali melihat
Ekawarni bermain seruling. Ia jatuh
cinta kepadanya dan ingin menjadi suaminya. Untuk itu ia hendak minta bantuan
saudaranya, Candra Kirana, apabila ia sudah ditemukan kembali.
Raja Bali pun muncul di medan perang.
Cau menjaga para isteri Raja, yang turut dibawa sambil teringat kepada
Ekawarni. Bersama Astramiruda ia banyak membunuh musuh. Banyak pahlawan Bali
yang tewas. Sureng-rana pun menyerang.
Pertempuran diteruskan. Sureng-rana
menawan semua isteri raja Bali, raja Bali berkelahi satu lawan satu dengan Jaya
Kusuma. Setelah beberapa lama Cau meminta supaya yang menang siapa yang kalah.
Jaya Kusuma jatuh pingsan, karena kesan yang diperolehnya dari raja Bali.
Sureng-rana datang kepada Jayakusuma, yang diangkat orang.
Serat Selanjutnya : Sureng-rana
Diketik ulang oleh
sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar lestari…. Dari buku Kitab
Jawa Kuno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar