Di Bawah
Waringin Kurung
(04)
Kedatangan para utusan di bawah
Waringin Kurung. Mereka masih berbicara tentang tugas perutusannya. Sifat utama
seorang perutusan terdiri dari tiga perkara.
Dua orang diutus oleh kanjeng Sinuhun
Raja untuk meminta surat yang mereka bawa. Utusan Jaya Kusuma tidak mau
menyerahkannya kecuali kepada Kanjeng Sinuhun sendiri. maka disuruhlah Agung
meminta surat itu. Apabila para utusan melihat Agung, mereka mengenal sebagai
Prasanta, atau apakah ia hanya seorang yang kebetulan sama rupanya? Pun Agung
mengenali utusan itu dari orang Jenggala Manik. Para utusan itu akhirnya
dipersilahkan masuk tanpa pengiring. Mereka menyerahkan surat. Raja pengganti
memberikannya kepada seorang emban untuk diserahkan kepada Kanjeng Sinuhun Raja
yang sebenarnya.
Emban Sebetan mempersembahkan surat
kepada raja yang sebenarnya. Surat itu dibuka oleh Kanjeng Sinuhun. Isinya
berupa ultimatum. Kanjeng Sinuhun Raja menanyakan beberapa hal mengenai para
utusan itu, Sebetan memberikan penjelasan tentang mereka. Oleh penjelasan itu
Kanjeng Sinuhun Raja Teringat pada tiga Pangeran Jenggala Manik. “Jadi demikian
pikirnya, Panji datang kemari dengan tiga orang Sentana dalemnya.”
Selanjutnya dengan sedih ia teringat
kepada suaminya, Panji. Bahwa ia memelihara sekian banyak istri, pun adalah
demi suaminya, sekiranya suaminya itu masih hidup. Puteri Pragunan dan yang
lain-lain melihat, bahwa Kanjeng Sinuhun Raja, setelah membaca surat tadi,
seolah-olah terpikir sesuatu. Untuk menyembunyikan kesedihannya, ia
menyayangkan keberanian orang Urawan, yang berani-beranian hendak menyerang
Bali. Tapi para puteri mengetahui rahasia itu. Bagian Raja menyuruh panggil
patih Jaya-asmara oleh seorang emban, bersama Agung dan Cau. Tiba di keraton
ketiga patih itu diperintahkan menyusun balasan surat. Kemudian surat balasan
itu diberikan kepada para utusan, yang selain itu menerima hadiah-hadiah yang
lain. Para utusan dikirim kembali.
Agung dan Cau pulang ke keraton.
Kanjeng Sinuhun raja memaparkan rencana perangnya. Para Patih keluar memberikan
petunjuk-petunjuk kepada Bupati Mancanegara. Jaya-asmara kembali ke temoat
kediamannya. Ia mempunyai dua orang istri, yang seorang putrid dari Mataun,
yang seorang lagi dari Manila. Tapi mereka belum pernah bercampur dengan sang
patih. Karena itu mereka bersedih hati.
Jaya-kusuma sedagn asyik menembang di
Pesanggrahan dengan istrinya, sambil menunggu kembalinya para utusan. Para
Bupati Kertasana dan lain-lain sudah hadir semua. Tidak lama kemudian datang
para utusan, yang mengatakan bahwa surat sudah diterima. Balasannya diserahkan
kepada Panji dan dibacakan oleh Sureng-rana. Isinya mengatakan bahwa raja Bali
bersedia memulai pertempuran pada hari Senin depan. Jaya Kusuma menanyakan
beberapa hal tentang raja Bali dan para pembesarnya. Oleh penjelasan yang
diberikan ia teringat adiknya perempuan Onengan.
Serat Selanjutnya : Panji di Pabejan
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi peradaban agar lestari…. Dari buku Kitab Jawa Kuno
Tidak ada komentar:
Posting Komentar