(07)
Saat ini
diceritakan tentang raja Bali yang amat berkuasa dan memerintah negerinya
dengan baik sekali. Pada suatu kali, ia hendak bersenang-senang dengan berburu.
Untuk itu disuruhnya panggil orang-orang besarnya. Menak Agung dan Cau
(Sadulumur dan Prasanta) harus mempersiapkan segala sesuatu untuk perburuan.
Suatu rombongan besar bergerak menuju hutan, tempat berburu. Perburuan pun
dimulai. Banyak perburuan binatang ditangkap.
Sementara
sang raja berdiri dibawah payung dekat pohon Tangguli, seekor ular datang
mendekatinya, sebesar pohon Tal. Karena ketakutan, orang-orang pada lari
kucar-kacir. Sang raja tinggal seorang diri dan dilihatnya ular itu semakin
mendekat. Tapi baru saja ular itu sampai di tempat raja, Jaja-asmara pun datang
berlari-lari, dipegangnya kepala binatang itu dan diputarnya sehingga putus
dalam sekejap, sekalian yang melihatnya terheran-heran. Sang raja
menghadiahinya kerajaan Linjangan, dengan hak memakai gelar adipati.
Setelah
banyak binatang perburuan terkumpul, diberilah tanda untuk pulang. Sang raja
segera tiba di pagelaran (beranda muka)keraton, dimana dibicarakan lagi untuk
menaklukkan kerajaan-kerajaan yang berdekatan (syair 24-26 ada bagian-bagian
yang rusak, sehingga tidak dapat dimengerti). Mula-mula direncanakan akan
menaklukkan kerajaan Balambangan, setelah itu Tuban dan seterusnya. Sang raja
menyetujui rencana itu. Segera orang-orang dikumpulkan untuk bersiap-siap
mencari perjalanan penaklukan itu.
Jaja-asmara
berangkat dengan tentara yang besar ke Balambangan. Dengan cepat mereka
menyeberangi selat Bangawan (Bali) dan mengadakan pertahanan di pelabuhan.
Raja
Balambangan duduk dihadap oleh para pembesarnya. Sang Patih, Nila Bangsa
memberitahukan tentang kedatangan musuh. Ditulis surat pada Wirasaba dan
Sandi-waringin. Dalam pada itu tentara Balambangan dikerahkan. Pertempuran
dimulai.
Pertempuran
dilanjutkan, raja Balambangan tewas. Keraton diduduki oleh Jaja-asmara. Yang
masih hidup menyerah. Seorang keponakan raja yang tewas, diangkat menjadi raja
oleh Jaja-asmara. Raja baru ini harus menghadap raja Bali, dengan membawa upeti
sebagai bukti penyerahan. Raja-raja Wirasaban Sandipura dan Sandi-waringin harus melakukan demikian pula. Dikirimsurat
edaran ke Bupati lain di Bang Wetan, mengatakan bahwa barangsiapa tidak
menyerahkan diri akan dibinasakan.
Setelah
menerima pemberitahuan itu para bupati Bang Wetan memutuskan untuk menyerahkan
diri kepada Bali. Mereka membawa upeti dan menyerahkan puteri-puterinya kepada
raja Bali. Jaja-asmara setelah mendapat kemenangan pulang ke Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar