Mari Lestarikan (hasil) Budaya para Leluhur ini... Pisahkan budaya dengan agama.
Lingga di Masjid Gebugan Bergas |
2 Juni 2016, Edisi Ritual Blusuk Kemisan masih berlanjut, kali ini atas berkat kegigihan anggota laskar impen dan feeling Mbah Eka W Prasetya, yang tak mundur satu langkahpun mencari jejak purbakala di area Gebugan (ada desas-desus beberapa waktu lalu arca ganesha diperjualbelikan disini), Ketika mencari sisik melik Arca itu, Mbah Eka malah menemukan bonus super sekali. Jejak Peradaban kuno di Masjid Gebugan.
Menuju lokasi cukup mudah, sejalur pula dengan situs di kawasan Candirejo Ungaran : dekat dengan 1 : Situs Candirejo, 2. Situs Makam Ndowo, 3. Yoni Bugangan tinggalan satu area--silahkan klik saja. (Ikuti jalurnya) Masuk melewati arah Curug Semirang. (Akbid Ngudi Waluyo.)
Masjid Jami' Baitul Muqorrobin |
Cari gapura selamat datang desa Gebugan Kecamatan bergas, kemudian tanya saja masjid gebugan dimana berada ke warga...100% ramah. : masjid Jami' Baitul Muqorrobin.
Cerita dari Mbah Eka..... "Melihat geografi dan ciri-cirinya, ada sesuatu yang menarik untuk menelusur area ini", jelas Mbah Eka.
Ada Tips menarik dari Mbah Eka, Seperti pengalaman beliau. Saat mencari jejak purbakala... dimulai dengan pertanyaan "Apakah ada peninggalan batu wali?", dan ternyata setelah itu mengalirlah info, singkat cerita akhirnya dipertemukanlan jejak purbakala itu.
Di Masjid Jami Baitu Muqorrobin ini masih tersisa jejak peradaban.
Sampai saat saya menelusuri yang terlihat hanya Ada 2 Lingga Pathok (satu lingga kondisinya pecah), Jaladwara, dan watu candi Berpola watu candi yang berubah fungsi menjadi pondasi/talud juga ada batu bata yang berukuran jumbo (tanah liat).
Lingga berada di halaman masjid |
Kembali ke Dua Lingga Pathok Masjid Gebugan Bergas, (Saya menyebutnya demikian karena Tak ada kabar dengan Yoni nya...) -- dibeberapa lokasi kadang hanya ada Lingga saja tanpa Yoni.
"Lingga yang ada tersebut satu berasal dari lokasi Masjid dan yang satu dahulu terletak di perempatan Gebugan pecah karena tertabrak truk, maka di bawa kembali ke masjid yang ada di Gebugan", cerita Mbah Eka.
Sudah berkembang menjadi doktrin umum, atau memang sudah berubah seperti demikian sejarahnya ... --saya tak akan bahas lebih lanjut--
Manfaat positifnya ada perhatian dari pengampu pondok pesantren di dekat masjid Gebugan ini. Kyai Muda menginginkan "watu penanggalan" itu tetap di lokasi semula. Tidak boleh diganggu dan dipindah. Bagi saya pribadi itu mengharukan.... walaupun berubah makna... namun minimal "diopeni".
Sebagai bahan bacaan untuk mengenali dan memahami Lingga Pathok ini, saya ambilkan dari web Site BPCB:
Sebagai bahan bacaan untuk mengenali dan memahami Lingga Pathok ini, saya ambilkan dari web Site BPCB:
Linga Pathok Masjid Gebugan Bergas |
Selain Joytirlinga, terdapat juga manusa lingga, yaitu lingga yang merupakan simbol dari organ maskulin. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah, berbentuk persegi, disebut brahmabhaga; bagian tengah yang berbentuk segi enam yang disebut wisnubhaga; dan bagian yang paling atas, berbentuk silendris, disebut rudrabhaga. Pada bagian rudrabghaga-nya terdapat hiasan garis melengkung yang disebut brahmasutra.
Lingga Pathok yang kedua : Sisa pecahanya |
(Sumber :http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/2016/02/15/lingga-yoni/)
Selain Lingga Pathok, Di Halaman Masjid Gebugan Bergas juga diletakkan di pojokkan ada Jaladwara. Jaladwara yang berfungsi sebagai talang air yang biasanya ada di tepian bangunan suci maupun pancuran air di petirtaan.
Jejak Purbakala di Masjid Gebugan Bergas : Jaladwara |
Fungsi utama Jaladwara adalah menyalurkan air, dengan lubang dan hiasan di ujungnya. Biasanya relief ikan imajiner yang berbelalai.
Jaladwara dari sisi depan
Dari sisi Depan : Jaladwara di Masjid Gebugan |
Juga banyak lagi yang lain, watu candi yang beralih fungsi :
1. Pondasi / "tampingan--bhs jawa--" berasal dari tatanan watu candi, berada di sebelah kanan halaman masjid, dekat 'plang' nama masjid.
kiriman foto dari Lek Suryo |
2. Tangga masuk, ada watu candi berpola yang ditata sedemikian rupa, sebagai pelengkap. Mulai tertutup lumut dan segera tak terlihat jejak peradaban itu.
watu candi berpola |
3. Digeletakkan Begitu Saja (All foto kiriman WA dari Lek Suryo)
4. Bukti sisa Batu Bata jumbo (Tanah Liat), yang dipasang di dinding luar tempat wudhu jamaah masjid
5. Watu candi disusun seperti puzzle ta lengkap di halaman Masjid
6. Di Pondasi/ tampingan sisi luar halaman masjid (depan)
Batu Bata berukuran berbeda dengan yang sekarang di masjid Gebugan |
5. Watu candi disusun seperti puzzle ta lengkap di halaman Masjid
watu unsur bangunan suci masa lalu |
Save This Not Only A Stone
Blusuk Bersama :
Blusukan sebenarnya berlanjut di Stus Megalitikum tak jauh dari sini, namun karena kendala waktu saya tak bisa mengikuti..... lain kali semoga saya bisa menelusuri kembali.....
(saya sertakan bocoran gambar punden berundak itu)..... tq gambarnya lek suryo...
Yuk mari Lestarikan....
(saya sertakan bocoran gambar punden berundak itu)..... tq gambarnya lek suryo...
Yuk mari Lestarikan....
Sekalilagi, Mari Kita Pisahkan Agama dan Hasil Peradaban Leluhur.