Jumat 4 September 2020. Mumpung lagi musim gowes, ide gowes blusukan muncul lagi. Kalau dulu pernah saya mencoba gowes dari Ambarawa ke Situs Candi Ngembat di daerah Brongkol terasa aneh karena sangat jarang orang yang gowes. Namun di masa sekarang, walaupun bukan akhir pekan namun Jumat biasanya dipakai karyawan instansi/ kantor untuk berolahraga seperti gowes. Jadi sepanjang perjalanan saya ketemu dengan beberapa rombongan goweser.
Karena menemukan rekan dengan hobi watu sangat tidak mudah, ini ditambah hobi gowes… tambah langka pastinya. Tapi saya menemukan calon duet gowes Blusukan… Pie Kabare Mas Yohanes Salatiga… ? ayo blusukan gowes Salatiga area.. hehehee.
Start Gowes Sendang Banyubiru
Setelah gowes blusukan ini, baru saya sadar ternyata Situs Sendang Banyubiru sudah familiar dengan situs Sendang Banyubiru ini.. (saya terlewat/ sepertinya ada yang jahat menyembunyikan dari saya biar dulu tak saya tulis di blog…. Hahahha. Dugaan tapi mendekati kenyataan).
Untungnya ada berita yang cukup mengejutkan di suatu hari. Ada penemuan batuan Candi di dekat pasar Banyubiru, dimana seperti biasa ‘Ketua TACB like lone wolf : ada dimanapun situs baru ditemukan… sangar pokoknya….). Sambil menyimak dan menyimpan gambar kedalam memori, agar suatu saat jika sudah ketemu waktu bisa saya telusuri ulang. (Di bawah saya sertakan dokumentasi rekan dari waktu-ke waktu Sendang banyubiru), agar kronologis waktu bisa terdokumentasikan.
Dan Gowes hari ini bisa menyambanginya. Disambut batuan candi 'balok panjang', yang kemungkinan struktur batu candi penyususun petirtaan "Sendang Banyubiru"
Video perjalanan Gowes Blusukan di Link You tube :
Konon ceritanya Sendang Banyubiru ini adalah sebuah tempat yang menjadi cikal bakal nama Banyubiru itu. “Air sendang berwarna biru”, tak pernah kering walau kemarau panjang. Bapak Roni yang kebetulan saya temui saat kesini bercerita bahwa, sejarah Banyubiru sangat kuno, “Saya meyakini Banyubiru sudah ada sejak abad ke 7, jauh sebelum Ki Ageng Banyubiru bermukim di sini”, Bapak Roni membuka percakapan. Beliau adalah pegiat budaya yang juga mempelopori warga untuk bersama-sama nguri-uri Sendang Banyubiru ini.
Bapak Roni :
“Dulu sebelum kami selamatkan, banyak batuan sendang yang sudah dibawa orang”, jelas Bapak Roni. “Kemudian kami berkoordinasi dengan pak Kades tentang niat kami melestarikan Sendang Banyubiru yang merupakan identitas. Dan gayung bersambut, Kepala Desa mendukung dengan anggaran desa yang lumayan. Sehingga menambah semangat kami untuk terus menjaga warisan kuno ini. ", tambah Pak Roni.
Sendang Banyubiru
Batu struktur candi sementara, saat ini ditata untuk nanti rencananya ditempatkan di tempat yang lebih layak
Batu Candi Petirtaan Banyubiru
Close up Batuan Candi yang berbentuk kuncian:
Semoga semakin banyak 'Bapak Roni' yang lain. Dengan semangat menjaga warisan peradaban masa lalu tentu menjaga identitas kepribadian bangsa pula.
Sendang hasil Renovasi :
Sendang Banyubiru
Blumbang Biru, dimana legenda air yang selalu biru memancar dari dalam tanah :
Warga mempercayai bahwa nama Banyubiru berawal dari Sendang ini, Tokoh-tokoh penting di masa lalu pernah tinggal di Banyubiru. Air sendang juga tak pernah kering walau kemara panjang, juga berkhasiat untuk kesehatan.
Saya tampilkan dokumentasi Sendang Banyubiru dari masa ke masa, yang sempat didokumentasikan beberapa rekan.
Jumat 28 Agustus 2020. Lanjutan dari PenelusuranCandi Renteng, Tak Jauh dari Candi Renteng di jalan masuk menuju Kawasan Wisata
Gunung Telomoyo ada sebuah makam keramat. Dulu dikenal dengan “Makam Dalangan’. Saat bersama anak
istri ke Telomoyo beberapa tahun lalu, (sekitar 2014) sempat feeling pingin mampir. Namun karena bawa
anak kecil akhirnya saya tunda. Kemudian saya mencoba bertanya di grup FB
Komunitas Dewa Siwa waktu itu, di jawab
dengan sebuah dokumentasi dari Mas Hendrie Samosir yang memang benar benar ada.
Seingat saya Batu-batu Candi berbentuk balok
berukuran besar. Sayangnya sampai saya nulis cerita ini tak dapat menemukan
jejak digital foto unggahan mas Hendrie tersebut. Si Empunya juga kadungdelete dari memori hp-nya. Sementara
dokumentasi lain di dunia maya juga belum ketemu.
Alhasil Makam ndalangan memang benar-benar misterius.
Dari selancar dunia maya yang saya lakukan, hanya ketemu satu cerita, yang
cukup menarik (bantuan link berita online dari Legenda hidup blusukan : Pak
Nanang Klisdiarto). https://Borobudurnews.com
dengan artikel berjudul “Napak Tilas
Tragedi Tewasnya Seluruh Kru Pewayangan di Kaki Telomoyo”.
Konon saat pertunjukan Pewayangan di Dusun Sepayung
(nama dusun sebelum tragedi ini), ada angin lesus yang sangat besar…. Panggung wayang
dan pohon-pohon besar rubuh menimpa seluruh kru pewayangan (Dalang, Sinden dan
para Nayaga- Penabuh Gamelan) yang mengakibatkan tragedi memilukan tersebut. Kemudian
seluruh korban dimakamkan di Makam yang dikenal dengan Makam Dalangan. Kemudian
nama dusun berubah menjadi Dusun Dalangan Desa Pandegan Kecamatan Ngablak
Kabupaten Magelang. Sampai saat ini tak ada yang berani nanggap wayang kulit karena takut kejadian tersebut terulang lagi.
Kembali ke topik keberadaan batu balok di makam Dalangan
yang dulu pernah saya lihat melalui foto mas Hendrie, adalah struktur batuan
Candi.
Batuan Candi Di makam Dalangan
Setelah saya mencari beberapa literatur yang bisa
saya coba telaah. Ketemu satu dari Veerbek “Raporten 1914”, yang hanya membahas
Candi Renteng. Jadi dugaan mblawur
saya batuan balok itu adalah bagian dari struktur Candi Renteng. Yang kemudian
di pindahkan untuk dijadikan pathokan makam.
Jejak Batuan Candi di Makam Dalangan:
Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?
Pathok Makam Dalangan : Batuan Candi Renteng?
Yang tersisa hanya beberapa Batu Kotak yang sudah
dijadikan Pathokan Makam, sementara yang lain entah dimana. Dugaan saya yang
lain menjadi pondasi bangunan di area makam. Bangunan Baru yang mungkin saja
dipakai berfungsi untuk pendopo.Sayang sekali…… mengorbankan jejak
Candi Renteng. Padahal Candi Renteng lebih kuno dan lebih nyata sebagai sebuah
sejarah bukan hanya legenda asal usul. Sejarah
memerlukan bukti otentik bukan hanya tutur tinular.
Saat ini oleh warga Makam Dalangan diberi Nama Punden
Arum. Namun sejarah sisik melik keberadaan dan sejarah makam perlu juga ditambahi
sebagai deskripsi singkat agar generasi muda tahu legenda di Makam ini. Legenda
tentang asal usul nama Dusun Dalangan. Saya kemudian baru ngeh kenapa di gerbang depan ada gunungan wayang dan tatanan
Pakeliran wayang yang membuat awalnya saya berkerut.
Link Channel Youtube :
Sampai ketemu lagi di enelusuran situs dan candi berikutnya....
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Nb:
1.Maturnuwun kepada rekan rekan Komunitas Dewa
Siwa yang saya repoti ketika mencari literatur jejak Makam Dalangan ini ; Mas
Hendri Samosir, Mas Widjatmiko, mas Eka WP dan Pak Nanang Klisdiarto.
3. Sumber bacaan : Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie 1914.
Inventaris der Hindoe-oudheden op den grondslag van Dr. R.D.M. Verbeek’s Oudheden van Java. Samengesteld op het
Oudheidkundig Bureau onder Leiding van Dr. N.J. Krom.
Saking spesialnya blusukan kali ini adalah kali pertama saya blusukan malam hari. Cerita dimulai ketika saya dipameri link berita oleh pak Nanang Klisdiarto, dimana beliau mendampingi media saat peliputan. Awalnya warga ingin nguri-uri sejarah, saat menggali makam, warga ternyata menemukan banyak stuktur batuan Candi. Link berita :
tak direncanakan bersama Pak Tri Subekso, Mas Eka WP di rumah Pak Nanang, tuan rumah diskusi di tawari ngopi bareng di bale panjang oleh Bapak Ringgo (tokoh masyarakat Baran Kauman), sekalian undangan untuk komunitas Dewa Siwa 'sharing tentang sejarah Baran Gunung kedepan' --- yang akhirnya sekalian kami buat kegiatan silaturahmi komunitas Dewa Siwa bertajuk NGOPI, Ngobrol Gayeng Obyek Peninggalan Situs "Makam Ki Gagus Gunung" Baran Gunung Ambarawa.
undangan di Grup Wa
Walaupun sebenarnya saya sangat menghindari kunjungan kedua kali ke tempat yang sama jika tak ada yang urgen, karena masih banyak situs lain yang perlu diuri-uri. Aslinya salah satu tujuan saya menulis kisah perjalanan di blog ini untuk memandu rekan, sahabat yang juga cinta situs. Tapi karena ini spesial, saya sangat antusias, apalagi ada temuan baru, sehingga menambah cerita blusukan ke lokasi ini : membuktikan dugaan kami di perjalanan edisi pertama (tahun 2018) : Kunjungi ceritanya di link situs-makam-kyai-bagus-gunung-baran Setelah kumpul di Basecamp terlebih dahulu, kami kemudian meluncur menuju "Bale Panjang", Baran Kauman Ambarawa. Beberapa sahabat Komunitas Dewa susul menyusul. Beberapa Warga, juga sahabat dari komunitas Dewa Siwa meriung bareng diskusi pelestarian situs cagar budaya. Sebelum diskusi saya nyempatkan diri untuk berfoto didepan struktur batu candi mirip lingga = dugaan awal adalah bagian atas (kemuncak) candi.
2018
Saat saya penelusuran kesini, tahun 2018, struktur ini masih nempel di tempok depan masjid sisi kanan dekat tempat wudhu. Sambil menunggu rekan-rekan lain bergabung, diskusi dan berbagi wawasan tentang situs seru mengalir dari yang hadir. ketika datang kesempatan saya berbicara, saya memberanikan diri untuk menyampaikan gagasan tentang konsep "Desa Wisata Edukasi Arkeologi", dari pengalaman saya nguri-nguri yang paling tepat untuk situs cagar budaya untuk saat ini ya edukasi. Tapi memang saya sadari untuk menyatukan visi tentu sangat berat. Berbagai keinginan dari warga, motif atau tujuan yang berbeda, tidak dapat di kesampingkan. Apalagi masih banyak yang mengarahkan ke arah sejarah secara mistis. Membayangkan mengajak anak-anak Sekolah datang ke Baran Kauman : "Desa Wisata Edukasi Arkeologi", kemudian dijelaskan mengenai peninggalan yang tersebar di Baran tentu menjadi nguri-nguri yang lebih efektif. Anak-anak jadi semakin tahu, dan akan nyaman ketika berkunjung lagi. Selain anak-sekolah tentu turis, peneliti baik lokal mupun asing pasti berdatangan, secara tidak langsung ada tambahan ekonomi pula bagi masyarakat sekitar. Namun bila sejarah secara mistis? maaf saya tak ingin membahas.
Kegiatan di pungkasi dengan blusukan malam ke lokasi, Dari bale Panjang, kami berjalan kaki menuju Makam Ki bagus Gunung. Suasana malam memberikan suasana yang berbeda, sangat syahdu...
Memang benar, saat ini ada beberapa struktur yang baru saja ditemukan dan saat ini ditata rapi. "Selain dibersihkan kami sedikit beri cat pengilap", jelas salah satu warga. Secara pribadi saya sebenarnya kurang sreg ketiga batuan candi diberi cairan pengilap. wibawanya berkurang, walaupun nampak indah. Tapii bagaimanapun saya tetap apresiasi para warga yang berinisiasi nguri-uri sejarah.
Struktur Batu berelief inilah yang baru saja ditemukan:
Semoga keinginan dan usaha warga desa Baran Gunung ini bisa berhasil dan sukses seperti yang mereka cita-citakan. Melestarikan Situs Makam Kyai Bagus Gunung, dan menginspirasi desa lain yang terdapat pula situs cagar budaya peninggalan kuno.
Ketemu teman, ngobrol... Guyonan.. konon memperpanjang usia.. sederhana tapi ora sepele. Itu pula yang membuat saya tanpa pikir panjang langsung 'kluwer', ketika Lek Tris telp ngabari Mas Seno di kerjaan-nya. Kadang hanya ngobrol ngalor-ngidul bisa sedikit melupakan masalah di kerjaan. Apalagi ada 'Banyu klopo' selalu tersedia setiap nongkrong di lek Trist menambah Klangenan.
Lek Trist area
Ide langsung terlintas untuk menambah keGayengan... selain blusukan di lokasi terakhir Lek Trist nyervis printer, juga teringat pernah beberapa tahun lalu viral kemuncak di lahan Parkir RS bersalin yang telah diamankan di kantor kelurahan. Dan tentu ada rekan dengan social enginering top markotop perlu kami panggil, agar mudah masuk ke kelurahan. Wkwkwk...yang kebetulan pula Mas Eka ini terlibat langsung memindahkan kemuncak tersebut, mungkin mirip Doyok di iklan angkong itu, Hehehhe...
Kemudian kami coba hub Mas Eka WP. Eh nyantol juga, kebetulan punya kebutuhan moodbooster yang sama.
Setelah bercerita nabi-nabi sebentar, plus menikmati sajian khas londo nya Lek Tris (pizza karo donat jane luwih enak pohong goreng), Kami kemudian meluncur ke lokasi.
Ceritanya, tanpa sengaja saat Lek Tris menerima panggilan untuk servis di rumah pelanggan printer nya... Melihat sesuWatu.
Berada di area Sidomulyo Ungaran. Dimana ada beberapa situs yang memang sudah terdeteksi di sini dan beberapa sempat viral.
Paren, Sidomulyo. Lokasi dimana satu struktur batuan Candi berbentuk kotak yang terlihat bermotif, berelief.
Watu candi Paren Sidomulyo Ungaran
Setelah kami bersihkan dari lumt, dan kami balik, penampakan dibagian posisi bawah :
watu candi Paren Sidomulyo
Terdapat jejak bekas usaha pembelahan, untungnya urung dilakukan. Lebih dekat biar nampak jelas ciri yang menunjukkan ini bukan batu biasa saja :
Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
"Dulu banyak, tapi sudah dimanfaatkan untuk pondasi rumah", jelas ibu pemilik rumah. Sambil beliau menunjukkan sisa sisa struktur candi di bawah tatanan bunga diatas pot:
Watu candi Paren Sidomulyo
Keberadaan Batu kotak ini sangat dekat dengan Yoni Sidomulyo juga arca yang berada di rumah di sisi lain.
Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
Sebenarnya masyarakat juga banyak yang sudah paham keberadaan struktur ini membuktikan bahwa dulu ada bangunan candi. Namun memang baru sebatas itu.
Watu Candi Paren Sidomulyo Ungaran
Juga 2 Struktur Batu berbentuk kotak dengan pola di salah satu sisinya (takik) :
Watu candi Paren
Sampai ketemu di naskah berikutnya, yang masih terkait dengan keberadaan Candi di Paren Sidomulyo. Suasana dalam gambar, wajah dengan senyum tanpa batas seperti ini yang kerap ngangeni saat blusukan... heheh
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Kamis, 24 Mei
2018. Tujuan terakhir dari ‘Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan’
di Klero. Yang pertama Sendang Klero, kemudian Situs Makam Kuno di Dusun Poncol
Klero, dan yang terakhir ya yang sahabat baca ini. Dari Poncol, kami keluar
menuju jalan raya, melewati Candi Klero. Keluar gerbang ambil kiri arah Solo.
Setelah Jembatan kembar (tapi tak serupa), langsung ambil kiri. Ingat tepat
setelah jembatan.
Diakhirnya
nanti…. Sebenarnya ada jalan langsung lokasi tepatnya sebelum Puskesmas Tengaran
(yen ra puasa mampir puskesmas iso njaluk traktir …. Apa kabar kawan yang kerja
di Puskesmas Tengaran? Hehehhehe. Sori no name. rahasia! Wakakakka), Mas Eka
Budi berujar, “Kalau lewat jalan cor itu
tak akan tahu sensasi lain…“, maksudnya watu candi yang bertebaran di rumah
penduduk, depan, samping dan belakang rumahnya.
Kami titip parkir
motor di samping warung dekat cucian mobil. Kemudian berjalan kaki menuju
sendang melewati jalan sempit sela rumah warga.
Sampailah,
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Sendang masih
digunakan oleh warga untuk aktivitas.
Tempat Jemuran?
Banyak batu
besar berbentuk kotak, beberapa ada pola.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
“Riyen kathah sanget mas, tapi akeh sing di
colong, kependem juga” seorang warga yang sedang mencuci pakaian bercerita
dengan logat medhoknya, sengaja tak saya translate.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Beningnya Sendang
Tanggi ini menggoda kami untuk menceburkan diri…namun sayang seribu sayang.
Diatas sendang ini ada kandang hewan….
jalan Cor-coran sebelah puskesmas Klero menuju Kalitanggi
Posisinya diatas, dibelakang rumah warga
(posisi sendang memang dibelakang rumah tersebut) “Tau dong bagaimana baunya…
dan mungkin kalian juga berpikiran sama dengan ku… “Bagaimana resapan kotoran itu? Apakah tidak pengaruhi air ini?”…. Achhh!!.
Saya tak mampu berkomentar
banyak… hanya satu kata : Eman! Satu lagi potensi ini terlupakan! Ide
sederhana,kenapa Desa Klero tak
dijadikan desa Wisata? Kemudian asset situs di rekontruksi ulang menjadi sebuah
kawasan wisata sejarah? Begitu susah ya? Candi Klero, 4 situs, Khas Buah Waloh,
kerajinan, sungai besar yang masih bening. Alam yang sejuk…. Pokoknya banyak
potensinya!
Keberadaan
beberapa situs disekitar candi Klero menguatkan dugaan saya selain mestinya
terkait, area ini mungkin dulunya sudah berkembang sebuah pusat (entitas
kerajaan vassal) peradaban.
Saya juga menduga (bahkan yakin!), bahwa petirtaan
megah pernah ada disini. Kenapa bisa saya pribadi menduga seperti itu…. Yang
paling utama; Beberapa tahun lalu, saya mendapatkan cerita dari pamong budaya
kenalan saya, di Sendang ini dulunya ditemukan arca. Sudah pula Kab.Smg 1
menengoknya. Tapi atas dasar kesepakatan bersama arca tersebut dipendam lagi.
Dengan pertimbangan keamanan.
Dari bocoran yang saya terima, arca dengan tangan
4 dan dibawahnya ada sapi. Sudah jelas itu siapa. Semoga tetap aman disana!
Yang kedua,
struktur batu kotak berukuran sangat besar, keberadaan makara, kemuncak mejadi
bukti. “Makara yang ikonik sudah
diselamatkan ke BCB”, jelas Mas Eka Budi. Kemuncak yang terbengkalai di sudut kebun,
Yang ketiga ; kemudian
seperti yang dijanjikan mas Eka, kami juga di tunjukkan beberapa struktur batu
candi. Sambil kami mengakhiri blusukan
kali ini, kami pulang dengan sedikit jalan yang berbeda, masih melewati jalan
depan rumah warga.
Ini berturut
turut sensasi yang dijanjikan :
Kemisan kali
ini, membuktikan bahwa meskipun puasa, tetap blusukan tak menjadikan puasa kami
batal. Tentunya rekomendasi blusukan ke petirtaan saja… wkwkwkwk, iya pora mas
Dhany?
Dhany Putra
Matursembahnuwun mas Eka Budi waktu istirahatnya terganggu (beliau sebenarnya
malam sebelumnya kerja masuk malam).Foto Mas Eka Budi nunggu kiriman...
Salam Pecinta
Situs dan Watu Candi
Sampai ketemu
lagi di Kemisan seru yang akan datang #gantiduet
jadi lupa tak membuat video amatir.