Watu Gong Semarang |
Selasa 4 Desember 2018. Penelusuran sejarah biasanya memang saya lakukan hanya hari kamis. Bila hari lain berarti luar biasa diluar kebiasaan saya. Termasuk hari ini yang memang terjadi karena kebetulan saja. Ceritanya setelah menghadiri Musda IPI Jawa Tengah tahun 2018 di Perpustakaan Provinsi Jawa Tengah (Jalan Sriwijaya-dekat TBRS). Ada rekan dari perpustakaan Kabupaten Karanganyar yang penasaran dengan vihara watugong Semarang. Kebetulan sekalian beli oleh2 buat rekan saya tersebut di Browniss Maylisa Banyumanik plus memang jalur pulang saya (lewat Ungaran)
Ada beberapa rekan yang sebenarnya telah menelusuri jejak sejarah di Watu gong ini, karena nama yang identik dengan sejarah. Sekaligus menelusuri apakah ada keterkaitan dengan beberapa situs di Pudakpayung : Yoni Kalimaling dan Yoni Kalipepe serta Arca Ganesha Pakintelan dan Gunung xxxx (saya lupa namanya dan berada dibelakang Kodam IV Diponegoro hanya terpisah aliran air sungai Kaligarang).
Ada pula sebuah tempat yang pernah menjadi jujukan wisata alam bagi generasi sebelum 80an yaitu "Ondorante" yang melegenda itu. Konon Ondorante adalah tinggalan VOC.
Vihara Watu Gong sendiri adalah salah satu tempat ibadah agama Budha yang terletak di Pudakpayung, Banyumanik, Semarang Jawa Tengah. Lokasi tepatnya berada di depan Markas Kodam IV/Diponegoro.
Setelah parkir ditempat parkir, perhatian saya langsung fokus di Watu Gong" yang berada di pintu Gerbang Masuk Vihara. Ada tetenger tulisan cikal bakal sebuah nama area ini berasal dari watu gong tersebut.
Sulitnya mencari sumber yang bisa menceritakaan asal muasal legenda Watu Gong ini, kearifan lokal yang unik namun tentunya bersejarah karena diabadikan menjadi sebuah nama lokasi.
Pun ketika menyebut Watu Gong tentu tak lepas dari keberadaan entitas/ komunitas peradaban yang pernah bersemayan di sekitarnya (Bukti situs purbakala di sekitar Watu Gong.
Watugong Merupakan batu alam asli yang berbentuk gong yang digunakan sebagai nama kawasan di sekitar vihara sejak dahulu.
Taman Baca Masyarakat Buddhagaya |
Batu tersebut unik karena dipercaya tanpa rekayasa tangan manusia, juga sebagai peninggalan konon dari getuk tular Watu Gong erat kaitan dengan sejarah berakhirnya era Kerajaan Majapahit (tapi sekali lagi getok tular----ampun vonis ya.... hehe).
Saya hanya fokus di Watu gong ini, tapi bukan berarti saya tak menikmati suguhan arsitektur mengagumkan Vihara Watugong.
Juga surprise bagi saya karena ternyata didalam watu gong ada Taman Baca... (Walaupun saat saya kesini sedang tutup.
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar