Situs Turusan, Kec. Mangunsari. Salatiga |
Kamis, 13 Juli 2017. Lanjutan penelusuran 'mengais' jejak Situs Ngreco Desa Kesongo kec.
Tuntang Kabupaten Semarang, memang daerah yang berbatasan langsung dengan Kota
Salatiga. Bersama Suryo Dona & Lek Wahid, sebelum ke Situs Turusan, kami
sempatkan dulu singgah di Prasasti Plumpungan karena salah satu partner
ternyata belum pernah mampir.
Yoni Turusan : berada di Penampungan Plumpungan |
"Moga2 suatu saat kami bisa sowan dan minta diantar nggeh pak... hehhehe.
Dari Prasasti Plumpungan, kemudian kami ambil arah kota
Salatiga, menurut informan Lek Wahid (yang ternyata kemudian kami ketahui
adalah seorang ibu).
"Gang depan SPBU, warna kuning. Masuk sekitar 100m. Disebelah kiri ada gang kecil , RT 07 RW IV." Bunyi informasi tersebut. "Nanti saya antar ke lokasi" tambah beliau di seberang telepon.
"Gang depan SPBU, warna kuning. Masuk sekitar 100m. Disebelah kiri ada gang kecil , RT 07 RW IV." Bunyi informasi tersebut. "Nanti saya antar ke lokasi" tambah beliau di seberang telepon.
Singkat cerita, setelah ketemu dan berkenalan, beliau Ibu
Wani, dan setelah parkir motor di rumah beliau, kemudian kami mengekor,
mengikuti beliau dengan berjalan kaki. Tak jauh ternyata, hanya berbeda gang.
Sampailah kami....
Sampailah kami....
Situs Turusan |
Berada di tengah pekarangan rumah Bapak Djoko, "Yang tersisa di sini hanya beberapa mas, yang lain di bawa
pemkot ke Prasasti Plumpungan" jelas Bapak tersebut.
Beberapa orang penasaran dengan aktivitas kami bersama
Bapak Djoko di pekarangan rumahnya. Salah satunya adalah Mbak Eko, yang ternyata
anak beliau.
"Yang di Plumpungan, paling besar berbentuk Kotak ada lubang ditengahnya (=Yoni) asalnya dari sini.... juga batu segi delapan. Karena padatnya pemukiman sekitar, dulu purbakala memutuskan tak meng-eskavasi, namun saya ingat waktu itu purbakala memastikan seluruh benda cagar budaya agar tetap dilokasi (insitu), namun entah pemkot punya kebijakan lain." Urai mbak Eko.
"Yang di Plumpungan, paling besar berbentuk Kotak ada lubang ditengahnya (=Yoni) asalnya dari sini.... juga batu segi delapan. Karena padatnya pemukiman sekitar, dulu purbakala memutuskan tak meng-eskavasi, namun saya ingat waktu itu purbakala memastikan seluruh benda cagar budaya agar tetap dilokasi (insitu), namun entah pemkot punya kebijakan lain." Urai mbak Eko.
Antefik : Situs Turusan |
Seperti yang diceritakan kepada kami, sebuah Tragedi yang
menjadi sejarah masyarakat Turusan puluhan tahun yang lalu.
Konon, boleh percaya atau tidak. Sepekan setelah Yoni Turusan
dipindahkan, banyak warga yang meninggal berturut turut selama sebulan.
Selama satu bulan tersebut, kadang satu hari 2 warga yang meninggal, terpaut satu hari atau satu minggu.
Total yang meninggal 14 warga. Yang semuanya berstatus duda. Entah mengapa. Tak pernah diteliti sebab nasabahnya. Hanya rata-rata mendadak meninggal.
Dengan kejadian tersebut, beberap warga berinisiatif memendam batu yang berada di seputaran rumahnya, seperti sebuah arca yang di diceburkan ke sumur yang dalam. Respon yang patut dimaklumi.
Ngobrol dengan pemilik rumah : Situs Turusan |
Selama satu bulan tersebut, kadang satu hari 2 warga yang meninggal, terpaut satu hari atau satu minggu.
Total yang meninggal 14 warga. Yang semuanya berstatus duda. Entah mengapa. Tak pernah diteliti sebab nasabahnya. Hanya rata-rata mendadak meninggal.
Dengan kejadian tersebut, beberap warga berinisiatif memendam batu yang berada di seputaran rumahnya, seperti sebuah arca yang di diceburkan ke sumur yang dalam. Respon yang patut dimaklumi.
Jika dieskavasi juga tak mungkin
karena padat rapatnya pemukiman, jika dipindah takut mendatangkan malapetaka.
"Dulu kala di dekat situs ada sumber air yang
cukup besar, namun saat ini sudah berubah menjadi rumah", mbak Eko
menambahkan. Dari cerita beliau pula, sumber air itu mirip dengan petirtaan,
karena ciri ciri tatanan batu yang ada.
Lingga Situs Turusan |
Video Amatir di Situs Turusan :
Foto Bertiga, Saya, Suryo Dona dan lek Wahid :
Di Situs Turusan |
Salam peradaban
Nb:
Tambahan Cerita dari Bu Wani (beberapa saat setelah saya publish naskah ini beliau menghubungi Lek Wahid dan menambahkan cerita ini), Sesaat setelah dipindah ke Penampungan sementara di Situs Prasasti Plumpungan. konon penampungan berubah menyeramkan. Sering terdengar suara tangisan lirih namun menyayat hati. Entah karena apa. Kemudian berangsur-angsur hilang setelah warga sekitar mengadakan selamatan.
Nb:
Tambahan Cerita dari Bu Wani (beberapa saat setelah saya publish naskah ini beliau menghubungi Lek Wahid dan menambahkan cerita ini), Sesaat setelah dipindah ke Penampungan sementara di Situs Prasasti Plumpungan. konon penampungan berubah menyeramkan. Sering terdengar suara tangisan lirih namun menyayat hati. Entah karena apa. Kemudian berangsur-angsur hilang setelah warga sekitar mengadakan selamatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar