Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
Jumat, 17 maret 2017. Sebenarnya baru dua hari yang
lalu saya ‘blusukan’, menelusuri jejak peradaban di Ngobo Wringinputih Bergas.
Namun beberapa informasi baru tentang batu purbakala membuat saya menyusun
strategi. Jumat ini kebetulan saya juga ada bazaar buku yang harus saya
dokumentasikan di Perpus Ambarawa. Mencari target guide, siasat saya untuk mencari rekan agar di terke. Setelah yakin, sasaran tembak saya adalah di manusia mantan
andeng-andeng yang dengan anehnya selalu menemukan yang menurut keyakinan saya
karena andeng-andengnya itu, seperti antena pencari, pendeteksi. Namun sayangnya, Si target ini malah
menghilangkan alat pencarinya itu (=andeng andeng). Foto yang menjadikan oknum ini target guide saya
Setelah mendokumentasikan kegiatan di perpustakaan
Ambarawa, Saya antarkan terlebih dahulu 2 Eka yang saya jadikan target saya ini
ke Situs Lumpang kaliputih dan Umpak Kalipawon. Kemudian kami langsung menuju
Ngrawan Lor, Karena Suara panggilan Ibadah Salat Jumat sudah berkumandang, kami
langsung mencari masjid. Kali ini Masjid Istijab di Perum Mustika Jati Bawen.
Namun karena jam ditangan belum waktunya adzan, setelah parker di belakang
masjid. Dan dengan tatapan jamaah yang sudah didalam masjid, 2 Eka nengok Mbah
Nandi, dimana lokasinya 100m dari masjid ini. Saya tunggu beberapa waktu, saya
kemudian nyusul, saat ketemu, hanya
dengan bahasa mata kami bertiga (namun bukan pandangan seperti seorang kekasih
lo ya)… kami langsung sepakat sambil nunggu adzan. Kami berjalan kaki menuju
Lumpang Ngrawan. Tak sampai 2 menit dari masjid, posisi Lumpang ada dibelakang
warung kelontong arah jalan tembus Bawen-Gembol.
Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
Watu Lumpang berada di depan rumah Mbah Taslan (no
rumah 55, RT 03/RW 05.saya melihat di papan penanda rumah beliau). Beruntungnya, beliau ada
dirumah dan ramahnya Kakek yang berusia lebih dari 80 tahun ini menerima kami dengan
tangan terbuka, mempersilahkan untuk mengabadikan Watu Lumpang yang berada
didepan rumah beliau.
Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
“Kulo lair
tahun 35, watu niku mpun wonten teng mriku awit jamanipun mbah buyut kulo”,
cerita mbah Taslan dalam bahasa jawa. ---saya sengaja tak mentranslate.
“Dhek mbiyen, kene ki rowo, ning sebelah kono kae, ono sumber air sing
gede banget, sebelahe ono watu lumpang sing luwih gede seko ini. Trus karo mbah
kyai diwalik nggo mbumpeti sumber mau. Makane
saiki iso dadi omah omah sing ramene koyo saiki”, tambah Mbah Taslan sambil
menunjuk arah.
Dan watu lumpang yang dibalik itu, Mbah Taslan masih yakin ada
diposisi semula namun sekarang ada diruang tamu anak keturunan mbah Kyai yang
dulu membalik Lumpang tersebut. (Sebuah cerita menarik yang patut ditelusuri).
Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
Kondisi Watu Lumpang masih lumayan (terawat) namun
ada beberapa bagian yang rusak. Beberapa sumber memberikan deskripsi fungsi
Watu Lumpang, Ada yang dibuat sebagai penanda tanak sima (perdikan) dengan ciri
khas spesifik dan spesial, misal ada tulisan/ inskripsinya.
Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
Ada pula sumber
lain yang menjelaskan tentang fungsi lumpang untuk menumbuk sajen yang
digunakan untuk ritual penyembahan para dewa saat masa tanam/panem. Juga ada
yang berfungsi hanya untuk menumbuk padi.
Saat ngobol panjang lebar, Adzan Masjid Istijab sudah
memanggil kami untuk Salah Jumat, kami berpamitan dan mengucapkan terimakasih
atas sambutan dan tentu saja apresiasi tinggi kepada Mbah Taslan yang masih
mempertahankan Watu Lumpang Ini.
Ngobrol dengan Mbah Taslan : Watu Lumpang Ngrawan Lor Bawen |
Semoga tak
hanya kami yang mencoba membangkitkan kembali peradaban lama yang dikaji dan
dipelajari untuk pengalaman dimasa yang akan datang.
Salam Peradaban!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar