Watu Lumpang Takongan Desa Puguh Boja Kendal |
Berawal dari obrolan saat 'jagongan mantu' di rumah tetangga. Duduk disebelah saya, seumuran dengan saya nampak asing bagi saya, setelah ngobrol, ternyata aslinya orang Desa Puguh Kec. Boja yang istrinya tetangga, Mas Siyo namanya. Singkat kata, karena teringat banyaknya situs di daerah Gonoharjo, sampailah pada cerita tentang Yoni Situs Gonoharjo, Candi Argosumo. Eh tanpa saya duga, mas Siyo bercerita tentang keberadaan watu lumpang di daerah asalnya (Puguh juga dekat dengan desa Gonoharjo). Langsung masuk radar agenda saya.
Menuju lokasi situs, saya berangkat dari Rumah di gunungpati. Saya melalui jalur menuju Boja. Setelah melewati Kantor kecamatan Mijen di daerah bubakan. Saya ambil kiri (satu arah menuju Makam Sunan Bathok). jalan terus sampai ketemu dengan Desa Puguh.
Setelah melewati SD/ Kantor desa Puguh (maaf saking lamanya dokumentasi mbolang ini tak segera saya tuangkan di blog, jadi terlupa).
Saya rehat sebentar, karena selain siang itu panas menyengat, kondisi jalan termasuk rusak parah stadium III.
Sambil menghubungi Mas Siyo, juga beli air mineral. Setelah mendapatkan petunjuk, keberadaan watu lumpang ternyata ada di dusun Takongan Desa Puguh. Saya segera bertanya kepada ibu bakoel warung. Setelah di beri ancer2, segera saya meluncur, petunjuk keberadaan toko "SINAR DUNIA, ikuti panah petunjuk itu masuk gang sebelah kanan.
Kira-kira 30m kemudian ada jalan makadam yang turun sedikit curam. Sobat berhati-hati tentunya. Penampakan jalan menuju Takongan
Kebetulan ada seorang Bapak Petani, saya bertanya kepada beliau, kalau tidak salah Bapak Sumarsono. Petani penggarap dimana saya berhenti. Gambar titik pertama saya berhenti dan bertanya pada Bapak Sumarsono :
"Setahu saya dulu ada mas, di pojokan desa", kata Bapak Sumarsono. "Saya antar saja, daripada kebingungan". tambah beliau.
Sambil menelusuri beliau bercerita," dulu ada yang memindahkan dengan mendorong ke bawah "Digelindingke", namun anehnya batu itu kembali lagi. Tak lama kemudian, yang memindah itu tak bisa melihat alias buta".
Namun, Watu lumpang yang oleh Bapak suparsono disebut watu lumpang yang sudah jadi dan bagus, berbentuk kotak ternyata sudah di pendam sekitar 2m di sawah warga.
Kemudian oleh warga terebut (kalau tidak salah bapak kadus), malah memberitahukan di bawah kandang ternak ayam ada watu lumpang. "Bentuknya beda mas, di kandang itu bulat, kalo yang dipendam berbentuk kotak," jelas warga tersebut.
Obat rasa kecewa, akhirnya saya kembali lagi. Sesuai petunjuk yang saya dapat, Watu Lumpang berada di bawah kandang ayam.
Dan itu sudah saya lihat saat berhenti di titik pertama tadi. Di bawah kandang Watu Lumpang Berada :
Situs Takongan Desa Puguh
Bapak Sumarsono bercerita, "Dulu sempat dibawa pulang pemilik lahan, namun tak berapa lama kemudian tanahnya longsor. Kemudian dikembalikan lagi di tempat semula".
Saat saya keasyikan mendokumentasikan watu lumpang dusun Takongan ini. Bapak sumarsono tiba-tiba pamit dan langsung pergi. "Ach...saya belum sempat salaman dan foto bersama untuk kenang-kenangan", "Ya sudah tulisan ini saya dedikasikan untuk beliau saja".
Watu lumpang, pada jaman dahulu sebagai bagian kehidupan masyarakat yang agraris/ pertanian. Difungsikan untuk menumbuk padi dan digunakan pula dalam ritual setelah panen padi, yang berfilosofi syukur atas karunia melimpah dari Dewi Sri... "Selain syukur atas karunia Yang kuasa, bergandengan dengan tampah, orang jawa ketika memilih beras yang akan dimasak 'ditapeni' .... selalu yang ditumbuk adalah yang terbaik. Dan apa yang dipersembahkan adalah yang terbaik, sehingga panen kedepan akan jauh lebih melimpah...
Beruntungnya saya ketika ke sini, kandang belum diisi ayam. Sehingga masih higienis, tak terbayangkan bila sudah penuh ayam. Semoga ini menjadi perhatian pemilik. Barangkali ditutupi/ di geser sedikit. Respect please!
"Semoga, suatu saat Watu lumpang kotak, berelief yang terpendam itu jika terangkat saya masih bisa ikut melihatnya..... ingin tahu...umpak, yoni atau apa...."
Menuju lokasi situs, saya berangkat dari Rumah di gunungpati. Saya melalui jalur menuju Boja. Setelah melewati Kantor kecamatan Mijen di daerah bubakan. Saya ambil kiri (satu arah menuju Makam Sunan Bathok). jalan terus sampai ketemu dengan Desa Puguh.
Toko Sinar dunia : menuju Takongan |
Saya rehat sebentar, karena selain siang itu panas menyengat, kondisi jalan termasuk rusak parah stadium III.
Gang menuju Dusun Takongan. |
Kira-kira 30m kemudian ada jalan makadam yang turun sedikit curam. Sobat berhati-hati tentunya. Penampakan jalan menuju Takongan
Dusun Takongan Puguh Limbangan |
"Setahu saya dulu ada mas, di pojokan desa", kata Bapak Sumarsono. "Saya antar saja, daripada kebingungan". tambah beliau.
Sambil menelusuri beliau bercerita," dulu ada yang memindahkan dengan mendorong ke bawah "Digelindingke", namun anehnya batu itu kembali lagi. Tak lama kemudian, yang memindah itu tak bisa melihat alias buta".
Namun, Watu lumpang yang oleh Bapak suparsono disebut watu lumpang yang sudah jadi dan bagus, berbentuk kotak ternyata sudah di pendam sekitar 2m di sawah warga.
Kemudian oleh warga terebut (kalau tidak salah bapak kadus), malah memberitahukan di bawah kandang ternak ayam ada watu lumpang. "Bentuknya beda mas, di kandang itu bulat, kalo yang dipendam berbentuk kotak," jelas warga tersebut.
Obat rasa kecewa, akhirnya saya kembali lagi. Sesuai petunjuk yang saya dapat, Watu Lumpang berada di bawah kandang ayam.
Kandang Ayam dimana dibawahnya Watu Lumpang |
Situs Takongan Desa Puguh
Watu Lumpang Dusun Takongan Puguh Boja |
Bapak Sumarsono bercerita, "Dulu sempat dibawa pulang pemilik lahan, namun tak berapa lama kemudian tanahnya longsor. Kemudian dikembalikan lagi di tempat semula".
Watu lumpang Takongan |
Watu lumpang, pada jaman dahulu sebagai bagian kehidupan masyarakat yang agraris/ pertanian. Difungsikan untuk menumbuk padi dan digunakan pula dalam ritual setelah panen padi, yang berfilosofi syukur atas karunia melimpah dari Dewi Sri... "Selain syukur atas karunia Yang kuasa, bergandengan dengan tampah, orang jawa ketika memilih beras yang akan dimasak 'ditapeni' .... selalu yang ditumbuk adalah yang terbaik. Dan apa yang dipersembahkan adalah yang terbaik, sehingga panen kedepan akan jauh lebih melimpah...
Beruntungnya saya ketika ke sini, kandang belum diisi ayam. Sehingga masih higienis, tak terbayangkan bila sudah penuh ayam. Semoga ini menjadi perhatian pemilik. Barangkali ditutupi/ di geser sedikit. Respect please!
"Semoga, suatu saat Watu lumpang kotak, berelief yang terpendam itu jika terangkat saya masih bisa ikut melihatnya..... ingin tahu...umpak, yoni atau apa...."
Salam Pecinta Situs
Sampai ketemu di kisah Mbolang Situs selanjutnya...
Mari Kunjungi dan Lestarikan....
Gabung yuk...di Grup FB Pecinta Situs DEWA SIWA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar