(05)
Raja Bali
bernama Bejo-sengara. Ia ingin beroleh putera. Ia berdoa kepada dewa-dewa.
Dalam mimpinya ia mendapat isyarat dari dewa-dewa supaya pergi ke hutan, disana
ia akan memperoleh anak pria, yang boleh diambilnya sebagai anak. Setelah ia
bangun, diperintahnya kepada patih untuk mengumpulkan orang, yang akan
mengiringnya kedalam hutan. Mereka sampai di hutan.
Candra-kirana
yang seorang diri dalam hutan, banyak menemui bahaya. Binatang-binatang
mengormatinya dan tidak ada yang mengganggunya. Ia mengaduh, didalam hati ia
meminta tolong kepada Panji. Akhirnya ia berusaha bermeditasi. Karenanya para
dewa jadi gelisah, keinderaan geger oleh dianya.
Para dewa
dibawah pimpinan Narada, meminta nasehat Batara Guru. Batara Guru memerintahkan
kepada Narada unyuk segera turun menemui Candra-kirana. Narada dating kepadanya
dan menghiburnya. Orag keramat itu merobahnya menjadi seorang pria dan
diberinys nama Raden jaya-lengkara.
Buah dadanya
itu selamanya harus dipercayakan kepada pohon Cangkring. Dan rambutnya kepada
pohon Waringin. Ia juga akan menjadi Raja Bali. Dan apabila kemudian Bali kalah
perang, ia akan menemukan Panji kembali. Narada menghilang.
Raja
Bejo-sengara ketika berburu, melihat pemuda yang elok dari jauh. Ia mendekatinya
dan memeluknya. Segera ia memerintahkan supaya pulang ke keraton. Sesampai di keraton raja itu
menanyakan pemuda itu namanya dan sebagainya.
Pemuda itu
mrnjawab : Jajalengkara, ayah dan ibu saya sudah meninggal, burung merak
menjaga saya supaya jangan kedinginan, kidang dan rusa member saya susu”. Sang
raja jatuh kasihan kepadanya. Ia diangkatnya jadi anaknya. Apabila raja masuk
taman kepuntren. Diperkenalkannya anak angkatnya itu kepada sang ratu. Sekalian
wanita dalam tamansari kepuntren jatuh cinta pada anak muda itu.
Ragil Kuning
(onengan) kesasar kedalam sebuah gua di gunung Canawi. Ia seorang diri dan
tidak berani meninggalkan tempat persembunyiannya. Dari tempat tersembunyi
muncul didepannya Batara Bayu, yang menanyakan apa keinginannya. Dijawabnya
bahwa ia ingin bertemu kembali saudaranya, dewa itu menyuruhnya bersabar dan
merubahnya menjadi seorang pemuda. Rambutnya harus dipercayakan pada pohon
bibis dan buah dadanya pada pohon kapok. Selanjutnya ia harus mengabdikan diri
pada Raja Bali. Setelah ia mempelajari ajian Bayu pitu dan kumajan dari dewa
itu, ia pun diberi nama Kuda-jajasmara. Ia akan bertemu dengan saudaranya
setelah perang Bali.
Saat ini ia
harus mengabdikan diri pada Raja Bali, Bayu menghilang. Jajasmara memulai
perjalanan. Sadulumur dan Prasanta mencari tuannya kemana-mana. Setelah tujuh
hari berjalan, mereka tidak menemukan kampung sebuahpun. Sadulumur bercerita
tentang mimpinya memukul isterinya.akhirnya mereka melihat dari jauh sebuah
pertapaan dan mereka menuju kesitu. Pertapaan itu terletak di lereng gunung
yang bernama Danaraja. Pertapaan itu sendiri bernama Ganawisnu. Mereka diterima
dengan baik oleh sang pertapa. Ia sudah mengetahui segala hal yang sudah
terjadi. Kedua tamu itu mendapat nama lain dari sang pertapa dan mereka harus
mengabdikan diri pada Raja Bali. Untuk makanan dalam perjalanan mereka diberi
dua kerucut nasi yang besar. Mereka meninggalkan pertapaan.
Setelah Raja
Bali wafat, digantikan oleh putera (angkatnya) yang baik sekali sebagai raja.
Raja muda yang baru itu menerima para pembesarnya. Upacara-upacara dibawa oleh
orang-orang yang cacat badannya.
Jajasmara
tiba di istana Raja Jajalengkara. Ia diakui oleh raja sebagai adiknya dan
diangkat sebagai kepala pasukan taruna. Tidak lama kemudian datang ki Agung dan
Kicau, demikianlah nama samarannya Sadulumur dan Prasanta, menemui raja. Mereka
diterima dengan baik dan masing-masing diangkat jadi Bupati gedong dan
Panglima.
Jaja-kusuma
(Panji) masih berada di cemara. Ia pergi kepada kakanya sang raja, hendak
pamitan untuk melaksanakan perintah para dewa. Sang raja memberinya izin.
Perahu-perahu disiapkan. Panji dan isterinya beserta pengiringnya diantarkan
orang ke pelabuhan. Kapal-kapal Panji berangkat ke laut, tidak diceritakan
perjalannya, Panji tiba di Kerajaan Urawan (Bauwarna), dimana sang raja sedang
dihadap oleh para pembesar, antara lain patih Jaja-singa, Tumenggung Bancak
Saputra dan Rangga Sawung-galing. Dalam pada itu, Panjipun sampai dan menghadap
raja, raja terkejut, karena tamunya itu mirip sekali dengan putera mahkota
Jangagala, tapi ia tidak percaya akan persangkaannya.
Sementara itu
Raja Jenggala Manik sudah mendengar berita, bahwa puteranya dan anak buahnya
mendapat kecelakaan di laut. Orang tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah
meninggal. Puteranya yang sulung Braja-nata dan Lempung-karas mendapat perintah
untuk mencari Panji.
Tapi kedua
bersaudara itu terpisah. Brajanata sampai di pegunungan Wilis, dimana ia
melakukan tapa. Tempat kediamannya disebut andong asmara. Ia sendiri memakai
nama lain, yaitu Wasi Turiga-nata.pelayannya yang dijadikan pembantu bernama
Kartiraga. Karena tapanya, ia menjadi pelihat. Lempung-karas menemukan jalannya
sendiri, dikawal oleh kedua pelayannya bernama paras dan paron. Siang malam ia
berjalan masuk ke hutan keluar hutan. Setelah berjalan setengah bulan. Ia
sampai di beberapa kampung di kerajaan Patani. Ia beristirahat di bawah
sebatang pohon, kakinya diurut oleh pelayan-pelayannya. Karena angin sejuk, ia
tertidur sejenak dan bermimpi, bahwa ia bertemu dengan puteri Raja Patani,
Puteri itu bernama Bintaro. Waktu ia bangun, dipeluknya salah seorang
pelayannya, yang amat terkejut oleh perbuatannya itu. Saat ini barulah ia tahu,
bahwa ia bermimpi. Disuruhnya tanyakan kepada seorang petani, dimana mereka
saat ini. Petani itu menjawab di Patani, ibukota hanya tinggal sehari lagi
perjalanan. Lempung-karas bermaksud hendak pergi ke kota, tapi lebih dulu ia
mengganti nama, yaitu Astra-miruda. Puteri Patani pun mendapat mimpi yang sama.
Dilukiskan kecantikannya. Kepada orang tuanya ia bercerita tentang mimpinya dan
disuruhnya cari orang yang dilihat dalam mimpinya itu. Sang patih diperintahkan
untuk itu. Tidak jauh dari luar kota ditemukannya orang yang dicarinya itu.
Sang pangeran
dengan kedua anak buahnya dibawa oleh sang patih menghadap raja. Setelah asal
usulnya dan sebagainya, ia dibawa ke keraton dimana ia bertemu sang Puteri.
Perkawinan dilangsungkan.
Hari malam.
Adegan dalam kamar. Paras mencoba menggoda seorang emban. Emban berkata bahwa Paras
masih anak-anak, dijawab oleh Paras : Dimana Pakepung (pengepunga
Surakarta ketika pemerintahan Inggris)
aku sudah setahun.
Serat
selanjutnya : Raja Urawan
Diketik
ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi “Nguri-Uri Budaya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar