Laman

Kamis, 16 September 2010

Serat Panji Asmara Bangun : Bejo Sengara


 Bejo Sengara
 (05)

Raja Bali bernama Bejo-sengara. Ia ingin beroleh putera. Ia berdoa kepada dewa-dewa. Dalam mimpinya ia mendapat isyarat dari dewa-dewa supaya pergi ke hutan, disana ia akan memperoleh anak pria, yang boleh diambilnya sebagai anak. Setelah ia bangun, diperintahnya kepada patih untuk mengumpulkan orang, yang akan mengiringnya kedalam hutan. Mereka sampai di hutan.
Candra-kirana yang seorang diri dalam hutan, banyak menemui bahaya. Binatang-binatang mengormatinya dan tidak ada yang mengganggunya. Ia mengaduh, didalam hati ia meminta tolong kepada Panji. Akhirnya ia berusaha bermeditasi. Karenanya para dewa jadi gelisah, keinderaan geger oleh dianya.
Para dewa dibawah pimpinan Narada, meminta nasehat Batara Guru. Batara Guru memerintahkan kepada Narada unyuk segera turun menemui Candra-kirana. Narada dating kepadanya dan menghiburnya. Orag keramat itu merobahnya menjadi seorang pria dan diberinys nama Raden jaya-lengkara.
Buah dadanya itu selamanya harus dipercayakan kepada pohon Cangkring. Dan rambutnya kepada pohon Waringin. Ia juga akan menjadi Raja Bali. Dan apabila kemudian Bali kalah perang, ia akan menemukan Panji kembali. Narada menghilang.
Raja Bejo-sengara ketika berburu, melihat pemuda yang elok dari jauh. Ia mendekatinya dan memeluknya. Segera ia memerintahkan supaya pulang  ke keraton. Sesampai di keraton raja itu menanyakan pemuda itu namanya dan sebagainya.
Pemuda itu mrnjawab : Jajalengkara, ayah dan ibu saya sudah meninggal, burung merak menjaga saya supaya jangan kedinginan, kidang dan rusa member saya susu”. Sang raja jatuh kasihan kepadanya. Ia diangkatnya jadi anaknya. Apabila raja masuk taman kepuntren. Diperkenalkannya anak angkatnya itu kepada sang ratu. Sekalian wanita dalam tamansari kepuntren jatuh cinta pada anak muda itu.
Ragil Kuning (onengan) kesasar kedalam sebuah gua di gunung Canawi. Ia seorang diri dan tidak berani meninggalkan tempat persembunyiannya. Dari tempat tersembunyi muncul didepannya Batara Bayu, yang menanyakan apa keinginannya. Dijawabnya bahwa ia ingin bertemu kembali saudaranya, dewa itu menyuruhnya bersabar dan merubahnya menjadi seorang pemuda. Rambutnya harus dipercayakan pada pohon bibis dan buah dadanya pada pohon kapok. Selanjutnya ia harus mengabdikan diri pada Raja Bali. Setelah ia mempelajari ajian Bayu pitu dan kumajan dari dewa itu, ia pun diberi nama Kuda-jajasmara. Ia akan bertemu dengan saudaranya setelah perang Bali.
Saat ini ia harus mengabdikan diri pada Raja Bali, Bayu menghilang. Jajasmara memulai perjalanan. Sadulumur dan Prasanta mencari tuannya kemana-mana. Setelah tujuh hari berjalan, mereka tidak menemukan kampung sebuahpun. Sadulumur bercerita tentang mimpinya memukul isterinya.akhirnya mereka melihat dari jauh sebuah pertapaan dan mereka menuju kesitu. Pertapaan itu terletak di lereng gunung yang bernama Danaraja. Pertapaan itu sendiri bernama Ganawisnu. Mereka diterima dengan baik oleh sang pertapa. Ia sudah mengetahui segala hal yang sudah terjadi. Kedua tamu itu mendapat nama lain dari sang pertapa dan mereka harus mengabdikan diri pada Raja Bali. Untuk makanan dalam perjalanan mereka diberi dua kerucut nasi yang besar. Mereka meninggalkan pertapaan.
Setelah Raja Bali wafat, digantikan oleh putera (angkatnya) yang baik sekali sebagai raja. Raja muda yang baru itu menerima para pembesarnya. Upacara-upacara dibawa oleh orang-orang yang cacat badannya.
Jajasmara tiba di istana Raja Jajalengkara. Ia diakui oleh raja sebagai adiknya dan diangkat sebagai kepala pasukan taruna. Tidak lama kemudian datang ki Agung dan Kicau, demikianlah nama samarannya Sadulumur dan Prasanta, menemui raja. Mereka diterima dengan baik dan masing-masing diangkat jadi Bupati gedong dan Panglima.
Jaja-kusuma (Panji) masih berada di cemara. Ia pergi kepada kakanya sang raja, hendak pamitan untuk melaksanakan perintah para dewa. Sang raja memberinya izin. Perahu-perahu disiapkan. Panji dan isterinya beserta pengiringnya diantarkan orang ke pelabuhan. Kapal-kapal Panji berangkat ke laut, tidak diceritakan perjalannya, Panji tiba di Kerajaan Urawan (Bauwarna), dimana sang raja sedang dihadap oleh para pembesar, antara lain patih Jaja-singa, Tumenggung Bancak Saputra dan Rangga Sawung-galing. Dalam pada itu, Panjipun sampai dan menghadap raja, raja terkejut, karena tamunya itu mirip sekali dengan putera mahkota Jangagala, tapi ia tidak percaya akan persangkaannya.
Sementara itu Raja Jenggala Manik sudah mendengar berita, bahwa puteranya dan anak buahnya mendapat kecelakaan di laut. Orang tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah meninggal. Puteranya yang sulung Braja-nata dan Lempung-karas mendapat perintah untuk mencari Panji.
Tapi kedua bersaudara itu terpisah. Brajanata sampai di pegunungan Wilis, dimana ia melakukan tapa. Tempat kediamannya disebut andong asmara. Ia sendiri memakai nama lain, yaitu Wasi Turiga-nata.pelayannya yang dijadikan pembantu bernama Kartiraga. Karena tapanya, ia menjadi pelihat. Lempung-karas menemukan jalannya sendiri, dikawal oleh kedua pelayannya bernama paras dan paron. Siang malam ia berjalan masuk ke hutan keluar hutan. Setelah berjalan setengah bulan. Ia sampai di beberapa kampung di kerajaan Patani. Ia beristirahat di bawah sebatang pohon, kakinya diurut oleh pelayan-pelayannya. Karena angin sejuk, ia tertidur sejenak dan bermimpi, bahwa ia bertemu dengan puteri Raja Patani, Puteri itu bernama Bintaro. Waktu ia bangun, dipeluknya salah seorang pelayannya, yang amat terkejut oleh perbuatannya itu. Saat ini barulah ia tahu, bahwa ia bermimpi. Disuruhnya tanyakan kepada seorang petani, dimana mereka saat ini. Petani itu menjawab di Patani, ibukota hanya tinggal sehari lagi perjalanan. Lempung-karas bermaksud hendak pergi ke kota, tapi lebih dulu ia mengganti nama, yaitu Astra-miruda. Puteri Patani pun mendapat mimpi yang sama. Dilukiskan kecantikannya. Kepada orang tuanya ia bercerita tentang mimpinya dan disuruhnya cari orang yang dilihat dalam mimpinya itu. Sang patih diperintahkan untuk itu. Tidak jauh dari luar kota ditemukannya orang yang dicarinya itu.
Sang pangeran dengan kedua anak buahnya dibawa oleh sang patih menghadap raja. Setelah asal usulnya dan sebagainya, ia dibawa ke keraton dimana ia bertemu sang Puteri. Perkawinan dilangsungkan.
Hari malam. Adegan dalam kamar. Paras mencoba menggoda seorang emban. Emban berkata bahwa Paras masih anak-anak, dijawab oleh Paras : Dimana Pakepung (pengepunga Surakarta  ketika pemerintahan Inggris) aku sudah setahun.

Serat selanjutnya : Raja Urawan
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi “Nguri-Uri Budaya”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar