Saparan, tradisi Unik bin Ngangeni di Sumogawe Getasan |
Getasan, 28 Oktober 2019. Tidak bisa dipungkiri.... Nusantara ini memang punya ribuan tradisi banyak suku, bahasa, dan adat istiadat. "Saparan", salah satunya tradisi yang langka yang masih eksis di dunia yang sekarang mulai egois ini.
Sebelum saya cerita banyak tentang Saparan di Sumogawe, saya ceritakan dulu naskah ini karena saya tak sengaja menjadi salah satu peserta #tripwithblogger2019.
Dari judul itu tentu awalnya saya tak percaya diri... dari 25 list peserta, yang masih menggunakan blogspot seperti saya tinggal beberapa, namun yang membuat saya tertarik tentu saja destinasi Desa Sumogawe ada dusun yang bernama Kenteng. Bagi saya Pribadi itu berarti banyak!
Kegiatan #tripwithblogger2019 yang diadakan oleh Dinas Pariwisata kabupaten Semarang ini memang berniat promosi melalui jalan milenial, alias lewat media sosial termasuk blogger. Start jam 8 dari Dinas Pariwisata yang berada di Tapal batas kota Ungaran.
Peserta Kirab Budaya Merti Dusun Sumogawe |
Rombongan disambut dengan ramah para among tamu "Merti Dusun Sumogawe", disajikan pula berbagai jajanan khas desa, seperti tiwul, tape ketan, telo godhog, timus, jagung godhog. Tak lupa tentu saja produk unggulan Sumogawe... Susu Sapi.
Ken Nyusu : Sumogawe |
Kirab Budaya, Merti Dusun Sumogawe |
Merti Dusun di meriahkan dengan kirab budaya, secara berkelompok warga mengeluarkan kreasinya dari hasil bumi dan seni yang berada di Sumogawe.
Ketua Panitia dalam sambutan kali ini, mengungkapkan tujuan diadakan merti dusun hakikatnya bersyukur kepada yang maha Kuasa atas limpahan karunia kepada segenap warga Desa Sumogawe.
Tradisi Luaran : Merti Dusun Sumogawe Getasan |
Setelah ritual budaya dipimpin oleh sesepuh desa, kemudian ada "Luaran", yang dilakukan oleh Pak Kades dan jajarannya. Penuh simbol yang berarti mengurai keruwetan kehidupan sekaligus agar ritual budaya 'Merti dusun' dan 'Saparan' berjalan lancar. Caranya Janur ditarik sampai terlepas ikatan.
Makan Bersama setelah Doa bersama : Merti Dusun Sumogawe |
Kemudian dilanjutkan dengan makan bersama, tumpeng dan semua masakan yang di sedekahkan warga.
Cukup menggiurkan.... selain pete goreng tentu saja semur jengkol favorit penulis... selain gudangan tentunya.. hahahaha.
ada jengkol di Meri Dusun Sumogawe |
Sambil menikmati hidangan tamu undangan dan warga masyarakat disuguhi tari Keprajuritan,
Tari keprajuritan : Merti Dusun Sumogawe |
Setelah kenyang.... Mulailah kami dibagi per kelompok (5 orang) untuk tahu "Saparan"....
Pebagian Kelompok Trip with Blogger 2019 : Eksplor Saparan Dusun Sumogawe |
Suasana nampaknya mirip dengan lebaran, "Bahkan Lebih ramai", timpal Mas Surya. "Karena kalau lebaran semua saling silaturahmi, namun Saparan ini uniknya hanya Dusun Sumogawe yang menjadi tujuan bersilaturahmi. Jadi ramai". tambah Mas Surya.
"Nanti kita akan langsung ke rumah warga, untuk mengetahui esensi Saparan", ajak Mas Surya. Kami mengekor sambil melihat semua rumah warga penduduk mengeluarkan kursi dan mejanya, sementara di atas meja banyak toples berisi masakan. Sementara didalam lantai rumah digelar karpet atau tikar di suguhi toples makanan pula.
"Saking dinantinya, saparan ini sebagai sebuah cara bersilaturahmi dengan saudara, handaitulan teman bahkan orang yang tak dikenalpun dipersilahkan masuk. "Nambah seduluruan, sekaligus hidangan sebagai sebuah simbol sedekah untuk mensyukuri nikmat yang maha kuasa", jelas bapak Sunar Prasetyo, tuan rumah .
Di Rumah Bapak Sunar Prasetyo : #tripwithblogger2019 , Mas Surya Ketua Pokdarwis Ken Nyusu memandu kami |
Beberapa Makanan yang harus kami makan #tripwithblogger2019 |
Saat kami sedang ngobrol dengan tuan rumah, tamu berduyun-duyun menempati tempat yang disediakan. suasana lebaran malah lebih ramai nampak. Rasanya bahagia bila rasa silaturahmi, persaudaraan masih dijunjung tinggi seperti ini.
Dan ternyata..... Ketika 'Saparan', kita bertamu ke rumah warga.... wajib menerima ajakan tuan rumah untuk makan. Padahal saya tadi sudah makan banyak di acara sebelumnya. Bayangkan sabuk sudah saya geser di kuncian terakhir....
Mas Surya juga nampaknya memberi surprise bagi kami.... challenge tapatnya... kami diampirkan rumah warga yang kedua. Bapak Sunaryo, Dan kami harus makan lagi.....!
Di Rumah Bapak Sunaryo : Juga kami wajib makan #tripwithblogger2019 |
Kalau tahu saparan itu sedekah makanan, tentu saja saya tak akan makan dulu dari kemarin... hehehe... Untungnya hanya 2 rumah warga yang kami kunjungi.
Peserta #tripwithblogger2019 foto bersama sebelum lanjut ke tujuan berikutnya |
Saat perjalanan kembali ke titik kumpul... saya mendekati mas Surya pemandu kami dari Pokdarwis 'Ken Nyusu'. Saya teringat beliau berasal dari Dusun kenteng Sumogawe... Bagi saya nama Kenteng ini berarti banyak.. pastinya tak akan saya lewatkan untuk menelisik keberadaan "WATU' purbakala. Singkat cerita nampaknya ada secercah harapan, di Desa Sumogawe Dusun Kenteng ada situsnya... namun memang masyarakat selama ini masih belum tergugah untuk nguri-uri. Bagi saya tentu bila situs itu di angkat, tentu menambah fasilitas Desa Wisata Sumogawe...
Mas Surya berjanji ingin mendokumentasikan dan mengirimkan kepada saya bagaimana wujud watu itu.. tentu untuk melengkapi naskah ini.
#tripwithblogger2019 dilanjutkan berkunjung ke Koperasi Susu yang mengatur tata niaga per-susuan di Sumogawe. Yang membanggakan, Sumogawe adalah supplier susu Frisian flag.
Mas Surya dari Pokdarwis Ken Nyusu sedang Menjelaskan bagaimana Proses pengiriman Susu |
#tripwithblogger2019 di Peternakan Wahyu Agung Sumogawe |
#tripwithblogger2019 di Peternakan Wahyu Agung Sumogawe |
Destinasi terakhir, #tripwithblogger2019 di desa Magersari dimana kami akan melihat demo pembuatan keju Mozarella.
Tripwithblogger2019 di Dusun Magersari Sumogawe Getasan |
Salah satu pemanfaatan susu sapi untuk peningkatan kesejahteraan warga yaitu dengan usaha keju mozarella skala rumahan
Demo Pembuatan Keju Mozarella : #tripwithblogger2019 |
Enak! Mencicipi Keju Mozarella : #tripwithblogger2019 |
Foto sebelum pulang kerumah masing-masing,
Foto Bersama Foto sebelum pulang kerumah masing-masing : #tripwithblogger2019 |
Sampai ketemu lagi di Perjalanan Budaya yang lain! Salam Budaya.
keberadaan situs biasanya ada dusun Krajan nya, tapi disini gak ada, mungkin karena sudah ada Kenteng nya,
BalasHapusini juga masih nunggu pemandu lokal pokdarwis nya... heheh. atau nunggu kesempatan menelusuri langsung ke lokasi
Hapus