Watu Lumpang Pger, Kaliwungu |
Senin, 11
Maret 2019.
Apa kabar
kawan lama? Malam sebelum kisah blusukan ini terjadi dan bisa aku tulis menjadi
sebuah cerita yang bisa saya kenang, maaf terasa agak mellow sedikit. Terus terang saya merindukan blusukan bersama kawan
lama ini.
Kantor Desa Pager Kaliwungu |
Kembali ke beberapa tahun lalu, saat pertamakali saya mulai blusukan situs, saat itu lewat FB kami
berkenalan, nampaknya karena kesamaan hobi akhirnya berlanjut ke blusukan
bareng. Max Trist nama kawan lama ini.
Saya mencoba melobi untuk kembali
blusukan bareng ke suatu tempat. Walaupun memang entah kenapa untuk menyamakan
niat blusukan begitu susahnya, entah kenapa. Bagimanapun saya tetap
merencanakan untuk blusukan. Dengan atau tanpa kawan lama ini, walaupun tetap
berharap bisa….
Watu Lumpang Pager |
Berkat Pamong
budaya pula, secara tak sengaja cerita ini bisa tejadi, berawal dari Mas Bram
senior di fakultas sastra (tapi beda jurusan), beberapa hari yang lalu,
bertanya kemungkinan layanan perpusling (baca ditempat) saat rangkaian kegiatan
HUT Kabupaten Semarang di Desa Pager Kecamatan Kaliwungu kabupaten Semarang.
Lewat WA, tentu saja ku respon bahwa perpustakaan siap.
Apalagi bisa
berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan HUT Kabupaten Semarang ini. Singkat
cerita.
Setelah apel ternyata saya mendapatkan dispo surat permohonan layanan
perpusling tersebut.
Bersama
rekan, ternyata sama-sama tak mengetahui lokasi dimana kegiatan itu
diselenggarakan. Ditambah surat tertinggal di meja. Alhasil, menuju desa Pager
sempat bertanya 2x kepada warga. Kemudian bertanya pula ke Kantor Desa Pager dimana
kegiatan HUT Kabupaten Semarang dilaksanakan.
Singkat
cerita, setelah layanan selesai, kemudian kami balik ke Kantor desa Pager untuk
meminta kelengkapan surat tugas kami, eh tepat saat mobil perpusling masuk
gerbang desa….. Sumpah serapah, menyesal
… kenapa pandangan saya pas datang di pagi sebelumnya tadi gak melihat ini….
Watu Lumpang Pager |
Ya Watu
Lumpang…..
Watu Lumpang Pager |
Bahagia tiada
terkira…. , sekali lagi niat blusukan eh tanpa sengaja dihadapkan dengan indahnya
Watu Lumpang.
bersama perangkat desa Pager (saya lupa namanya) |
Tanpa harus merencanakan
perjalanan, bisa nulis kisah penelusuran situs purbakala.
"Sejak saya
kecil, posisinya memang sudah disitu”, jelas salah seorang perangkat yang
menemani saya. Kebetulan saat saya bertanya ke dalam kantor desa, dan memastikan
apakah itu Watu Lumpang perangkat tersebut mengganggukkan sambil berjalan
keluar, nampaknya berniat menemani saya. Sambil bercerita.
Namun sayang
sekali, posisi watu lumpang ini sudah tertanam sekitar 75%, sehingga jika orang
awam… terutama generasi muda tak akan ngeh
jika ini watu lumpang yang pada masanya (dulu) pernah menjadi sebuah media
sakral di beberapa ritual yang lekat dengan kehidupan pada masa itu.
Watu Lumpang Pager : separuh tertanam di plesteran |
Ada Watu Lumpang yang digunakan sebagai sarana ritual penetapan Tanah perdikan,kalau yang watu lumpang ini spesial.... bisa ada inripsi atau tanda lain, sementara watu lumpang pada umumnya digunakan untuk ritual persembahan dewi sri, atau ritual keagaman lain. Ada lagi untuk menumbuk biji-bijian sebagai bahan makanan.
Namun saya tentu menerima pencerahan dari para ahli arkeologi tentang fungsi Watu Lumpang ini dimasa lalu dan ketika keberadaan waktu lumpang ini membuktikan fakta apakah sebenarnya....
Watu Lumpang Pager |
Semoga kisah
ini (walau saya sedikit bermimpi) bisa menggugah para generasi muda Desa Pager untuk
nguri-uri tinggalan leluhur mereka.
Sekaligus
menyadarkan pemerintahan desa, ada tetengar desa yang terlantar dihalaman.
Hanya butuh sedikit perhatian, diangkat…ditempatkan di lokasi yang layak… bisa
menjadi penanda sejarah, literasi sejarah warga… semoga.
Salam Pecinta
situs dan watu candi.
#hobiku blusukan
Mantaaabbb.....
BalasHapusMantaaabbb.....
BalasHapusLooh itu watu lumpang diketemukan belum lama..masih banyak situs yg hilang mungkin
BalasHapus