Minggu, 15 Juli 2018

Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung Desa Meteseh : Bonus Keseruan Kegiatan Diskusi Sejarah di Pasar Karetan Meteseh Boja.

Diskusi Budaya Dewa Siwa di pasar Karetan

      Komunitas Dewa Siwa Kembali mengadakan kegiatan edukasi Situs sejarah kepada masyarakat. Kali ini bertempat di “Pasar Karetan”, Desa Meteseh, Boja Kabupaten Kendal. Bekerjasama dengan Genpi, kegiatan yang dilangsungkan mengikuti jam operasional Pasar Karetan, yaitu dari Jam 6 pagi sampai dengan jam 12 siang. 
Pasar Karetan

      Pasar Karetan sendiri adalah konsep wisata kuliner yang sangat unik, dimana dikawasan ini setiap pengunjung yang masuk, jika ingin membeli kuliner tradional yang tersedia uang harus ditukar dengan girik. 
Games Ular Tangga oleh Dewa Siwa

      Setiap stan kuliner berdiri terpisah di gazeboo, suasana alami pedesaan masih khas, rekomendasi bagi yang suka kekunoan yang berkarakter!
       Dengan semangat itulah, ditambah niat edukasi situs kepada masyarakat seluas-luasnya. 
Narasumber Diskusi Budaya : Tri Subekso Pra Vlatonik dan Ihsan DS
     Dewa Siwa Mengadakan : Diskusi Budaya “Menguak Sejarah Boja dan Sekitarnya”, selain diskusi Budaya, juga Pameran foto situs cagar budaya di sekitar Boja plus games 'Ular Tangga' dan kegiatan akan kami akhiri dengan Blusukan bersama ke Candi Trisobo yang memang tetangga desa Pasar Karetan ini.
      Dari diskusi ini, beberapa kenyataan kami dapat simpulkan, bahwa memang banyak orang yang tak menyadari disekitarnya ada peninggakan yang masih terabaikan.
      Foto bersama sebelum blusukan bersama, 
Foto bersama Dewa Siwa setelah Diskusi di Pasar karetan Boja
      
    Saat diskusi inilah, Bu Nanang Klisdiarto dengan sangat mengagetkan kami semua. Beliau berkata, “Di perjalanan menuju Pasar Karetan ini ada Yoni di sebelah kanan jalan!”, “Sekitar 200m dari lapangan”, tambah beliau. 
           Jadilah, setelah kami berbarengan naik odong-odong, ternyata benar. Kami semua ternyata tak jeli, terlewat, tentu saja kecuali 2 orang : Pak dan Bu Nanang. 
        Destinasi 1, Yoni Situs Segrumung Desa Meteseh Boja, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh
        Kondisinya sangat memprihatinkan, 
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh Boja
     Yoni sudah rusak dibagian penampang atas. Namun masih terlihat jelas sisa lubang kotak dimana Lingga seharusnya berada, cerat juga nampak walaupun samar.
     Sayangnya kondisi Yoni memilukan, sebagian besar bagian atas yoni rusak, tak berbentuk lagi. 
     Selain Lingga sudah tak ada, arca Nandi sudah luput pula dari pandangan kami. 
     Saat Mas Imam minta ijin sebelum rombongan Dewa Siwa datang, ke Yoni situs Pasar Karetan ini mendapatkan cerita bahwa, “Yoni ini pindahan dari tengah gumuk di perkebunan karet itu”, jelas Mas Imam kepada kami. Surprise sekali, ternyata dekat dengan Pasar Karetan.
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh 
      Saat tiba di sini, selain kondisi Yoni sendiri memprihatinkan, tak kalah ngerinya adalah pecahan beling (bekas mangkok dan piring) yang bertebaran di sekitar Yoni, bahkan sebelumnya menumpuk di lubang lingga. 
     Semoga…. dengan tulisan ini warga sekitar tahu bagaimana sakralnya batu ini di masa lalu. Punya nilai dan makna yang sepatutnya kita dilestarikan. 
    Bukan harus di perlakukan istimewa, tapi tolonglah ditempatkan di lokasi yang layak…. 
     Semoga pengelola pasar karetan ataupun desa Meteseh pernah membaca blog saya ini, dan tergerak hatinya. 
      Potensi besar Meteseh, selain pasar karetan punya pula benda cagar budaya, potensi wisata sejarah….. 
     Seperti biasa, sebelum melanjutkan penelusuran foto bersama dulu,
Yoni Pasar Karetan Dusun Segrumung  Desa Meteseh : Dewa siwa 
      Setelah merasa cukup kami kemudian melanjutkan Blusukan bareng-bareng ini ke Trisobo, dimana ada 2 tinggalan purbakala. 

Destinasi ke 2, 
Lapik Trisobo : buka link Situs Lapik Trisobo
Lapik Trisobo
      Awalnya, karena saya sudah merasa pernah saya pribadi lewati saja, tapi alangkah terkejutnya ketika sekarang ada 2 lapik arca.
Lapik Trisobo
     Seperti kembar. Ya sudah..... saya nikmati saja gambar kiriman dari rekan...
     Konon lapik ini pindahan dari Candi Trisobo, destinasi selanjutnya blusukan bareng bareng kali ini.

Destinasi ke 3, : Candi Trisobo
Candi Trisobo
       Kunjungan kali ke tiga saya pribadi, sangat spesial tentu saja karena kali ini banyak teman blusukan. Sayangnya karena sudah di amankan PuslitArkenas? 2 arca yang berada di Candi Trisobo sudah tak bisa kami lihat. 1 arca sebenarnya belum saya telusuri, tapi kemungkinan sudah dibawa pula.
      Foto bersama, destinasi utama kegiatan ini.....
dewa Siwa di Candi Trisobo, Boja
Destinasi 4,






       Setelah dari Candi Trisobo, kami kemudian balik arah menuju Lapangan (parkir) pasar karetan, kemudian lurus ke Dusun Slamet. Dimana ada peninggalan Keramik yang belum lama ini (sekitar Desember 2017: baca link berita dibawah naskah).
      Kebetulan salah satu rombongan adalah saudara dari penemu keramik ini, yang diduga peninggalan dinasti Ming. “Dulu ditemukan saat menggali pondasi saat akan membuat warung di depan rumah”, cerita ibu pemilik rumah.
       Karena waktu sudah beranjak sore, badan saya juga sudah mulai goyah, maka saya sendiri ijin untuk pulang, sedangkan banyak rekan yang lain melanjutkan penelusuran ke Situs Yoni Cangkiran.
    Beberapa rekan juga ada yang pulang. Karena Bapak Budi Susilo rumahnya yang terjauh, kemudian saya tawari ikut ke Cangkiran atau saya temani untuk mampir di Yoni Pragola Pati.

     Jadilah Destinasi selanjutnya saya bagi 2… hehehehe.

Destinasi 5A, 

        Di Situs Cangkiran, karena saya tak dapat cerita serunya jadi hanya lewat gambar saja yang akan bercerita sendiri.
Situs Yoni Cangkiran
Destinasi 5B, 
Bapak budi Susilo di Yoni Situs Pragola pati

      Seperti tawaran saya, Bapak Budi Susilo saya antar ke Yoni yang berada di Komplek Makam Pragolapati.      Walaupun mata sudah berkunang-kunang, badan sudah gemetar. Tapi karena Bapak Budi Susilo saat saya ke rumahnya dibonusi 6 situs, (baca kisah dolan Magelang 1-6), ingin rasanya membalas guide, namun saya dengan sangat menyesal hanya bisa menemani satu destinasi saja. “Maturnuwun Pak Budi Susilo purun mampir teng gubug kulo”.
     Walaupun tepat sesaat beliau starter motor, pulang.... saya mutah2... masuk angin - pusing. Tapi saya rasa sepadan bahkan saya tak menyesal bisa turut serta di kegiatan hari ini.
    Sekaligus istri tak jadi manyun karena saya sakit… hahahahha. Berkah…. Seru! saya tertawa menertawakan diri saya sendiri, sudah menaklukkan keset yang katanya gatel…. "Apa kabar juragan keset? Lama ga ketemu?"--- (maaf ini memang untuk satu rekan itu, jangan terlalu serius dibaca ya…)

     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.

      Sampai ketemu di Kegiatan Komunitas Dewa Selanjutnya…Segera!

#hobikublusukan

     
Salam Pecinta Situs dan Watu candi
Nantikan Even Komunitas Dewa Siwa Yang lain...

NB:



  1. Semua foto saya sertakan adalah dokumentasi di Album Grup FB DEWA SIWA.
  2. Dimuat pula di media online https://www.indopos.co.id/read/2018/07/15/144226/pasar-karetan-kehadiran-tamu-mancanegara
  3. Berita Penemuan Keramik https://radarsemarang.jawapos.com/radarsemarang/read/2017/12/18/34116/mangkok-keramik-diduga-dari-era-dinasti-ming

Minggu, 08 Juli 2018

Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang

Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Jumat, 29 Juni 2018. Dari Prasasti Manttyasih, Bapak Budi Susilo kemudian segera member kode saya untuk langsung melaju dibelakang beliau. Yang saya tak sadari, bahwa keberadaan destinsi yang kedua ini ditengah kota, hampir tiap ke Yogyakarta Kalau pulang pasti melewati Gedung Museum BPK ini. Dimana Ada Yoni yang mejadi tujuan kami. 
Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
    Kemungkinan insitu atau sudah pindahan dari lokasi lain (walau dekat), saya tak akan membahas. Tapi perhatian ‘respect’ dari instansi ini sudah cukup melegakan. 
     Diberi tali rantai besi mengelilingi Yoni menjadi bukti usaha menghargai, ditambah ada sedikit narasi di depan Yoni yang menginformasikan bahwa ‘batu ini’ bukan sekedar batu biasa. 
      Yoni didepan Gedung Museum BPK ini masih bersama Lingga, dengan hiasan cerat yang sebenarnya Nampak indah bila tak rusak, ada ular naga dan kura kura yang melambangkan dua kehidupan. 








      Di bagian dasar Yoni ada motif teratai, padma yang mengelilingi, 
Relief Padma di bagian bawah Yoni

Video Amatir menunggu ya…. (edit dan Upload)… 

       Walaupun terik, karena matahari masih tepat diatas kepala kami, tapi kami abaikan. Dibawah banyak pasang mata yang menatap kami (usai jumatan mereka tiduran di teras Masjid sambil melihat aktifitas kami) tapi kami tetap close up Yoni ini, dimana menurut kami semakin kami menatap detail lebih dekat semakin kami penasaran. Jadi kami mencoba cuek saja. 
      Untuk fungsi dan bagian-bagian Yoni, sahabat search sendiri ya….. banyak kok di buku ataupun mbah google…. 
     “Ayo lanjut jalan kaki, dekat kok”, Bapak Budi Susilo bergegas. Itu di seberang sana Gedung Bakorwil Kedu berada. Dua detik saya sempet terpana, tidak percaya.. akhirnya setelah sekian lama hanya berangan-angan hari ini terkabul juga. Setelah 3 tahun memendam keinginan Blusukan ke Bakorwil Kedu terlaksana pula. 
      Kepada Kawan yang dulu pamer (bukan pamer dalam arti negatif—karena ada muatan motivasi agar segera menelusuri) Hei..! saya sudah akan disini! 

      Terimakasih kepada Bapak Budi Susilo, 
Budi Susilo di Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Salam Pecinta Situs dan Watu Candi, 
Sasadara MK di Yoni di Depan Museum BPK RI Magelang
      Lanjut ke penelusuran ketiga : Situs di Kompleks Bakorwil Kedu (Magelang). 

#hobiku blusukan

Jumat, 29 Juni 2018

Yoni di Depan Gedung DPU Kota Magelang

Yoni di Depan Gedung DPU Kota Magelang
          Jumat, 29 Juni 2018. Destinasi yang satu ini benar-benar tak saya sangka. Dipinggir jalur utama, jalan raya Magelang Kota, di depan gedung perkantoran pula. Jadi seharusnya mudah untuk penelusuran, mudah pula untuk mengetahui sisik melik Yoni ini. Namun yang terjadi? Hehehehehe 

      “Dulu ditemukan saat pembangunan gedung perkantoran ini”. Ujar salah seorang penjaga yang saat saya kesini sedang mengecat pagar. Namun angkat bahu saat kami tanya perihal kerusakan Yoni ini yang mengerikan, separuh nyawanya hilang”, seperti lagu separuh nafas Milik Dewa 19. 


     Kerusakan jauh sebelum ditemukan atau karena beradu dengan eskavator beliau tak mengetahuinya.
 Keberadaan Lingga, arca Nandi yang biasa mendampinginya pun tak diketahui rimbanya. 
      Padahal dari bagian yang tersisa, terlihat ukuran Yoni yang tidak kecil dan relief atau bagian-bagian Yoni nampak spesial. Terutama, dan untungnya penyangga cerat yang berbentuk makhluk mitologi manusia burung terlihat indah menakjubkan. 
      Semoga setelah ini ada yang berkenan berbagi cerita mengenai yoni ini. 
     Dan semoga Intansi nya lebih memperhatikan.
      Jangan digeletakkan hanya sebagai ‘pemanis” taman. Semoga…. 
     Tak eman-emankah melihat mewahnya relief penyangga cerat ini?
      Sekali lagi, ini bukan sekedar relief pemanis Yoni. namun ada makna mendalam......
      




Lubang dimana seharusnya Lingga berada, 
Lubang Yoni Yoni di Depan Gedung DPU Kota Magelang



      Video Amatir menunggu ya…. (edit dan Upload)… 

       Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Bapak Budi Susilo di Yoni di Depan Gedung DPU Kota Magelang
       
      Lanjut ke penelusuran keempat : Yoni Situs Mlandi mertoyudan Magelang 

Yoni di Depan Gedung DPU Kota Magelang
#hobiku blusukan

Situs di Bakorwil Kedu di Magelang

Yoni di Situs Bakorwil Kedu di Magelang       

      Jumat, 29 Juni 2018. Jalan kaki dari Yoni Situs Halaman Gedung Museum BPK RI Magelang, sekitar 10 m di seberang jalan, tepat didepan Gedung BPK ada bangunan berpagar tinggi, dengan berbagai arca. Sayangnya ada tulisan galak. Dilarang masuk!. BUKAN UNTUK UMUM!! Yang nantinya saya baru tahu di gedung ini pula ada kamar Diponegoro. 
      Gedung ini pula di sisi depannya, dahulu Pangeran Diponegoro ditangkap dengan licik. Seketika darah menggelegak ingin membela, berimajinasi bagaimana suasana dimasa itu.

       “Bukan hanya satu Yoni, tapi ada 2 dan 4 arca nandi”, jelas Bapak Budi Susilo. Kami mendatangi yang terjauh dahulu. Melewati lapangan dimana banyak rusa yang berkeliaran bebas, ditambah beberapa pohon besar disekitar area ini sangat menyejukkan hati. Namun saya sedikit mlipir takut diseruduk rusa.. hehehe… 

Situs di Bakorwil Kedu di Magelang
        Dibekas gedung perkuliahan cabang UGM periode tahun 70an. Yoni terlihat megah berlatar gerbang yang sudah purna sebagai lokasi pendidikan tersebut. Dikejauhan gunung Sindoro-Sumbing terlihat menawan.
      Ukuran Yoni terlihat cukup besar, masih dengan Lingga yang juga berukuran besar. Namun jujur saja hati saya merasa janggal, ukuran Lingga kok tak proporsional. Apakah bukan Lingga pasangan Yoni ini? Entahlah coba nanti….
       Dibagian cerat, detail cerat sederhana namun pola-nya sangat presisi. Unik dan berbeda dari yang selama ini saya ‘temui’ saat blusukan. 
     Penyangga ceratnya ada relief Ular naga dan Kura-kura dengan kepala yang telah hilang. 
      Di lokasi ini, sudah sangat jarang untuk kegiatan. Ada beberapa tanda sisa peralatan outbond seperti flying fox, tangga tali, jembatan tali dsb. Namun sudah terlihat lama tak terpakai.
       Kemudian rumput yang ‘hanya’ dibersihkan diwaktu tertentu menambah kusam aura disini. “Tukul pernah syuting disini, acara misteri itu lho”, ujar Bapak Budi Susilo, yang kemudian membuat saya segera beranjak.


     Dan beralibi masih banyak situs yang perlu dieksplor. Hehehe.
      Kami kemudian kembali kearah halaman Gedung (dimana Pangeran Diponegoro dicurangi).
Situs di Bakorwil Kedu di Magelang
     Sekilas berukuran mirip, sama besar. Di tengah lapangan yang terlihat hijau bersih dan tegak lurus dengan Sunung Sindoro Sumbing. “Area ini sering dipakai untuk Pesta kebun/ resepsi pernikahan”, jelas Bapak Budi Susilo.
      Walaupun diterpa terik sinar Matahari dan diguyur air hujan bergantian, namun secara keseluruhan kondisi Lingga Yoni ini cukup menggembirakan. Tentu saja, pagar besi yang mengelilinginya jadi faktor utama, tentang keamanan. 
      Yang menarik adalah makhluk mitologi yang ada di bagian bawah cerat, *berfungsi menyangga cerat). Ada Kura-kura dan Ular naga, dimana dibagian tubuh ular tersebut ada reliefnya. Untuk motif relief, mohon maaf saya belum mengetahuinya 
       Sementara tepat dihadapan Yoni ini, ada 2 Arca Nandi (Lembu). Posisi ada dikanan kiri tangga masuk Gedung.
     Dibagian Kanan,

      Dibagian Kiri



       Bila mencermati ada sedikit perbedaan bentuk masing-masing arca Nandi.
      Terus terang saya dan Pak Budi Susilo sempat berdiskusi tentang kenapa bentuknya lain?, jawaban sementara kami mungkin saja :
      Pembuatnya lain, pemesannya lain, anggaranya lain…itu saja… Untuk fungsi utama Arca Nandi tetap sama, keberadaanya kerap membuktikan ada Lingga Yoni atau Arca Dewa Siwa- Batara Guru (nama jawa).
     Memang Arca Nandi ini wahana dewa tertinggi di konsep Tri Murti.
Kamar Peistirahan Pangeran Diponegoro
      Dan fokus saya langsung terbetot kearah Kamar dibelakang Arca Nandi di sisi Kanan. Dimana kamar ini sangat spesial.
      Pangeran Diponegoro pernah beristirahat. Setelah beberapa waktu saya tercenung di depan kamar (berimajinasi, ingin rasanya berjuang bersama beliau)….
     Sampai titik darah penghabisan, atau berusaha membebaskan beliau.
      Bahkan ke mesin waktu, mundur ke tahun itu memperingatkan beliau ---- gara-gara kebanyakan nonton film fiksi---
       Kami kemudian melanjutkan arah jalan kaki menuju parkir.
     Tanpa saya ketahui, saya didepan dipanggil, “Belok sini dulu, yakin tak mampir?” Bapak Budi Susilo setengah berteriak memanggil saya.
    Dan dua Arca Nandi di depan rumah, sukses menyambut keterkejutan saya.
   Berukuran lebih kecil, dan nampak seperti kembar.

Sisi Kanan ,

Sisi Kiri,

      Saya kemudian langsung teringat beberapa arca yang menjadi hiasan di dalam area gedung sebelah…. (sayang sekali hanya hiasan, bukan untuk edukasi atau dilestarikan!)
Bukan untuk umum
      Melihat empat Arca Nandi di satu lokasi…. Sensasi blusukan yang aneh….. karena seribu pertanyaan bermunculan, darimana, dulu bagaimana, kok bisa, kenapa ukuran berbeda ditempat yang berdekatan….. tak mampu berpikir. Dan memang bisa kita ketahui dari sini, posisi favorit lembu ya posisi duduk 'Njerum'…. heheheh,     
     Gambar ini mirip posisi favorit Rusa jantan :
    
     Video Amatir menunggu ya…. (edit dan Upload)…


     “Kita lewat dulu kota ya… (Bapak Budi Susilo, menyebut tempat yang kan kami lalui tapi saya lupa, masih efek bingung banyaknya tinggalan disini) mampir ke Yoni DPU sebelum ke tujuan utama, yaitu Yoni Mlandi Mertoyudan. Setelah itu ke rumah dan TBM saya”, jelas Bapak Budi S.
Bapak Budi Susilo di Situs di Bakorwil Kedu di Magelang

      Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
      Lanjut ke penelusuran keempat : Yoni Situs DPU Kota Magelang

#hobiku blusukan 

Dolan ke Prasasti Mantyasih, Magelang

Prasasti Mantyasih, Magelang
      Jumat, 29 Juni 2018. Sebelum dan sesudahnya saya ingin mengucapkan banyak terimakasih, Matursembahnuwun Pak Budi Susilo. Terlihat dari jejak digital di messenger saya, ternyata sudah tahun 2017 yang lalu saya berkenalan dengan Pak Budi. Namun baru hari ini bisa bersilaturahmi. Setelah beliau memposting hasil blusukan ke yoni situs Mlandi, Mertoyudan. Sebenarnya tujuan utama saya kali ini bukan blusukan tapi ingin silaturahmi, menambah seduluran. Untuk blusukan itu hanya bonus, dan satu destinasipun pun sudah cukup beruntung. Beberapa hari sebelumnya setelah berkomunikasi, saya segera menyiapkan diri. Akhirnya hari ini Jumat pukul 9 lebih sedikit saya berangkat sendirian. Ya sendiri tanpa partner lagi, tapi apa boleh buat.. blusukan harus tetap berjalan, walaupun tentu saja tak enak sama sekali. 

      Jam 11 saya sampai di tempat kerja beliau di SLB Magelang, lokasinya tepat didepan SMPN 9 Magelang. Shalat Jumat, terlebih dulu kami ngobrol ngalor ngidul berbagai hal. Namun yang paling utama tentu saja tentang suka - duka blusukan. Dan sursprisenya lagi beliau ternyata adalah seorang pegiat literasi pula. Dimana juga ada garis merahnya dengan pekerjaan sehari-hari saya. Maka saya putuskan untuk pulangnya mampir, ingin belajar dengan beliau.”Nanti sambil menuju rumah, kita mampir beberapa situs”, ajak Bapak Budi Susilo. 
      Singkat cerita, kemudian saya mengikuti Bapak Budi Susilo sebagai guide kemanapun beliau melaju. Jujur saja saya tak tahu berapa destinasi kali ini (Saya tak memaksa harus banyak : sekali lagi tujuan utama adalah silaturahmi). 
      Dari SLB, kemudian kami meluncur, ternyata memasuki daerah yang yang bernama Meteseh. Dan tanpa saya sadari selama ini….. Prasasti Mantyasih ada di sini. “Meteseh, secara harfiah berasal dari kata Mantyasih. Prasasti ini juga menjadi dasar penetapan hari jadi kota Magelang”, jelas Bapak budi mengawali percakapan kami saat tiba dilokasi. 
     Prasasti Mantyasih (atau replikanya saja--- saya kurang tahu—yang asli dimana?), sudah diperhatikan oleh pemerintah, dengan dibangun-nya kompleks situs menjadi sebuah pusat kegiatan seni-budaya. 
cerita di Prasasti Mantyasih
      Dalam papan narasi Prasasti Mantyasih yang ada di sisi kanan Prasasti, menempel di tembok, “Prasasti Mantyasih ditulis pada zaman hindu pada masa pemerintah Rakai Watukura Dyah Balitung (899-910M), Ditulis desa Mantyasih dan desa glangglang, dimana saat ini menjadi Desa Meteseh dan Magelang. Disebut pula angka tahun 829 caka bulan Caitra tanggal 11 Paro – Gelap Paringkelan Tungle. Pasaran Umanis (legi) Hari Senais Scara (Sabtu) dengan kata lain, hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907. Dalam Prasasti ini ditulis pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai desa Perdikan atau daerah bebas Pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Selain itu disebut pula Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (dikemudian hari dikenal dengan Sindoro – Sumbing) 
Prasasti Mantyasih
    Disumber yang lain yang saya baca (Tapi mohon maaf karena hobi saya mengumpulkan artikel sejarah, tapi khusus yang ini terlupa mencantumkan sumber, semoga yang membuat bisa konfirmasi agar saya gak berdosa…heheheh) Prasasti Mantyasih, juga disebut Prasasti Balitung atau Prasasti Tembaga Kedu,[1] adalah prasasti berangka tahun 907 M[2] yang berasal dari Wangsa Sanjaya, kerajaan Mataram Kuno. Prasasti ini ditemukan di kampung Mateseh, Magelang Utara, Jawa Tengah dan memuat daftar silsilah raja-raja Mataram sebelum Raja Balitung. Prasasti ini dibuat sebagai upaya melegitimasi Balitung sebagai pewaris tahta yang sah, sehingga menyebutkan raja-raja sebelumnya yang berdaulat penuh atas wilayah kerajaan Mataram Kuno. Dalam prasasti juga disebutkan bahwa desa Mantyasih yang ditetapkan Balitung sebagai desa perdikan (daerah bebas pajak). Di kampung Meteseh saat ini masih terdapat sebuah lumpang batu, yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan sima atau desa perdikan. Selain itu disebutkan pula tentang keberadaan Gunung Susundara dan Wukir Sumbing (sekarang Gunung Sindoro dan Sumbing). Kata "Mantyasih" sendiri dapat diartikan "beriman dalam cinta kasih". 
      Tulisan Prasasti Mantyasih di replika yang ditaruh dikanan-kiri Batu Prasasti, 
     Watu Lumpang yang digunakan sebagai pusat kegiatan penetapan tanak perdikan Mantyasih, 





Watu Lumpang Meteseh, 

Video Amatir menunggu ya…. (edit dan Upload)…   
Budi Susilo di Prasasti Mantyasih 
     Setelah cukup kami kemudian melanjutkan penelusuran seru hari ini, (seru karena ternyata diluar ekspetasi.. bonus berlimpah destinasi. Bersama Bapak Budi Susilo. 
Sasadara MK di Prasasti Mantyasih 


























       Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
      Lanjut ke penelusuran kedua : Situs di Halaman Gedung Museum BPK RI Magelang. 

#hobiku blusukan