Tampilkan postingan dengan label kabupaten semarang. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kabupaten semarang. Tampilkan semua postingan

Minggu, 11 April 2021

Dewa Ganesha bertebaran... Muncul Lagi Arca Ganesha di Bergas Lor.

Arca Bergas Lor, kabupaten Semarang
     Senin 12 April 2021, Kadang level pertemanan akan diuji oleh kesalahpahaman, level tertinggi dalam persahabatan adalah hujatan super dasyat, level saudara tertinggi dengan pamer sekaligus ngece super dewa.
     Tapi saya hanya akan membahas 2 oknum, yang bagaimanapun berperan besar menjadikan naskah ini bisa saya tulis. Walupun tak elok ketika cerita sumpah serapah kepada rekan dibaca orang lain. Kesannya saya tak berakhlak, namun saya akan mencoba jujur. Foto pamer :

     Oknum pertama, pamer. Adalah salah satu keahliannya, ilmu yang pasti tak didapat di perkuliahan tentu, hehe. Namanya Mas Eka WP, ketika sedang leyeh-leyeh istirahat habis gowes blusukan (link cerita Lapik Margosari Boja), tanpa merasa rikuh, atau berdosa membuat orang lain sakit hati, tatap matanya dalam foto ini seperti ingin mengatakan “Iri Bilang Bos!”, ditambah teknik limpe yang seperti tikitakanya klub decul, malesi tenan… Di WA, saya tulis ucapan yang benar benar terdalam waktu itu. Tapi karena gengsi, saya tetap pura-pura tak interest sama sekali (walau dalam hati perih….). 
     Saat mencoba melupakan, eh keesokan harinya Mas Dhany Putra dengan s*nt8l9y6ny5 sambil mrenges, nawari, “Cedak omahku, terke pora?”, ingin mengesampingkan alias cuma read saja. Tapi antara hati, pikiran dan jemari tak terkoordinasi, tak satu kata. Jari tanpa sadar menyambutnya. Sebenarnya Cuma 5 huruf? Tapi berarti banyak…."kapan"... Yang berarti runtuh tembok besar permasalahan… wkwkwkwk. Asli, serius yen diwedar permasalahannya akan setebal ensiklopedi, merembet kemana-mana. Namun berkat kedewasaan Mas Dhany yang ternyata masih menyimpan sedikit kebaikan… nawari juga.. hahahaha. (baik= menyuguhkan kopi ketika ke rumahnya). Sekalian curhat, entah kenapa hanya gara-gara watu sampai sekarang malah ada satu yang belum cair. Bekunya melebihi hati x pokoke hahahahha….. (itu juga ada sumbangsih mas Dhany…. Oknum ini Komplit pokoke yo kadang malaikat seperti hari ini tapi kadang …… ra tegel nulis…wkwkwkk)
     Diluar dugaan ternyata, tak sepenuhnya ngeterke.. heheh. Mas Dhany janjian dengan komunitas barunya… Lembah Gana, berkumpul dan ingin menelusuri situs seputaran Bergas. Diawal, saya seperti obat nyamuk, apalagi tampilan beliau-beliau sangar, totalitas, mantap pokoknya. Jadi ngerasa kambing congek, newbie alias pemula. Tapi saya mencoba menekan sampai dasar perasaan minder itu, karena arca dengan kepala palsu sangat membuat hati kepincut. Akhirnya saya mengekor...
      Dari Rumah Mas Dhany, yang didekat pasar Karangjati, lokasi tujuan tak sampai 5 menit. Benar dibelakang rumahnya ditarik garis lurus tapi pakai penggaris dilihat Peta. Maturnuwun Mas Dhany dan segenap Anggota Komunitas Lembah Gana, saya diijinkan untuk menyusup.
     Kemudian sampailah, 
     Bersama pemilik:

      “Dulu disimpan Bapak didalam rumah, kemudian saya pindah ke tempat yang sekarang”, buka mas Joko. Konon oleh Bapak Beliau ditemukan sekitar tahun 1989-an di sawah miliknya di area Gebugan, tak jauh dari tempat tinggal beliau. Niatnya merawat kemudian dibawa pulang. Alm. Bapak martono, nama beliau.
     “Saat ditemukan sudah tanpa kepala, tapi saya juga tak tahu kapan tepatnya dibuatkan kepala arca baru itu”, tambah beliau. 
     Dugaan sementara, arca ini adalah Ganesha dari ciri Khas Perut yang gendut, kemudian 4 tangan, 2 didepan dan 2 dibelakang, di badan juga terselempang tali. Kurang lebih itu yang akhirnya memunculkan dugaan Ini Arca Ganesha. 
    Tempat duduk, berbentuk teratai :
     Tampak dari belakang :
Dari gambar, apakah arca ini mengisi relung sebuah bangunan? 

         Di Area Bergas ini banyak sekali Arca Ganesha, …. Berarti apaa ini?!! Dewa Ganesha atau Bathara Gana adalah juga dewa Pengetahuan, kecerdasan, kebijaksanaan… apakah dahulunya banyak kaum cerdik pandai, pertapa, orang yang berilmu diarea ini? Atau malah area ini jadi tempat pusat pendidikan? Sebuah dugaan liar saya pribadi. Yang sudah saya dokumentasikan : Arca Mbah Dul Jalal, Arca Ganesha Pondansari, Ganesa Congol, Ganesha Sidomuncul, kemudian dugaan Arca yang Hilang di aliran sungai dusun Kenangkan depan Sidomuncul. Selain tentu banyak lagi wujud peninggalan lain yang seabrek banyaknya. 
     Belum lagi yang sudah beralih tangan dengan uang … infonya di sekitar perhutani depan Gereja (nama dusunya pendem) dulu ditemukan pula Arca Ganesha yang utuh dan indah, sayangnya penemunya butuh uang… jadilah waktu itu tahun 90an seharga 50rb..(namun ini saya dapat info tutur tinular, entah kebenarannya).
     Untuk berbagai cerita tentang Ganesha, siapa dia tugasnya apa dsb, sahabat cari di google ya.. banyak kok, soalnya naskah ini spesial semi curhat.. Tentang dua oknum yang ternyata memang saudara… sedulur saklawase. Terakhir, maturnuwun poro konco…. Mugo2 seduluran nambahi awet umur lan akeh rejeki. ----
Seperti Dewa Ganesha... Kita harus bijaksana....
    Untuk 2 oknum lain, sengaja tak saya munculkan. Satunya raja PHP, satunya dewa limpe : ternyata menyimpan info dahsyat…..
Maturnuwun mas :
     Link cerita video singkat di channel youtube ya….
     Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
     Sampai ketemu di Blusukan Berikutnya…

Nb: nunggu bayar piutang diterke pas puasa, mengulang saat blusukan puasa beberapa tahun lalu. Colek Oknum pertama!

Selasa, 29 September 2020

Keindahan Taman Kayangan Tebing Alfath : Rekreasi Keluarga

Taman Kayangan
Kayangan Tebing Alfath
        Selasa 30 September 2020. Destinasi lanjutan kegiatan “One Day Trip with blogger Milenial dan Jurnalis”, yang di selenggarakan Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang. setelah Curug Gending Asmoro. Kami kemudian mampir di Taman Kayangan “Tebing Alfath”, yang dikelola oleh Bumdes Kalongan Mandiri Jaya. 
Kincir Angin
tebing alfath, Kalongan Ungaran
 
       Taman Kayangan “Tebing Alfath”mulai dikembangkan sebagai tempat wisata oleh Pemerintah Desa Kalongan sekitar tahun 2018. Fasilitas parkir baik sepeda motor maupun mobil Cukup Luas 
      Masih di Suasana Pandemi, di masa new Normal ini pengunjung wajib memakai masker, dan cuci tangan serta petugas mengecek suhu tubuh. HTM 10K. “Sebagian hasil keuntungan penjualan tiket kami alokasikan untuk membangun Masjid”, jelas Bapak Yarmuji, Kades Kalongan. 
      "Tebing Taman Kayangan Tebing Alfath, dulunya adalah bekas tempat pembuangan sampah. Atas kesepakatan warga dan pemerintah desa kemudian di sulap menjadi lokasi wisata yang bermanfaat baik secara ekonomi maupun sosiologi warga”, tambah Bapak Kades. 
      Gerbang Kayangan Tebing Alfath
Taman Kayangan
Gerbang Kayangan Tebing Alfath
      Saat kesini, matahari beranjak meninggi, apalagi masih musim kemarau, cuaca cukup terik. Namun setelah kami memasuki gerbang masuk. seketika mata di jamu dengan pemandangan yang aduhai. 
Tebing Alfath
      Berbagai spot foto tersedia di titik-titik yang meanjakan mata. 
Tebinks

      Pemandangan alami yang disajikan sangat indah. Es dawet jagung, suguhan khas tebing alfath :

     ditambah ada kolam renang yang menambah kesegaran Selain excited dengan pemandangan, fasilitas yang ada kami juga dijanjikan ada minuman segar khas Desa Kalongan, Es Dawet jagung. 

Kolam renang kayangan Tebing Alfath
       Taman Kayangan “Tebing Alfath” sangat cocok untuk rekreasi keluarga. Suasana alami. Ayah bunda refreshing anak bergembira main air. Keren!! 
      Saya pasti akan kembali mengajak anak istri. 
Gazebo diTebing Alfath
     Bersambung ke destinasi Taman Kayangan Tebing Alfath Kalongan 
---
    Naskah ini satu paket dengan 3 destinasi wisata lain kegiatan ‘one day trip wiwt blogger milenial and jurnalis. Tentu yang cukup spesial adalah destinasi Bukit Cinta, dimana ada garis merah kegiatan ini dengan pakem blog saya ini… heheheh. (ada sesuWATU nya.. hehehe) 

Link : (terhubung satu persatu setelah jadi) 
  1. Taman Kayangan Tebing Alfath 
  2. Agrowisata kopeng “Gunungsari” 
Salam budaya! 

#ayodolankabsmg 
#onedaytrip2020 
#hobikublusukan

Senin, 08 April 2019

Jajan Srabi, Bonus Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.


Lumpang Serabi Ngampin Ambarawa
Senin 8 April 2019. Lama tak jajan Kue Serabi saat lewat di Ngampin Ambarawa… entah kenapa hari ini saya langsung belok, sembarang lapak Serabi di pinggir jalan, kemudian pesan 1 makan di tempat dan 2 bungkus untuk oleh-oleh orang rumah. Kebetulan saya dari perpusling di area Jambu. Berhenti tepat di Bakul Srabi ini,
Serabi Ngampin
Sempat berbasa-basi tanya beliau tinggal dimana, tiba-tiba terbersit ide untuk bertanya tentang beberapa situs yang ada di Ngampin ini.

(termasuk situs yang berada di lokasi yang angker orangnya = saya mengalami sendiri diancam untuk tak publikasi padahal Situs benda Cagar Budaya itu adalah milik negara.... hahahaha. -- malah timbul kecurigaan --ya sudah yang waras ngalah.. namun yang pasti --- yang saya tulis ini tak ada kaitan dengan orang itu, sumber bukan dari orang itu.---- mohon jangan baper jika baca ini ya-- saya tak bermaksud menyinggung... namun tujuan saya adalah hanya edukasi.... biar semua orang tahu bahwa Situs perlu dilestarikan... bukan di klaim (lha kaloo hidup terus, kalo besok meninggal trus yang ngurusi siapa? Anakmu mau ngurusi? Ga dijual?)--- stop--- maaf saya malah ikut2an sewot.. trus apa bedanya saya? hahahaha. --arogan--- tutup kasus---
Lumpang Serabi Ngampin berada di belakang rumah ini
Tanpa saya duga Bakul serabi itu menunjuk arah, "Belakang rumah itu dibawah pohon randu ada Watu Lumpang Mas", saya hampir tersedak. tentu sebelumnya saya bertanya, apakah orang luar boleh melihat. Bakul serabi tersebut mengangguk sambil menyarankan saya untuk minta ijin ke yang punya rumah. Nampaknya beliau percaya kepada saya. Niat saya bukan kolektor bukan negatif pokoknya...
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.
Sayangnya cukup lama saya mengetuk pintuk, rumah tersebut kosong... kanan kiri juga sepi, kemudian saya menuju arah yang dimaksud. 
Niatnya jika ketemu pemilik (semoga ramah), bisa tanya cerita, legenda atau minimal tutur tinular, sisik melik keberadaan Watu Lumpang ini. Semoga dilain kesempatan saya bisa mengetahui dan menulis ulang kisah ini
Tanpa babibu.. saya setengah berlari... (Mohon ijin pemilik rumah, saya dokumentasi Lumpang nggeh) bukan bermaksud macam-macam... hanya ingin nguri-nguri hasil peradaban nenek moyang, tak lebih.
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.




















Tepat berada di perlindungan pohon Randu yang menjulang tinggi. 
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa



















Closep up Lumpang Ngampin Ambarawa,


Keberadaan beberapa situs di Ngampin, yang tersebar dibeberapa titik, memunculkan dugaan saya pribadi bahwa dulunya area sekitar Ngampin Ambarawa ini ada entitas, kelompok masyarakat yang terstruktur yang telah berdiam disekitar area ini,  ada Candi Ngentak, Watu Lumpang dan lain sebagainya. 
Setelah merasa cukup, saya menyudahi penelusuran tak sengaja ini. 
Maturnuwun kepada Bakul Serabi yang dengan ramah memberikan informasi ini, semoga tetap ramah, tambah laris nggeh bu... (Saking senangnya saya terlupa foto beliau--semoga dlain kesempatan saya bisa ambil foto dan saya upload di sini... sebagai ucapan terimakasih)..
 --bersambung…

Salam pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

nb: Saat di lokasi ini banyak sekali nyamuk....

Jumat, 02 Maret 2018

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
       Jumat 2 Maret 2018. Mleset Kemisan tak blusukan penelusuran situs, hari Jumat jadilah. Informasi situs benda cagar budaya ini sebenarnya sudah cukup lama saya dipameri si pelakor. setelah sekian lama, sampailah hari ini... barulah saya merasa beruntung Mas Eka W Prasetya bersedia mengantar. Jumat Berkah judulnya. Karena kami satu masjid saat Jumatan sehingga bisa saya paksa.
Tanpa harus ngalor-ngidul berbasa-basi, saya minta Mas Eka yang didepan, selain berkejaran dengan waktu, langit juga mulai mendung. Dari perpustakaan Ungaran menuju lokasi ternyata tak sampai 5 menit. “Blusukanku kadohan!, begitu kata pertama yang saya pikirkan dalam hati….
Saya angkat topi, penelusuran beberapa waktu sebelumnya yang hanya mengandalkan insting dan melihat ciri geografi/geologi dan tanda-tanda alam beliau bisa menelusuri dan mendapati ada benda cagar budaya di lokasi ini. 
Sekali lagi apresiasi, karena di lain lokasi, walaupun sampai 8 makam dia telusuri, dia masuki di satu daerah karena hanya ingin menelusuri informasi abstrak yang dia terima. Memang keterlaluan si abstrak tersebut!
Kami berada di daerah Lerep, dimana data saya pribadi ada beberapa situs yang berada di area Lerep : Yoni Lerep, Situs Soko terlepas dari dulu beratus-ratus tahun lahu tak ada sekat daerah.
Kembali ke Situs yang saat ini saya telusuri. 
Berada di sebuah makam di lereng gunung Ungaran yang terjal, kiri jurang terjal dan masih suasana khas pegunungan. 
Dari kejauhan, pohon sangat besar menjadi pertanda….
      Setelah parkir motor, di pendapa makam, kemudian saya mengikuti jalan Mas Eka WP yang ada didepan, Sampailah….

Lingga Pathok Situs Lerep Ungaran
Lingga Patok


Dijadikan ‘patokan’, 


















Jejak Simbol Brahmasutra



















     Masih terlihat jelas simbol di lingga : BRAHMASUTRA, di kedua lingga pathok ini.

Menurut warga, dua lingga patok ini dulunya ditemukan di lereng sisi kiri makam ini” ungkap Mas Eka. Menilik keberadaan Lingga Patok, dulunya adalah sebagai penanda batas luar suatu area suci yang biasanya diatas/ ditengah ada bangunan suci yang disakralkan. 
Ciri Identik lingga, yang terlewat oleh orang..... 











.



Guider Blusukan Sangat tipis Setelah Jumatan :
Eka WP di Situs Lingga pathok Lerep Ungaran

Sebenarnya banyak cerita rakyat yang berkembang di area ini, ada beberapa makam keramat. namun maaf tak saya ceritakan. Selain minim sumber juga passion saya berbeda. 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

Kamis, 20 Juli 2017

Situs Makam Banyukuning, Bandungan : Part 1 - Makam Pertama

Lingga diSitus Makam Banyukuning

Kamis, 27 Juli 2017. Masih di blusukan tiap hari Kamis. Untuk menjadikan cetarrr... beberapa rekan menyebut kemisan bahkan ada yang ngemis. Berkat rekan : Suryo Dona yang emnjadikan istilah Kemisan sering berlalu lalang di tiap kamis. maturnuwun Kang Dona... 
Kalo bagi saya pribadi si, karena hari Kamis ini memang paling bisa melarikan diri dan dimaklumi Double mumpung ; 1, mumpung absensi belum memakai sidik jari, hahaha.., 2. Juga masih bisa, karena nampaknya mulai minggu depan tugas Ternak (nganter anak) pulang sekolah jam 1 mesti menjadi kendala karena durasi menjadi mepet sekali. 
Sayangnya, yang bikin aneh... seringkali tiap blusukan hari hari Kamis destinasi situs berlokasi di makam umum, jadi ketika warga mengirim doa keluarga yang mendahului, kami malah klinteran mengganggu konsentrasi. Maaf ngelantur.
Kembali ke ritual kemisan, awalnya hari ini kami ingin meluncur menuju kota Tembakau : Temanggung. Namun karena terlihat awan menghitam menggelayut di sisi gunung ungaran disekitar Kaloran Temanggung. Kemudian kami mengubah tujuan.
Saat mencari lokasi yang ingin kami telusuri inilah, saya teringat janji Bapak Mustain Mardzuki tentang janji beliau untuk menjadi guide. Walaupun saya sebenernya lupa beliau menawari mengantar yang mana...xixiix saking banyaknya situs yang kepingin ditelusuri. By the way, Ini adalah naskah ke 185 situs khusus kab. Semarang yang telah berhasil saya telusuri dan masih banyak lagi yang belum.
Sesaat setelah berangkat, diperjalanan kami teringat pula sebuah blog yang menampilkan watu candi berceceran  di makam Banyukuning, dimana beberapa tahun yang lalu saya pernah menelusuri Situs Watu Gentong Banyukuning, akan tetapi tidak menyangka, didekatnya ada pula banyak struktur batuan candi yang lain.
Info juga saya dapat dari rekan senior di Komunitas Dewa Siwa ; Mba Derry. "Sisi masjid sebelah kiri masuk, di makam belakang masjid ", begitu bunyi pesan Whatshapp nya.
Beberapa rekan yang kami hubungi, angkat tangan ; ada yang takut hujan, ada yang kesetnya kehujanan ada yang takut goreng gembusnya jadi gosong.... jadilah hanya saya dan Suryo Dona yang melanjutkan ritual Kemisan.
Menuju Banyukuning, sangat mudah. Sebelum ke arah Gedongsongo/ sebelum SPBU ada jalan masuk kiri, papan petunjuk nama Banyukuningpun ada. Ikuti jalan tersebut, kurang dari 1km gang pertama sebelah kanan (gapura berbentuk seperi rudal), masuk saja ikuti jalan,tersebut, sampai ketemu dengan Masjid yang di depan kedua sisi ada Watu gentong.
Sayangnya, kami dislokasi info... kami ambil jalan kiri tangan kami bukan kiri masjid. Sempat bertanya kepada warga, setelah mendapatkan penjelasan lebih detail, yang ternyata ada dua makam. kemudian kami menuju gumuk di makam Kyai Kuning berada. Dan kami di sisi jalan yang tidak sepenuhnya salah.
Menuju Gumuk makam Kyai Kuning, sing Bubakyoso  Banyukuning ;
Gumum Situs Makam Banyukuning 

Menuju Situs Makam, melewati Tangga. Iseng saja saat naik saya juga menghitung anak tangga ; berjumlah 62. jadi tidak terlalu tinggi,
Langsung disajikan pemandangan :


Watu candi di "pemakaman".... Dijadikan makam. Banyaknya struktur batu berbentuk kotak, beberapa berpola menguatkan dugaan kami disinii dulunya ada sebuah bangunan suci (= candi). Apalagi ciri geogrfia letaknya ; di ketinggian, tanah yang subur dan dengat dengan lokasi pusat religius masa lalu : Gunung Ungaran = Gedong Songo)

 Seperti sebuah ratna, puncak candi :

















Batu Batu yang kami duga kuat adalah bagian dari bangunan suci masa lalu (Semua foto by Suryo Dona ):







    Makam Kyai Kuning, Di buatkan rumah cungkup makam, 
Alhamdulillah nya tak dikunci, 
Makam Kyai Kuning, Banyukuning Bandungan

Di dalam lingkup, makam kyai Kuning sendiri, masing masing patokan,  setelah kain mori (penutup) kami buka :



menurut hemat kami adalah sepasang Lingga.
Lalu dimana Yoninya???? entahhlah, semoga saja masih terpendam, bukan digepuk... seperti yang sudah - sudah. Lingga yang merupakan pasangan dari Yoni dan diletakkan diatas (penampang bagian atas Yoni) yang terdapat lubang.
Lingga seperti nyawa dari sebuah media manifestasi dewa siwa. Sebagai sarana memuja dewa, Lingga menjadi faktor penting sehingga yang sering yang hilang atau dirusak duluan adalah Lingga. Bersyukur Lingga ini tak akan mungkin hilang. 




Saat proses membuka kain mori penutup ini, entah kenapa saya merinding sekali ditambah gemetar. Padahal saya hanya melihat alias menonton saja. "Haallah paling kono ngelih", Suryo Dona mencoba menentramkan hati saya (yang sudah mau lari keluar kalau tak inget malu.. wkwkwk).
Beberapa batu berelief yang tertangkap mata kami :













Video amatir penelusuran : (nunggu Proses Uplod di You Tube)
Bersama Suryo Dona "Sang Partner Kemisan" :
Suryo Dona

Yuk, Kita Lestarikan
Di Situs Makam Banyukuning

Salam peradaban.
Mohon maaf tulisan saya ini hanya berupa catatan perjalanan. Saya bukan ahli sejarah... jika banyak kesalahan mohon maklum dan mohon dimaafkan. Salam.