Tampilkan postingan dengan label Ambarawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ambarawa. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Juni 2021

Arca Ngampin Ambarawa, Masih Terjaga dengan Baik.


Arca Ngampin Ambarawa
      Rabu 16 Juni 2021. Disela PPKM darurat, saat WFO 50% tiba tiba teringat pengalaman blusukan penelusuran situs beberapa tahun silam. Dimana hasil blusukan ada yang melarang untuk mem-publish, bahkan dengan ancaman... padahal saya belum melakukan apa apa di medsos baik IG, FB maupun twitter, naskah di blog juga belum kepikir. Waktu itu blusukan di area Ngampin Ambarawa, dua destinasi. Pertama di salah satu penginapan dan yang kedua dikebun warga. Oknum tersebut katanya juga memiliki penginapan tersebut (penginapan keluarga---).
     Eh ditambah orang lain yang ternyata dibelakang saya ngrasani bahwa blog saya ini banyak menyebabkan hilangnya situs... Heheheh ... Padahal biasanya sebelum saya datang banyak yang sudah posting di medsos.... Entahlah.... Mungkin maruk, pingin dikuasai sendiri, padahal jika bergerak bersama sama akan terasa mudah. Itu pikiran saya. Tapi Karena sudah ilfill dengan para pelaku itu, ya sudah saya skip, akhinya foto dan video hasil penelusuran itu saya simpan di folder dengan judul ada ancaman.
       Berlalu-nya waktu, karena lama tak blusukan, kangen nulis pula di blog, saya ingin membagikan kisah blusukan itu, walaupun kisahnya ada pahitnya 'tentang sebuah arca di dekat kolam ikan Ngampin  Kulon Ambarawa'. Sialnya.. foto dan video sampai tulisan ini saya buat tak ketemu. Ya sudah....
     Serba kebetulan, saat bertugas di Ambarawa, terlintas dibenak untuk WA rekan blusuker aktif Ambarawa. Bu Noorhayati, guide dan jadi teman bincang2 di lokasi situs. Rencana saya bikin podcast ringan di lokasi. Eh gayung bersambut, beliau berkenan menemani.
     Link podcast di channel youtube mampir yaaa!!!... :

      Ngampin sendiri mempunyai jejak peninggalan masa lalu yang spesial, beberapa masih dapat dilihat. Seperti : Candi Ngentak, Lumpang, Kala. Lapik di Situs penginapan Ngampin, kemudian pasti banyak lagi yang disembunyikan. 
    Menuju lokasi kurang dari lima menit,, petunjuknya disebrang SPBU, di jalan gang tepat di samping kolam renang, ikuti jalan tersebut. Menyeberangi Rel KA, Arca Berada di samping rumah warga dekat kolam ikan.
      Sayangnya saat sampai di lokasi kami tak ketemu beliau yang punya rumah. Terakhir saat blusukan beberapa waktu lalu, orangnya super ramah, walaupun sekilas kebetulan hanya berpapasan saat beliaunya mau pergi. Namun kesan 'monggo' nya tulus dan ramah beda 180derajat dengan destinasi sebelumnya.

       Kedatangan kali ini juga ingin mengungkap secara jelas rasa penasaran saya, tentang ini arca apa. Dulu saat kesini diskusi belum secara detail. Tapi dengan obrolan dengan Bu Noorhayati di Podcast memnuat sedikit terang. Dugaan saya bisa : arca AwalokiteÅ›wara, salah satu Bodhisatwa yang paling dimuliakan. Selain satu kaki dibawah, ciri lain ada bunga teratai (=juga di beri gelar padmapani). Mencoba compare ddengan arca di Candi Mendut : sumber https://www.sasadaramk.com/2011/11/candi-mendut-peninggalan-bersejarah.html
Sumber foto dari blog ini juga
       Sementara Mungkin Juga arca ini adalah Manjusri. Dalam agama Buddha Manjusri dekenal sebagai Bodisattwa yang mempunyai sifat bijaksana, atau dikenal sebagai “yang mengajarkan kebijaksanaan”. Manjusri selalu digambarkan sebagai anak muda, sehingga tidak pernah digambarkan mempunyai sakti. Ia merupakan Bodisattwa yang populer dan dipuja di seluruh negeri yang menganut agama Buddha. Foto perbandingan dengan Arca Manjusri sumber dari : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng
       Arca Manjusri temuan dari Ngemplak Simongan : sumber http://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/cagarbudaya

     Sayangnya ciri-ciri antara Awalokistwara ataupun Manjusri yang memang mirip sudah hampir musnah perbadaannya, terutama kepala arca yang raib. 
      
   Sampai saya tulis cerita ini saya masih diliputi Keraguan, walaupun  menjadikan saya mencari tahu...
      Kondisi Arca masih sangat baik, walau tentu butuh perhatian, baik dari masyarakat sekitar maupun pemerintah. Pujian tulus kepada pemilik lahan yang tetap menempatkan arca dilokasi asli 'insitu', lewat tulisan ini saya coba mengetuk warga sekitar atau pemerintah untuk membuatkan tempat yang layak tanpa memindah ke lokasi lain, Kami dari Komunitas Dewa Siwa pun siap bila dijawil, apapun baik urun rembug, turut menyumbang tenaga dan masih banyak lagi. 
      Beberapa foto arca Ngampin Ambarawa :


Arca Ngampin Ambarawa dari belakang

Arca Ngampin Ambarawa  dari Atas

    Maturnuwun senior Bu Noorhayati, pencerahannya menakjubkan.
Bu Noorhayati Dewa Siwa
      Sampai ketemu di penelusuran berikutnya :
     Salam pecinta situs dan watu candi
#hobikublusukan

Sabtu, 04 Juli 2020

Perjalanan Malam Spesial ke Situs Cagar Budaya Ki Bagus Gunung Episode 2

     Makam Kyai Bagus Gunung
 Saking spesialnya blusukan kali ini adalah kali pertama saya blusukan malam hari. Cerita dimulai ketika saya dipameri link berita oleh pak Nanang Klisdiarto, dimana beliau mendampingi media saat peliputan. Awalnya warga ingin nguri-uri sejarah, saat menggali makam, warga ternyata menemukan banyak  stuktur batuan Candi. Link berita :
Link You tube: (menunggu konfirmasi)
     Dari diskusi ringan (3/7/2020),
Bakso Pak Keman Berokan
Warung Mie Ayam Bakso Pak Keman Berokan Bawen
tak direncanakan bersama Pak Tri Subekso, Mas Eka WP di rumah Pak Nanang, tuan rumah diskusi di tawari ngopi bareng di bale panjang oleh Bapak Ringgo (tokoh masyarakat Baran Kauman), sekalian undangan untuk komunitas Dewa Siwa 'sharing tentang sejarah Baran Gunung kedepan' --- yang akhirnya sekalian kami buat kegiatan silaturahmi komunitas Dewa Siwa bertajuk NGOPI, Ngobrol Gayeng Obyek Peninggalan Situs "Makam Ki Gagus Gunung" Baran Gunung Ambarawa. 
undangan di Grup Wa
    Walaupun sebenarnya saya sangat menghindari kunjungan kedua kali ke tempat yang sama jika tak ada yang urgen, karena masih banyak situs lain yang perlu diuri-uri. Aslinya salah satu tujuan saya menulis kisah perjalanan di blog ini untuk memandu rekan, sahabat yang juga cinta situs.
     Tapi karena ini spesial, saya sangat antusias, apalagi ada temuan baru, sehingga menambah cerita blusukan ke lokasi ini : membuktikan dugaan kami di perjalanan edisi pertama (tahun 2018) : Kunjungi ceritanya di link situs-makam-kyai-bagus-gunung-baran
   Setelah kumpul di Basecamp terlebih dahulu, kami kemudian meluncur menuju "Bale Panjang", Baran Kauman Ambarawa. Beberapa sahabat Komunitas Dewa susul menyusul. 
     Beberapa Warga, juga sahabat dari komunitas Dewa Siwa meriung bareng diskusi pelestarian situs cagar budaya.
Sebelum diskusi saya nyempatkan diri untuk berfoto didepan struktur batu candi mirip lingga = dugaan awal adalah bagian atas (kemuncak) candi. 
2018

     Saat saya penelusuran kesini, tahun 2018, struktur ini masih nempel di tempok depan masjid sisi kanan dekat tempat wudhu.
     Sambil menunggu rekan-rekan lain bergabung, diskusi dan berbagi wawasan tentang situs seru mengalir dari yang hadir. ketika datang kesempatan saya berbicara, saya memberanikan diri untuk menyampaikan gagasan tentang konsep "Desa Wisata Edukasi Arkeologi", dari pengalaman saya nguri-nguri yang paling tepat untuk situs cagar budaya untuk saat ini ya edukasi. Tapi memang saya sadari untuk menyatukan visi tentu sangat berat. Berbagai keinginan dari warga, motif atau tujuan yang berbeda, tidak dapat di kesampingkan. Apalagi masih banyak yang mengarahkan ke arah sejarah secara mistis.
     Membayangkan mengajak anak-anak Sekolah datang ke Baran Kauman : "Desa Wisata Edukasi Arkeologi", kemudian dijelaskan mengenai peninggalan yang tersebar di Baran tentu menjadi nguri-nguri yang lebih efektif. Anak-anak jadi semakin tahu, dan akan nyaman ketika berkunjung lagi. Selain anak-sekolah tentu turis, peneliti baik lokal mupun asing pasti berdatangan, secara tidak langsung ada tambahan ekonomi pula bagi masyarakat sekitar. Namun bila sejarah secara mistis? maaf saya tak ingin membahas.
    Kegiatan di pungkasi dengan blusukan malam ke lokasi, Dari bale Panjang, kami berjalan kaki menuju Makam Ki bagus Gunung. Suasana malam memberikan suasana yang berbeda, sangat syahdu...
       Memang benar, saat ini ada beberapa struktur yang baru saja ditemukan dan saat ini ditata rapi. "Selain dibersihkan kami sedikit beri cat pengilap", jelas salah satu warga. Secara pribadi saya sebenarnya kurang sreg ketiga batuan candi diberi cairan pengilap. wibawanya berkurang, walaupun nampak indah. Tapii bagaimanapun saya tetap apresiasi para warga yang berinisiasi nguri-uri sejarah. 
        Struktur Batu berelief inilah yang baru saja ditemukan:
       Semoga keinginan dan usaha warga desa Baran Gunung ini bisa berhasil dan sukses seperti yang mereka cita-citakan. Melestarikan Situs Makam Kyai Bagus Gunung, dan menginspirasi desa lain yang terdapat pula situs cagar budaya peninggalan kuno.
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi.
#hobikublusukan

Jumat, 06 September 2019

Misteri Baran Gunung Ambarawa : Jejak Peradaban yang tertinggal

Situs Baran Gunung Ambarawa
      Jumat, 6 September 2019. Ingin mengubah tradisi, biar tak ada lagi istilah kemisan. Jadi blusukan itu tak harus ditentukan hari… namun lebih karena ‘yang penting bisa’,’durasi masih bisa di intip celahnya’, dan lain sebagainya. 
       Seperti kali ini. Hari Jumat kalau kata orang adalah hari pendek, namun bagi saya tentu saya ubah menjadi hari paling bisa untuk blusukan, sekaligus bisa jumatan di Masjid yang berdekatan dengan situs. Awalnya ketika ketemu rekan-rekan saat ada seremoni ritual “Bathara Gana wangsul” di Kalijaro (Kamis, 5 september 2019). (Apresiasi tinggi kepada Mas Dhany, Waktu tenaga dan segala sumber daya yang beliau punya untuk merawat Bhatara Gana ini….) 
      “Ada info A1 di Baran Gunung, Potongan Arca, Struktur Kemuncak dan Batu persegi. Saiki yoh!”, tantang Pak Nanang. Mas Dhany langsung pasang muka teraniaya. Kalau sekarang tentu gak akan bisa ikut, lha Mas Dhany itu ya ketua panitia seremoni ritual ini. Saya? Cuman mesem saja. Wkwkwwk. , tentu tak Cuma diam. Tapi berpikir strategi agar penelusuran ke Baran Gunung Jumat saja. Akhirnya, dengan lobi tingkat diplomat…. Berhasil juga. 
       Esok paginya, setengah serampangan saya iseng untuk melempar ajakan ke Mas Eka WP… (walaupun pesimis, beliau super sibuk sekarang jadi pejabat alias raja yang rapat terus…tapi snacknya ga pernah dibagi2, dibawa blusukan). Mas Dhany tentu tak lupa saya ajak, misi saya tentu mencari yang bisa saya bonceng. Wkwkwkwk. 
Mie Ayam Pak Keman Berokan
       Janjian untuk Jumatan di Masjid sebelah rumah Pak Nanang, Saya dan Mas Dhany saja.
     Awalnya memang rasa deg-deg an... karena beberapa hari lalu saya, Mas Seno membuat konsprasi untuk nglimpe Bu Wahyuni..  sekaligus sengaja biar Pak Nanang terkena jebakan durasi... ingin tahu kisahnya baca blog kisah sebelum ini : salah-satu-jejak-peradaban-bandungan.html ...  hehehe... 
     Ngobrol ngalor ngidul sambil ngisi perut agar tak goyah dengan Mie Ayam Pak Keman Berokan (Bu Wahyuni adalah anak Pak Keman founder Bakso Pak Keman yang melegenda di jagad per-kulineran Ungaran) Kami Sementara sudah kumpul, tapi mas Eka WP entah… katanya nyusul tapi sampai saya habis berbatang2 (tuan belum datang) Djarum …. Ach mungkin beliau dapat nasi dos trus ‘kirmah’ tak jadi ikut. Karena Mas Eka ini tentusaja Mas Dhany versi  lain.  wkwkwkwkkw
      Kali ini kami ditemani Mas Edo Piyut, rekan Pak Nanang yang rumahnya berada dekat dengan situs kami yang akan kami telusuri. Kebaikan Pak Nanang kepada kami, semoga ‘Kang moho agung, murbeng dumadi maringi berkah kuarasan kagem Pak Nanang, Mpun maringi kulo energi lewat mie ayam”…. amin!
Mie Ayam Pak Keman Berokan
      Saat tinggal kuah terakhir, eh Twin Eka mrenges bareng muncul batang hidung mereka. Si kembar tak identik berboncengan sambil ngekek layaknya anak bayi tanpa dosa. 
      Batin saya untung Mie ayam saya sudah habis, kalau tak? Hmmmm.. iso direbut paksa... untuk cepat saya tandaskan... hahahahg. Mungkin melihat wajah mereka, (kelihatan kelaparan) akhirnya makan mie ayam juga. wwkwk. Singkat cerita, kemudian berangkatlah kami berpasang-pasangan… (tentu saja yang resmi cuma Pak Nanang dan Bu Wahyuni). Lewat Jalur Berokan, tembus jalan berokan, kemudian ambil kiri arah Baran Ambarawa. 
      Di sepanjang jalan kami melewati beberapa situs… mulai : Yoni Gayam sari, kemudian sendang seklothokSitus Makam Baran. Sementara di Baran sendiri saya mencatat ada lebih dari 8 watu lumpang... Dahsyat!!! untuk detail search  di blog ini.
Masjid Baran Gunung Ambarawa
       Kami kemudian parkir dihalaman rumah Mas Edo Piyut. Berjalan kaki menuju lokasi…. Yang kami tuju ternyata berada di belakang Masjid Dusun Baran Gunung Desa Baran Ambarawa. 
   Berjalan ke samping, saat saya kesini ada satu 'batu struktur candi' :
Baran Gunung Ambarawa
    Dan berada di tempat tersembunyi diantara lorong antar bangunan, Situs Baran Gunung tergeletak.
    Kemudian ada makam Mbah Salim. Untuk siapa dan sejarahnya bagaimana. Saya minim informasi.
      Situs tepat berada di tembok luar area makam :



      Yang paling menarik hati, tentu saja potongan arca;
Baran Gunung Ambarawa
     Dugaan kami hanya terbatas dengan logika kira-kira... Dulu pernah ada arca Gajah juga, di dekat pohon pisang (5m) masih area situs ini. sehingga dugaan saya ini bisa saja Agastya, mungkin Durga atau malah Siwa.... karena keberadaan arca gajah (oleh warga mengingat dari bentuk arca berbadan manusia berkepala Gajah = Ganesha. Jadi tentu sangat memungkinkan tinggalan ini berciri hindu klasik.
      Close up :
Potongan Arca Situs Baran Ambarawa : Dugaan Arca Rsi Agastya
       Struktur bagian tepi bangunan, dimana ada pelipitnya,
       
situs Baran Gunung Ambarawa
     Yang unik selain potongan arca ada struktur lain, berbentuk balok jika dipukul berbunyi 'ting', kemudian juga batu yang biasanya berada di bagian atas bangunan (=candi), umumnya di kenal kemuncak.
       






















Baran Gunung Ambarawa


































      Kami mencoba juga menelusuri jejak lain disekitar area ini. Keberadaan sendang, kemudian makam kuno di tengah persawahan juga tak luput dari penelusuran kami. 
Ternyata ada Makam punden yang konon adalah adik kandung, yaitu Ki Bak Yem, Sementara tokoh "Ki Bagus Gunung yang dimakamkan di baran Gunung ini pula : Cek link blog :  situs-makam-kyai-bagus-gunung-baran.html"
      Bersama Narasumber, rumah beliau tepat disamping masjid;
Ibu (no name) terlupa bertanya nama beliau di Situs Baran Gunung Ambarawa
     Bersama ….. Kanan ke kiri : Bu Wahyuni, Mas Dhany, Mas Eka Saya dan sang guide  Mas Edo Piyut (yang moto Eka Budi Z)
di Situs Baran Gunung Ambarawa
     Jangan Lupa lihat juga versi Vlog di channel You tube : Situs Baran Gunung 

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
ssdrmk di situs Baran Gunung Ambarawa
       Sampai Ketemu di Penelusuran Berikutnya 

#hobikublusukan

Senin, 08 April 2019

Jajan Srabi, Bonus Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.


Lumpang Serabi Ngampin Ambarawa
Senin 8 April 2019. Lama tak jajan Kue Serabi saat lewat di Ngampin Ambarawa… entah kenapa hari ini saya langsung belok, sembarang lapak Serabi di pinggir jalan, kemudian pesan 1 makan di tempat dan 2 bungkus untuk oleh-oleh orang rumah. Kebetulan saya dari perpusling di area Jambu. Berhenti tepat di Bakul Srabi ini,
Serabi Ngampin
Sempat berbasa-basi tanya beliau tinggal dimana, tiba-tiba terbersit ide untuk bertanya tentang beberapa situs yang ada di Ngampin ini.

(termasuk situs yang berada di lokasi yang angker orangnya = saya mengalami sendiri diancam untuk tak publikasi padahal Situs benda Cagar Budaya itu adalah milik negara.... hahahaha. -- malah timbul kecurigaan --ya sudah yang waras ngalah.. namun yang pasti --- yang saya tulis ini tak ada kaitan dengan orang itu, sumber bukan dari orang itu.---- mohon jangan baper jika baca ini ya-- saya tak bermaksud menyinggung... namun tujuan saya adalah hanya edukasi.... biar semua orang tahu bahwa Situs perlu dilestarikan... bukan di klaim (lha kaloo hidup terus, kalo besok meninggal trus yang ngurusi siapa? Anakmu mau ngurusi? Ga dijual?)--- stop--- maaf saya malah ikut2an sewot.. trus apa bedanya saya? hahahaha. --arogan--- tutup kasus---
Lumpang Serabi Ngampin berada di belakang rumah ini
Tanpa saya duga Bakul serabi itu menunjuk arah, "Belakang rumah itu dibawah pohon randu ada Watu Lumpang Mas", saya hampir tersedak. tentu sebelumnya saya bertanya, apakah orang luar boleh melihat. Bakul serabi tersebut mengangguk sambil menyarankan saya untuk minta ijin ke yang punya rumah. Nampaknya beliau percaya kepada saya. Niat saya bukan kolektor bukan negatif pokoknya...
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.
Sayangnya cukup lama saya mengetuk pintuk, rumah tersebut kosong... kanan kiri juga sepi, kemudian saya menuju arah yang dimaksud. 
Niatnya jika ketemu pemilik (semoga ramah), bisa tanya cerita, legenda atau minimal tutur tinular, sisik melik keberadaan Watu Lumpang ini. Semoga dilain kesempatan saya bisa mengetahui dan menulis ulang kisah ini
Tanpa babibu.. saya setengah berlari... (Mohon ijin pemilik rumah, saya dokumentasi Lumpang nggeh) bukan bermaksud macam-macam... hanya ingin nguri-nguri hasil peradaban nenek moyang, tak lebih.
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa.




















Tepat berada di perlindungan pohon Randu yang menjulang tinggi. 
Watu Lumpang Ngampin Ambarawa



















Closep up Lumpang Ngampin Ambarawa,


Keberadaan beberapa situs di Ngampin, yang tersebar dibeberapa titik, memunculkan dugaan saya pribadi bahwa dulunya area sekitar Ngampin Ambarawa ini ada entitas, kelompok masyarakat yang terstruktur yang telah berdiam disekitar area ini,  ada Candi Ngentak, Watu Lumpang dan lain sebagainya. 
Setelah merasa cukup, saya menyudahi penelusuran tak sengaja ini. 
Maturnuwun kepada Bakul Serabi yang dengan ramah memberikan informasi ini, semoga tetap ramah, tambah laris nggeh bu... (Saking senangnya saya terlupa foto beliau--semoga dlain kesempatan saya bisa ambil foto dan saya upload di sini... sebagai ucapan terimakasih)..
 --bersambung…

Salam pecinta Situs dan Watu Candi
#hobikublusukan

nb: Saat di lokasi ini banyak sekali nyamuk....

Kamis, 01 Februari 2018

Situs Makam Kyai bagus Gunung, Baran Ambarawa

Situs Makam Kyai bagus Gunung, 
Tanpa Banyak waktu, karena gerimis sudah mulai turun dari langit, kami (Saya dan Lek Suryo) mengekor dibelakang Mas Eka menuju Situs yang pertama dan Masih di area Kota Ambarawa. Di Sekitar area ini ada 7 Watu Lumpang Lain yang berdekatan, juga potongan arca bagian pinggang sampai paha, juga sebuah gumuk bernama Selembu yang saat ini berubah menjadi kolam renang dan Nama selembu ini hanyalah tinggal nama, walau identik dengan keberadaan Arca Nandi = Sapi = Lembu. Kami pernah mendengar dulunya memang di Selembu ini dulu ada arca Nandi.
Beberapa Kali berbelok di jalan kampung, menyusuri jalan sempit kemudian sampailah kami. 
Makam Kyai Bagus Gunung
Di “Makam Kyai Bagus Gunung” warga menyebutnya demikian.
Kami langsung segera mempersiapkan diri (Saya dan Lek Suryo) mendokumentasikan struktur batu candi yang tertata rapi di komplek makam yang membentuk nisan.

2 Kemuncak,














Batu Kotak Polos dan tentu saja ciri khas struktur sebuah bangunan suci masa lalu, 












Batu berpola.












Batu dengan kuncian.















Info keberadaan struktur Batu Candi ini, secara tak sengaja saya tahu dari Pak RW yang tertarik saat saya menelusuri jejak makam kuno yang berada di makam umum tak jauh dari lokasi ini”, cerita Mas Eka.
“Bapak RW bercerita mengenai keberadaan batu yang ada tulisan huruf jawa kuno (belum yakin jenis huruf) yang saat kebetulan ada warga yang jago bahasa Jawa ternyata tak bisa membaca”, tambah Mas Eka WP.
Kyai Bagus Gunung, dipercaya warga sebagai pemuka, tokoh pada jaman dulu yang mbabat alas area ini. Makam sangat dikeramatkan warga. Terlihat dari peraturan yang tertulis ketika masuk ke area makam, Sandal sepatu wajib dilepas.
Setelah merasa cukup, kami kemudian mengakhiri penelusuran jejak purbakala di Makam Kyai Bagus Gunung, semoga kami bisa turut menjadi saksi bagaimana wujud Batu berinskripsi tersebut. Karena tidak mustahil menjadi catatan penting penanda peradaban lereng gunung Ungaran yang masih terselimut misteri.
Saat akan mengendarai motor, seorang ibu-ibu mendekat dan nampaknya penasaran dengan aksi kami mendokumentasikan Makam Kyai bagus Gunung ini. Spontan kami bertanya, “Adakah yang lain?”. Dulu di bawah makam ini, di sisi lereng sebelah utara ada watu lumpang tepat di sebelah mata air. Yang sekarang di buat bak tendon air tertutup. Tapi karena tak ada yang mengerti digepuklah lumpang itu”, panjang lebar beliau bercerita. Gelo adalah kata pertama yang menggambarkan suasana hati kami.  Padahal menurut beliau Watu Lumpang itu berukuran lumayan besar dan masih bulat sempurna. Gundah mengiringi kami berlalu dan melanjutkan blusukan ke destinasi yang kedua.
Sekali lagi kami mengekor dibelakang Mas Eka WP, sebelum beranjak Jauh. Tepat dihalaman Masjid, tiba-tiba Mas Eka memberi tanda  untuk mampir. Tanpa kata, telunjuknya mengarah ke sisi kiri masjid. 
Saya dan Lek Sur serentak terpana. 
Baran Gunung Ambarawa
Berdiri Tegak seperti (dugaan saja) Lingga Semu di pojokan undakan Masjid. “Konon menurut Bapak RW, sebelum dikeramik. Undakan itu adalah struktur batu Candi yang berukuran besar”, tambah Mas Eka semakin membuat kami menyesal. Di depan Masjid ada Bale Panjang yang konon juga kuno. 
Bentuknya seperti Gazebo namun persegi panjang dengan tiang utama dari kayu Jati dan papan alaspun kayu jati yang berusia sangat tua.
 Beruntungnya warga masyarakat di sini, yang memiliki sejarah sangat berwarna. Semoga tetap lestari…



Bale Panjang, masjid Baran Gunung (foto by Eka WP)




Berselfie ria meneruskan ritual penelusuran KEMISAN, 
 
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Nb :
Tulisan ini adalah yang kedua kalinya saya menulis, setelah sebelumnya naskah yang saya tulis hilang tanpa bekas, butuh tekad penuh untuk menyekesaikan cerita kali ini. Walaupun singkat tapi bagi saya penting untuk dituntaskan….

#hobikublusukan