Prabu Amiluhur
(05)
Raja teringat akan suara yang mengatakan kepadanya, bahwa anaknya akan diperistri oleh seorang Pangeran Jawa. Maka disuruhlanh Pangeran-pangeran itu dibawa kekeratonnya. Dimintanya penjelasan lebih lanjut tentang diri pemenang itu.
Dalam pada itu dari luar diberitahukan, bahwa keempat puluh raja yang datang untuk maksud yang sama, mulai mengamuk. Setelah dimusyawarahkan raja menyerahkan kepada Pangeran-pangeran Jawa untuk memusnahkan mereka. Pangeran-pangeran tersebut keluar dengan beberapa pengiring untuk menghadapi musuh. Sambil menantang, raja-raja itu sudah melakukan persiapan untuk berperang.
Pertempuran dimulai. Karena kekuatan musuh lebih besar, tentara Keling terpaksa mundur. Miluhur lalu teringat akan janji kedua Jati. Disentuhnya bumi tiga kali dan sekonyong-konyong kedua Jati itu menjelma, diiringoi oleh tentara yang besar, terdiri dari makhluk-makhluk gaib yang mempergunakan jerat sebagai senjata. Keempat puluh raja itu kesemuanya diikat. Prajurit-prajuritnya dihalau kacau-balau. Kedua Jati itu membawa raja-raja yang sudah diikat itu kepada Miluhur dan mereka menyerahkan diri kepadanya. Setelah itu kedua Jati ghaib pula seperti sebelumnya. Bersama patih Pangeran-pangeran Jawa itu membawa raja-raja yang takhluk itu kepada raja Keling, yang karena rasa maturnuwun menjanjikan kerajaan kepada Miluhur. Segera dilangsungkan perkawinan Miluhur dengan putri raja, dengan segala upacara kebesaran.
Diadakanlah pesta yang ramai. Demikianlah Miluhur mendapatkan putri Sangkaningrat dari negeri Keling sebagai istri.
Setelah tujuh hari, raja memperlihatkan diri pula keluar. Miluhur pun hadir.atas pertanyaan raja, apayang kini hendak dilakukan oleh Miluhur kepada empat puluh raja itu, ia menjawab bahwa mereka sebaiknya dikirim kembali ke negerinya. Tapi sekali setahun mereka harus datang berkunjung ke negeri Keling dengan membawa upeti.
Untuk menentramkan hati raja Jawa, raja Keling akan mengirimkan berita kesana, menjelaskan apa yang sudah terjadii di negeri Keling. Atas usul Miluhur untuk itu ditunjuk pedangan yang sudah menolongnya member tempat bernaung, tatkala ia sampai ke negeri Keling. Demikianlah Martawangsa dengan diiringi beberapa pengiring dikirim kepada raja Jenggala Manik untuk menyampaikan berita itu. Raja kembali kedalam keraton, keempat puluh raja pulang kenerinya masing-masing dan martawangsa naik kapal menuju pulau Jawa. Tidak diceritakan kejadian-kejadian dalam perjalanan, Martawangsa segera sampai ke tanah Jawa. Raja Jenggala Manik beserta permaisurinya,semenjak perginya putra-putranya, amat berduka cita. Tapi saat ini sampailah kabar baik. Patih memberitahukan kedatangan pedangang Martawangsa kepada raja. Setelah dipanggil menghadap raja. Martawangsa menyerahkan surat, yang segera dibaca oleh sang raja. Melalui surat itu, kini sang raja dengan girang mengetahui pengalaman-pengalaman ketiga orang puteranya. Martawangsa diterima dengan baik dan tinggal dirumah patih. Bebrapa hari kemudian ia dikirim kembali ke negeri Keling dengan surat balasan. Raja Manik Jenggala Memberinya kecuali hadiah-hadiah balasan juga sejumlah besar orang dengan sebuah kapal untuk membawa putera-puteranya kembali ke tanah Jawa. Sampai di negeri Keling, orang Keling mengagumi orang Jawa yang melakukan segalanya dengan tertib. Raja Keling diberitahu tentang kedatangan Martawangsa, yang baru kembali dari Pulau Jawa. Ia keluar dikelilingi oleh pembesar-pembesar. Kepada Martawangsa diucapkan selamat datang dan ia menceritakan hasil tugas perjalanannya. Dibacalah surat dari Raja Jenggala Manik. Orang merasa girang. Orang-orang Jawa yang baru datang dipanggilah oleh miluhur dan disambut dengan baik.
Pertemuan berakhir. Raja kembali ke keraton. Sejak datangnya orang Jawa di Keling. Setiap senen Miluhur mengadakan senenan seperti dijawa.orang Keling melihat permainan senenan Jawa itu (semacam turnoi) dengan gembira dan kagum.
Setelah enam bulan tinggal di negeri Keling, putera-putera raja ingin pulang ke Jawa. Mereka minta ijin ke raja dan diperkenankan pergi. Orang-orang bersiap-siap untuk perjalanan kembali ke pulau Jawa. Kapal-kapal diselesaikan, dimuat didalamnya barang dan makanan. Setelah selesai semuanya, Miluhur dan istrinya pamitan dengan raja dan permaisuri. Merekapun naik kapal dan berangkat menuju pulau Jawa.Raja dan permaisuri ditinggalkan berduka cita.
Sampai di pulau Jawa, kapal ditujukan ke pelabuhan Jungmara. Adipati kota itu sudah mempersiapkan penginapan dan sebagainya. Orangpun turun kedarat. Pertemuan antara pangeran dipati Jungmara, seorang cucu Sandanggarba, jadi masih keponakan jauh bagi Miluhur. Ketika ditanya, dipati yang bernama Setraprameja menjawab, selama kepergian para pangeran itu, ayahnya meninggal dunia, tapi setelah itu, atas sabda dhawuh raja Jenggala Manik, ia menggantikannya. Ia mempunyai saudara perempuan jelita, bernama Setrawulan, yang padaperjamuan makan bersama melayani para pangeran. Miluhur jatuh cinta kepadanya, tapi tidak menyatakannya. Para pengeran hanya tujuh hari tinggal di Jungmara. Kemudian orang berangkat lagi dengan joli dan naik kuda. Pangeran Singasari dan Lembu Mijaya menyongsong para pangeran itu di tengah jalan. Pertemuan yang hangat. Tiba di kaki gunung Semeru, Miluhur hendak mampir sebentar di tempat kediaman kedua Jati. Ditinggalkannya istrinya, dijaga oleh pangeran Singasari, di jalan besar, dan ia pergi tanpa pengiring mendaki gunung. Tapi kedua saudaranya ikut serta. Setelah sampai diatas mereka bertemu dengan kedua keramat itu. Setelah pertemuan yang mesra, Miluhur mengusulkan supaya mereka melakukan tapa di kota saja dan membantunya dalam urusan Negara.
Serat selanjutnya : Prasanta dan Jati Pitutur
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi kebudayaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar