Laman

Minggu, 05 September 2010

Serat Purwa Kanda : Punta dan Kertala


Punta dan Kertala
(08)

Panji menanyakan, mengapa mereka memanggil-manggil nama ayahnya. Keduanya memberikan penjelasan. Mereka berdamai dan pulang ke Jenggala Manik, dimana raja menunggu-nunggu pulang anak-anaknya. Sampai dihadapan raja, Punta dan Kertala dibawa menghadap sebagai seorang tawanan. Setelah melihat Punta dan Kertala, raja jatuh kasihan pada mereka. Setelah memberikan penjelasan, mereka diakuinya sebagai anaknya dan selanjutnya mereka harus setiap waktu membantu Panji. Punta mendapat daerah Cengkal-Sewu dengan mendapat gelar Andaga dan Kertaka mendapat daerah Malang dengan gelar Kalang. Mereka yang sudah berjuang mendapat anugerah dari raja. Kemudian pertemuan diakhiri.
Cerita dilanjutkannya. Raja Jenggala Manik hendak mengawinkan Panji dengan putri Raja Daha.
Bersama-sama dengan Brajadenta, yang harus kawin dengan putrid Sarag Bodhag dari Gegelang. Segala sesuatu dipersiapkan. Para bupati seluruh Jawa, mempersembahkan berbagai hadiah sebagai sumbagan untuk pesta-pesta.
Diceritakan tentang Kelana Tunjung-pura. Ia meminta izin kepada ayahnya, sang Brahmana, supaya boleh kawin dengan putrid Daha. Sang Brahmana melarangnya, katanya putrid itu sudah diniatkan untuk dikawinkan dengan Panji, sedangkan Panji adalah pahlawan yang tidak bisa ditakhlukkan dan penjelmaan seorang dewa. Tapi Kelana tidak mau melepaskan maksudnya. Karena kasihan kepada putranya, Sang Brahmana berjanji akan menculikkan Putri Kadiri. Ia melayang diudara dan sampai malam hari di Kadiri, tatkala orang sedaang mempersiapkan perkawinan. Apabila ia melihat tempat putrid, dipakaikannya jampe-jampe untuk menidurkan sang putri. Tatkala melihat tuan putri. Ia teringat kembali segala perbuatannya dahulu. Sebab ia adalah penjelmaan Watugunung, yang mencari Dewi Sri. Diangkatnya putri yang sedang tidur itu. Dimasukkannya ke dalam Cupu-manik dan dibawanya pulang ke Takanda, tempat kediamannya sendiridan bukan ke Pulo Kencana. Sebab ia ingin menahan putri itu untuk dirinya sendiri.
Setelah diketahui orang Sekar-taji hilang, seluruh Kadiri berduka cita. Semua petgas dikirim ke segala penjuruuntuk mencari sang putri. Pun dikirim berita ke Jenggala Manik tentang kehilangan tuan putri. Gunung-sari yang menyampaikan berita itu, sampai di Jenggala Manik. Kanjeng Sinuhun Raja terkejut mendengar berita dari Gunung-sari, ia meminta nasehat kakaknya. Kili. Kakaknya itu berkata bahwa, “Menurut perhitungan…. Sang putri diculik oleh seorang yang luar biasa kuasanya, tinggalnya jauh, sangat jauh dari Jawa, bahkan dipisahkan oleh laut dan gunung. Tidak ada orang dapat menemukannya kecuali Panji sendiri.” panji pun disuruh dating. Setelah mendengar jalan kejadian, Panji memutuskan akan mencari sang putri. Prasanta akan mengikutinya kemana-mana. Gunung-sari kini disuruh kembali ke Kadiri.
Panji sampai di tempat kediamannya sendir, ia minta nasehat Prasanta (di sini tiba-tiba ia disebut Ki Lurah Cakrajaya) mengenai usaha pencarian. Karena bingungnya, Panji jatuh pingsan. Saudara-saudaranya yang lain, yang juga hadir, mencoba menyadarkannyakembali. Onengan menangis karena terkejut. Sang raja yang mendengar kejadian itu, pun datang ke tempat kediaman Panji, bersama kakaknya Kili-suci. Ia menanyakan keadaan putranya, Prasanta menjawab : “ Ah, biasa saja, memang kalau dia sedih, dia jatuh pingsan”.
Tak lama kemudian Panji siuman kembali, tapi ia segera menghilang. Kepada Prasanta untuk segera mencari Panji. Prasanta pun menghilang pula seketika itu, menimbulkan keheranan sekalian yang hadir. Atas permintaan Prasanta sebelum ia gaih, orang di Jenggala Manik harus bersiap-siap untuk berperang, sebab perang besar akan terjadi. Nasehatnya itu dituruti orang.
Sang Brahmana yang membawa Sekar-taji, meletakkannya di tempat kediamannya sendiri. ia membelai-belainya, meskipun Sekartaji terus menolaknya. Tatkala ia hendak memperkosanya, Sekartaji melarikan diri. Dikejarnya. Sekartaji berusaha sembunyi di dalam sebuah hutan kecil.
Panji yang tidak kelihatan, sampai ditempat itu. Dicegahnya Brahmana itu mendekati sang putri. Sedang Prasanta mengangkat sang putrid dan memasukkannya ke dalam sebuah Cuput-manik. Saat ini Panji menampakkan diri, terjadi pertengkaran mulut, setelah itu perkelahian, sebentar di udara, sebentar di bumi. Akhirnya sang Bramana melarikan diri di angkasa. Prasanta harus “memutar”nya supaya kembali. Sadulumur berlucu-lucu berkenaan dengan pemutaran jenterapemintal, sebagaimana Brahmana itupun “diputar”. Brahmana itu bersumber di angkasa, tapi ia terkejut tatkala merasa bahwa ia makin lama maki dekat ditarik ke tempat Panji. Akhirnya ia ditangkap dan dipenggal kepalanya. Atas usul Prasanta, kepalanya itu disertai sepucuk surat, dilontarkan kepada putranya, Kelana, supaya ia dating ke Jenggala Manikuntuk membalas dendam dan dapat dibunuh disana.
Setelah kepala Brahmana dilontarkan ke Pulo-Kencana, Panji dan Prasanta pulang ke pulau Jawa, Prasanta mendapat tugas untuk membawa Sekartajikembali ke Kadiri, Panji sendiri meneruskan perjalanan ke Jenggala Manik.
Kelana Tunjung-pura, dikelilingi oleh para pembesarnya. Patih Lindu-prahara duduk didepannya. Dibicarakan tentang perjalanan Brahmana, yang belum juga kembali. Tiba-tiba kepala Brahmana itu jatuh didepannya. Sekalian orang terkejut. Kelana membawa kepala itu kepada ibunya, yangmenangis dengan sedihnya. Pun Bekang Mardeya menangisi ayahnya. Suratpun ditemukan dan dibaca. Isinya ialah tantangan Panji kepada Kelana. Tentara negeri Sabrang dipersiapkan. Mereka naikkapal dan menuju Jawa.
Setelah Panji sampai di Jenggala Manik, orang bersiap-siap untuk membawa mempelai itu ke Kadiri, sebagian orang Jenggala Manik menyongsong orang Jenggala Manil. Rakyat yang bertempur itu lalu menuju kota Kadiri, dengan bawaan yang menarik perhatian; gunungan,dan sebagainya. Menjelang matahari terbenam. Panji tiba di istana, disongsong oleh para istri raja.
Perkawinan dilangsungkan, orang bersuka-ria, Prasanta dan Sadulumur menjadi Badut. Apabila sudah jauh malam. Panji menuntun istrinya ke kamar mempelai. Mereka berkasih-kasihan. Esok paginya Panji menghadap raja bersama istrinya yang baru. Raja berbicara tentang perkawinan mereka. Setengah bulan kemudian kedua mempelai itu dibawa kembali ke Jenggala Manik. Pasangan mempelai yang lain, Brajananta dan putri Gegelang, pun datang di Jenggala Manik. Diadakan pesta besar.



Tamat.

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi kebudayaan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar