Laman

Minggu, 05 September 2010

Serat Purwa Kanda : Brahmana dari Sabrang


Brahmana dari Sabrang
(07)

Diceritakanlah tentang Kadiri. Raja kerajaan ini mendapatkan seorang anak perempuan yang manis, yang disebut Raden Galuh ia lahir dua bulan setelah Inu dan diniatkan akan dijadikan isteri Inu.
Kini diceritakanlah seorang Brahmana di tanah Sabrang. Ia tinggal di Alon (atau:Alonda?). Karena tapa, ia menjadi sangat sakti. Di tanah Sabrang tidak ada yang dapat menyamainya dan ia dihormati oleh orang banyak. Ia ingin sekali menjadi raja Jawa. Tapi dewa-dewa tidak member ijin untuk itu. Ia harus merasa puas dengan mengusai negeri-negeri Sabrang saja. Tapi ini tidak dirasanya cukup, ia hendak menjadi raja Jawa juga, karena itu menggunakan tipu daya. Ia mempunyai seorang anak gadis yang amat kecil dan buruk rupanya. Bersama anaknya itu ia melayang di udara dan memeriksa seluruh pulau Jawa. Sampai di Gegelang dilihatnya, bahwa permaisuri baru saja melahirkan seorang anak perempuan. Malam hari ditukarnya anaknya dengan anak raja Gegelang itu. Setibanya dirumah putri yang dicurinya itu disebutnya Ratna Be, diserahkannya kepada isterinya. Anak yang ditinggalkan di Gegelang diberi nama Ratna Sarag Bodhag oleh ayahnya. Lama kemudian permaisuri Gegelang mengandung lagi. Untuk sementara tidak diceritakan lagi tentang Gegelang.
Saat ini diceritakan tentang raja Jenggala Manik. Ia mendapat seorang putera lagi, yang disebut Lemmpungkaras. Bersamaan waktu dengannya dilahirkan banyak anak raja, tapi semuanya pria tidak seorangpun perempuan.
Saat ini raja Jenggala Manik hendak mengawinkan anaknya, Kanistren dengan Prasanta. Putri itu tidak mau tapi dipaksa oleh ayahandanya. Semuanya dipersiapkan untuk upacara perkawinan, pun raja-raja yang sudah hadir semua. Karena malu suaminya buruk, Kanistreen memandang ke udara. Maka dilihatnya dewa-dewa dan dewi-dewi yang menghadiri upacara itu. Ia pun terhibur hatinya. Namun wanita-wanita dalam keraton merasa sayang, bahwa Kanistren kawin dengan pria yang sedemikian buruknya.
Sampai di keraton orang berpesta.
Mempelai pria dan perempuan akan mencium kaki ke empat raja. Tapi mereka tidak mau dicium kakinya oleh Prasanta. Hanya mempelai perempuan yang diizinkan mereka melakukannya. Raja Jenggala Manik mengajarkan mempelai perempuan, kewajiban-kewajiban seorang wanita. Kemudian dia diserahkan kepada Prasanta. Prasanta berjanji akan mengurus istrinya baik-baik. Selama ia duduk di sampingnya, ia berlucu-lucu. Sadulumur berkata : “Si Dojok senanti (jawa:samengko) terlalu banyak untung, dapat bini putri terlalu baik, anaknya sang Katong, kaluk pagi duduk kursine, ngadep meja makan roti beskuwit, merteganya putih, minum kopi dan susu”.
Orang yang mendengarnya tertawa.
Dalam pendapa pesta diteruskan, setelah jauh malam, Prasantaa pergi ke kamarnya dengan istrinya, ia menjelma kembali kedalam tubuhnya yang indah. Mereka berkasih-kasihan. Kanistren tertanya, mengapa Prasanta memperlihatkan dirinya yang buruk di sepan umum. Prasanta menjawab, bahwa yang demikian itu dilakukannya dengan sengaja, karena ia kuatir orang akan mengetahui bahwa ia seorang dewa. Terutama karena ia bertugas untuk menjaga penjelmaan Wisnu.
Beberapa hari kemudian, tamu-tamu para raja kembali ke negerinya. Saat ini diceritakan lagi tentang Brahmana. Ia sama sekali tidak senang, kalau tidak menjadi raja Jawa. Istrinya saat ini mendapat seorang anak pria lagi, yang dibawanya pula melayang di udara, untuk menukarnya dengan seorang pangeran Jawa. Kebetulan raja Gegelang mendapat seorang anak pula dan seorang lelaki. Pada suatu malam anak itu diculik oleh Brahmana dan digantinya dengan anaknya sendiri. sampai dirumah anak raja yang diculiknya itu diberi nama Kelana Tunjungpura. Setelah beberapa lama anak itu menjadi besar. Yang tertua, yang perempuan bernama Bekang Werdeya. Kepada anak-anaknya itu sang Brahmana banyak mengajarkan ilmu dan kepandaian. Mereka menjadi masyhur d tanah Sabrang. Banyak raja-raja menyerahkan diri kepada anak muda itu, berkat kesaktiannya. Dalam pada itu, ia sudah diangkat menjadi seorang raja Pulo Kencana. Anak-anak perempuan keempat puluh raja takhlukannya, dijadikannya selir, tapi tidak seorangpun mereka itu sungguh-sungguh disenanginya. Ia ingin mencari istri yang lebih baik. Tentang dirinya untuk sementara tidak diceritakan lagi.
Saat ini dilanjutkan cerita tentang raja Jenggala Manik. Ia sudah mempunya 108 orang anak, yang sulung dan yang bungsu perempuan, semua putra raja bernama Panji, sedangkan perempuan yang bungsu namanya Ragilkuning.
Pun raja Kadiri sudah beranak, empat orang banyaknya. Yang sulung ialah putrid Sekar-Taji (Raden Galuh), yang kedua pangeran Gunungsari. Dua anak perempuan raja yang lain bernama Tamiaji dan Mindaka, masing-masing anak pada selir yang lain.
Raja Gegelang mempunyai tiga orang anak pada seorang istri yaitu Rana Sarag Bodhag dan Sinyanglaga, kedua anak ini adalah anak Brahmana. Yang ditukarkan, yang bungsu, anak perempuannya yang sesungguhnya bernama Kumuda. Raja Singasari mempunyai dua orang anak : Nawang-wulan, seorang perempuan dan Banyak-wulan seorang pria.
Anak-anak perempuan dari ketiga raja itu diniatkan akan dikawinkan dengan Panji Inu Kertapati, yang dianggap sebagai pengganti ayahnya, meskipun ia banyak mempunyai saudara pria. Tempat kediaman yang ditunjukkan  kepada Panji, ialah Kuripan. Dalam segala halia melebihi saudara-saudaranya. Ia menggubah lagu, memperbaiki dan menambah music gamelan. Pun ia memperhalus bahasa dan kesusasteraan. Tapi ia belum lagi kawin.
Saat ini diceritakan tentang selir Miluhur yang ketika mengandung sudah diasingkan. Ia melahirkan seorang anak pria, yang tubuhnya tegap dan yang atas kehendaka Kala, disebut Punta. Anak itu menanyakan kepada ibunya, siapa ayahnya “Lembu Miluhur”, yang kini menjadi raja” , jawab ibunya. Apabila anak itu menjatahkan keinginannya yang sangat untuk melihat ayahnya, ibunya menasehatinya supaya jangan langsung menemuinya, sebab ayahnya tidak akan segera mengakuinya sebagai anak. Anak itu harus mencari dulu seorang teman. Kalau sudah haruslah ia mencoba menarik orang-orang disekitar kota Jenggala Manik, hingga karenanya raja akan menanyakan tentang dirinya. Anak tu pamitan dengan ibunya untuk menuruti nasehatnya.
Juga selir yang berasal dari Wandan dan yang dulu dibuang itu, melahirkan seorang anak laki-laki. Anak itu diberni nama Kertala dan sama tegapnya dengan Punta, lagipula kulitnya hitam dan bulunya lebat. Ia pun ingin melihat ayahnya. Ia mendapat nasehat yang sama dari ibunya seperti Punta, ia pun berpamitan dengan ibunya seperti Punta. Dalam perjalanan, anak-anak itu bertemu. Karena keduanya sama berani, terjadilah pertengkaran antara keduanya yang berakhir dengan perkelahian. Kala dan Anantabogamemisahkannya dan mengatakan bahwa mereka bersaudara . setelah bermaaf-maafan kedua pemuda itu harus meneruskan perjalannya. Dan setelah sampai di dalam kota, mereka harus segera menggabungkan diri dengan In, salah seorang saudara mereka yang banyak. Setelah berkata demikian, dewa-dewa itumenghilang.
Kedua bersaudara itu hendak menakhlukkan Balambangan, Tengger dan Malang, sebelum meneruskan perjalanan ke Jenggala Manik. Demikianlah terjadi. Sampai di Jenggala Manik, raja mendapat laporan, bahwa seorang musuh yang kuat sedang dalam perjalanandari jurusan Timur. Semua negeri-negeri di Timur sudah menggabungkan diri dibawah pimpinan dua orang bersaudara untuk menyerang Jenggala Manik. Raja meminta nasehat saudaranya perempuan, ulamawati Kili-suci, yang mengusulkan semua anak raja keluar menyerang. Raja mengikuti nasehat itu. Semua putra raja, juga Panji, mengeluari musuh.
Keberangkatan tentara yang teratur.
Punta berunding dengan patihnya, Tambak-juda, di Lumajang. Pertempuran mulai. Apabila Punta dan Kertala sama-sama menghadapi Panji, keduanya tertangkap. Mereka tak dapat bergerak dan beriba-iba menyeru nama ayahnya, Miluhur. Apabila Panji mendengarnya ia terharu sekali.


Serat selanjutnya : Punta dari Kertala
Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi kebudayaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar