Jumat, 29 Juni 2018

Yoni Situs Plandi, Mertoyudan Magelang

Yoni Situs Plandi, Mertoyudan Magelang
              Jumat, 29 Juni 2018. Setelah dari Yoni Depan Kantor DPU Kota Magelang. 
Postingan Bapak Budi Susilo
      Destinasi setelah ini adalah situs yang menjadi alasan kuat saya silaturahmi dengan blusukers sekaligus pejuang literasi yang hebat (dolan blusukan tapi dapat ilmu yang sesuai pekerjaan....), maturnuwun Bapak Budi Susilo. founder TBM Omah Buku Mertoyudan, sekaligus blusuker alias pecinta situs dan watu candi.
Yoni Situs Plandi, Mertoyudan Magelang
       Karena jalan menuju lokasi lumayan berliku, mohon maaf saya tak sertakan petunjuk arah secara jelas.           Namun seingat saya, jalan menuju Candi Borobudur. Di salah satu gang, disisi kanan masuk, Sahabat hubungi saja beliau ya..... hehehehe...

      Yoni Situs  Plandi ini berada di pinggir persawahan, saat saya menuju kesini saya kira berada disebuah makam... entah kenapa saya melihatnya seperti itu...gumuk kecil dimana yoni ini berada memiliki wibawa tertentu. 
Yoni Situs Plandi, Mertoyudan Magelang
    Kondisinya sudah rusak, separuh Yoni, miring hilang, terpenggal. Saya tak dapat cerita bagaimana proses ditemukan oleh warga. Apakah sudah rusak atau malah sempat utuh. "Dari dulu ya seperti ini", cerita seorang bapak yang mendekat tertarik aktivitas kami.
Cerat Yoni Situs Plandi, Mertoyudan Magelang
       "Beberapa bulan lalu, saat saya kesini, cerat ini belum ada pula", tunjuk Bapak Budi Susilo.
     Kondisi nya memang sudah putus. Nampaknya barusaja disatukan, karena Yoni ini, menurut Pak Budi Susilo saat beliau sebelum lebaran ke sini (2-3 bulan lalu) belum ada ceratnya. 
    Nampaknya hasil temuan dari bekas galian di persis depan Yoni ini.
penyengga cerat
    Yang paling menarik tentusaja makhluk mitologi yang berada tepat dibawah cerat Yoni. 
       Yang berfungsi sebagai penyangga cerat. Makhluk bersayap, berkaki manusia berkepala burung..... Untuk fungsi dan sejarahnya cari sendiri ya..... (asyik lo jika sudah tahu...hehehehe)
      Dibawahnya ada juga hewan Kura-kura yang melambangkan dunia bawah. 
   Detailnya relief, menandakan pentingnya Yoni ini pada masa silam. Bisa jadi menjadi penting kedudukan sebagai pusat ibadah (misal) pejabat kerajaan atau daerah kadipaten atau malah kerajaan kecil. 
Cerat Yoni
      Yang pasti ada sebuah peradaban yang lumayan ramai yang mengelilingi Yoni ini.
   Diberbagai sumber di internet yang saya baca, fungsi cerat secara umum sebagai tempat mengalirnya air pawitra (air suci) yang dipakai saat ritual tertentu. 
      Ada yang menyebut air suci, kadang mentega dan susu yang dituang diatas Lingga (posisi Lingga diatas Yoni). 


    Cerita mitosm legenda yang berkembang di masyarakat, saya masih nunggu Bapak Budi Susilo untuk menceritakan kembali kepada saya.... Saya yakin pasti menarik, karena masing masing menjadi sebuah kearifan lokal...
       Lubang dimana Yoni seharusnya berada, 
Lubang Linga
        Setelah merasa cukup, kemudian saya berlanjut, bermaksud ngangsu kawruh tentang dunia Literasi di TBM Oemah Buku yang beliau kelola.... 
    Yang saya sesali, saya belum bisa membuat video amatir..., nampaknya baru shock karena ditinggal partner....--- tapi memang blusukan harus terus berjalan. Semoga berjalannya waktu saya mendapatkan alat yang mempermudah saya...--- go pro!
Bapak Budi Susilo dan sasadaramk di Situs Plandi, Mertoyudan
     Salam Pecinta Situs dan Watu candi

#hobiku blusukan

Mampir di Yoni Situs Tiban, Desa Bumirejo Mungkid, Magelang

Yoni Situs Tiban, Desa Bumirejo Mungkid, Magelang
         Jumat, 29 Juni 2018. Kali ini destinasi yang memang terakhir, dan kebetulan satu jalur menuju rumah Bapak Budi Susilo, Jujur saja ada perasaan sungkan karena beliau sudah capek, muter-muter mengantar saya ke 5 lokasi. Tapi saya nurut lha dipaksa kok.... hehehehe...
     Dari Yoni yang berada didepan Kantor DPU Kota Magelang kemudian saya masih mengikuti laju motor Bapak Budi Susilo. Hanya sekitar 5 menit kemudian, melalui jalan perkampungan sampailah kami. 
     Kondisi Yoni sudah tanpa Lingga. Terbelah sempurna, entah karena apa. 
Yoni Situs Tiban, Desa Bumirejo Mungkid, Magelang
Lubang Lingga, di Penampang Atas yoni, 
Yoni Situs Tiban
       Yoni berada di halaman rumah Bapak Rochim, yang kebetulan ditunjuk sebagai Jupel oleh BCB Jateng.
     Sayangnya, saat saya kesini udara sungguh tak bersahabat, karena rupanya ada kandang sapi tak jauh dari Yoni ini. Empunya rumahpun tak nampak alias kosong. 
Cerat Yoni Tiban
    Padahal saya ingin sekali bertanya cerita, ikhwal Yoni ini. Apalagi secara resmi beliau jupel pula. Apa boleh buat belum berjodoh.
      Yoni nampak sederhana (bila membandingkan dengan beberapa Yoni sebelumnya yang telah saya telusuri di edisi dolan Magelang kali ini), tanpa ada penyangga cerat. 
      Di salah satu tubuh yoni ada jejak vandalism, sayang sekali tangan tak beranggungjawab ini telah mengotori karya agung pendahulu ini. 
    Entah dipikiranya apa? Walaupun yang tertulis memang angka jaman kompeni masih berkuasa. 











Vandalisme yang dialami Yoni Tiban, 

    Setelah merasa cukup, saya kemudian memohon untuk dapat mampir di TBM Omah Buku yang beliau kelola. 
      Sebelumnya mampir di rumah beliau, yang ternyata mendapatkan ‘warisan’, struktur batu candi saat membeli rumah. 
rejeni nomplok Pak budi Susilo
       Juga ada batu bulat unik, dekat rumah beliau yang konon katanya adalah alat untuk menggiling biji-bijian. Alat yang begitu penting pada masa itu dan masih ada sampai hari ini. 
alat pertanian
    Walaupun tak ada yang peduli. 
    Setelah itu kami berada di TBM Omah Buku (ternyata dekat di jalan raya Semarang-Jogja!) inilah. Saya belajar banyak dari mental pejuang yang dimiliki bapak Budi Susilo…. Salut pak!!



      Bapak Budi Susilo di TBM Omah Buku, 
Budi Susilo Founding of TBM Omah Buku : 
           Salam Pecinta Situs dan Watu Candi 
Mampir di Yoni Situs Tiban, Desa Bumirejo Mungkid, Magelang
       Nb: Dolan Magelang edisi kali ini dalam satu rangkaian penelurusan : silahkan klik link berikut ini…. 

6. Yoni situs Tiban Bumirejo 

#hobiku blusukan

Jumat, 22 Juni 2018

Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen

Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban Bawen
       Jumat, 22 Juni 2018. Seperti yang sudah - sudah ditahun yang lalu. Setiap lebaran pasti selalu ada saja cerita penelusuran situs. Namun sayang, kali ini tak ada kesempatan yang kudapat, walau sebenarnya memungkinkan. 
       Beberapakali usaha sudah kulakukan, menghubungi rekan saat mudik ke daerah Demak, kemudian silaturahmi ke beberapa tetua komunitas : Nasib saya kurang mujur, saat silaturahmi tak ada yang dirumah --- salam Pak Mustain M. dan Pak Nanang K. -- tapi untung saja beliau tak ada, kalau dirumah pasti akan kupaksa untuk guide blusukan syawalan... heheh--- namun tentu saja cerita di naskah ini menjadi berbeda.
       Kemudian baru hari ini, titik darah penghabisan saya kembali bangkit, setelah seorang sahabat senior di facebook yang memberi semangat "Ditunggu lho kisah mbolangnya", Matursembahnuwun Bapak Agus Darjanto, tanpa njenengan sangka, sebenarnya telah menyulut api semangat blusukan... hehehe.. salam paseduluran nggeh.
  Menghubungi rekan yang masih 'berkenan' untuk ku ajak blusukan... eh gak ada yang bisa. Untung saja cahaya harapan datang dari rekan .... "Ada destinasi yang cukup dekat dan bisa penelusuran single!", urainya. (maturnuwun Mas Eka Budi). Saat mempersiapkan mental, eh setelah Jumatan, saat prepare diampiri Mas Eka WP yang ternyata juga geleng kepala. Tapi motivasinya lumayan jadi tambahan amunisi, "Gampang kok pinggir jalan, petunjuknya, cari masjid, maju terus, Lapangan Voli kemudian makam ada dibelakangnya". 
        Jadilah meluncur sendirian menuju lokasi, Bukan berarti kembali blusukan solo (alias single) cukup menyenangkan, namun "Blusukan harus tetap berlangsung", menjadikan laju ku yakinkan. 
Semar Sang Pamomong : Karangjoho Samban, bawen
   Berangkat dari Ungaran jam 1 siang, meluncur arah Solo, sampai di dekat Rumah Sakit Ken Saras ambil kanan, menyeberang ke arah desa Samban. Ikuti Jalan menuju Dusun Karangjoho (akan ada papan petunjuk arah). Sampai kemudian sahabat akan ketemu dengan patung Semar sang Pamomong yang menunjuk ke arah Gunung kendalisodo. Namun maaf saya tak akan menceritakan detail legenda, mitos seputar area ini.
        Dari Sumber yang saya baca di Blog Mas Eka Budi ---: Karang Joho sendiri berasal dari nama tokoh yang mbabat alas (mendirikan dusun ini), yaitu Kyai Karang dan Nyai Semi. Konon dulu ada pohon Joho disini sehingga lambat laun daerah ini dikenal dengan nama Karang joho. (Makam beliau ada di komplek makam yang kita datangi ini)
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen
       Tepat berada dibelakang lapangan Bolavoli, Watu Lumpang berada di pojokan makam di lereng jurang. Nampaknya bagian sisi bawah jurang terdapat sendang/sungai. (Saat saya disini banyak anak-anak riang bermain air)
      Saya hanya menduga ini adalah watu Lumpang, untuk memudahkan saja menyebutnya. Walau memang untuk fungsi belum secara jelas saya ketahui. 
       Beberapa sumber yang saya baca watu lumpang digunakan sebagai salah satu media (sarana) penetapan tanah sima, ada lagi sebagai sarana untuk persembahan kepada Dewi Sri. 
       Untuk fungsi sederhana sebagai alat penumbuk bahan makanan saya kesampingkan karena saya meyakini watu lumpang ini dulunya sangat sakral.
     Kondisi Watu lumpang sudah tak utuh lagi, dimana grompal di semua sisi, bahkan disalah satu sisi sudah memakan hampir 25%. 
        Saya menduga dulunya Watu Lumpang ini berbentuk hampir bulat utuh. 
      Lubang Watu Lumpang, 
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen
Cukup besar, dengan simestris... presisi khas buatan ahli di masa lalu.

      Video Amatir (nunggu proses edit dana upload ya...tapi maaf karena partner sudah pensiun jadi benar2 amatir--belum punya sarana yang lengkap)

Sampai ketemu di Penelusuran Berikutnya
Watu Lumpang Situs Karangjoho Desa Samban, Bawen

Salam Pecinta Situs dan Watu Candi

Kamis, 24 Mei 2018

Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi


Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Kamis, 24 Mei 2018. Tujuan terakhir dari ‘Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan’ di Klero. Yang pertama Sendang Klero, kemudian Situs Makam Kuno di Dusun Poncol Klero, dan yang terakhir ya yang sahabat baca ini. Dari Poncol, kami keluar menuju jalan raya, melewati Candi Klero. Keluar gerbang ambil kiri arah Solo. Setelah Jembatan kembar (tapi tak serupa), langsung ambil kiri. Ingat tepat setelah jembatan.
Diakhirnya nanti…. Sebenarnya ada jalan langsung lokasi tepatnya sebelum Puskesmas Tengaran (yen ra puasa mampir puskesmas iso njaluk traktir …. Apa kabar kawan yang kerja di Puskesmas Tengaran? Hehehhehe. Sori no name. rahasia! Wakakakka), Mas Eka Budi berujar, “Kalau lewat jalan cor itu tak akan tahu sensasi lain…“, maksudnya watu candi yang bertebaran di rumah penduduk, depan, samping dan belakang rumahnya.
Kami titip parkir motor di samping warung dekat cucian mobil. Kemudian berjalan kaki menuju sendang melewati jalan sempit sela rumah warga.
Sampailah,
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Sendang masih digunakan oleh warga untuk aktivitas.
Tempat Jemuran?
Banyak batu besar berbentuk kotak, beberapa ada pola.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Riyen kathah sanget mas, tapi akeh sing di colong, kependem juga” seorang warga yang sedang mencuci pakaian bercerita dengan logat medhoknya, sengaja tak saya translate.
Petirtaan Situs Kalitanggi Klero Tengaran : Sendang Kalitanggi
Beningnya Sendang Tanggi ini menggoda kami untuk menceburkan diri…namun sayang seribu sayang. Diatas sendang ini ada kandang hewan…. 
jalan Cor-coran sebelah puskesmas Klero menuju Kalitanggi
 Posisinya diatas, dibelakang rumah warga (posisi sendang memang dibelakang rumah tersebut) “Tau dong bagaimana baunya… dan mungkin kalian juga berpikiran sama dengan ku… “Bagaimana resapan kotoran itu? Apakah tidak pengaruhi air ini?”…. Achhh!!
Saya tak mampu berkomentar banyak… hanya satu kata : Eman! Satu lagi potensi ini terlupakan! Ide sederhana,  kenapa Desa Klero tak dijadikan desa Wisata? Kemudian asset situs di rekontruksi ulang menjadi sebuah kawasan wisata sejarah? Begitu susah ya? Candi Klero, 4 situs, Khas Buah Waloh, kerajinan, sungai besar yang masih bening. Alam yang sejuk…. Pokoknya banyak potensinya!
Keberadaan beberapa situs disekitar candi Klero menguatkan dugaan saya selain mestinya terkait, area ini mungkin dulunya sudah berkembang sebuah pusat (entitas kerajaan vassal) peradaban. 
Saya juga menduga (bahkan yakin!), bahwa petirtaan megah pernah ada disini. Kenapa bisa saya pribadi menduga seperti itu…. Yang paling utama; Beberapa tahun lalu, saya mendapatkan cerita dari pamong budaya kenalan saya, di Sendang ini dulunya ditemukan arca. Sudah pula Kab.Smg 1 menengoknya. Tapi atas dasar kesepakatan bersama arca tersebut dipendam lagi. Dengan pertimbangan keamanan. 
Dari bocoran yang saya terima, arca dengan tangan 4 dan dibawahnya ada sapi. Sudah jelas itu siapa. Semoga tetap aman disana!
Yang kedua, struktur batu kotak berukuran sangat besar, keberadaan makara, kemuncak mejadi bukti. “Makara yang ikonik sudah diselamatkan ke BCB”, jelas Mas Eka Budi. Kemuncak yang terbengkalai di sudut kebun, 

Yang ketiga ; kemudian seperti yang dijanjikan mas Eka, kami juga di tunjukkan beberapa struktur batu candi.  Sambil kami mengakhiri blusukan kali ini, kami pulang dengan sedikit jalan yang berbeda, masih melewati jalan depan rumah warga.
Ini berturut turut sensasi yang dijanjikan :
 

Kemisan kali ini, membuktikan bahwa meskipun puasa, tetap blusukan tak menjadikan puasa kami batal. Tentunya rekomendasi blusukan ke petirtaan saja… wkwkwkwk, iya pora mas Dhany? 
Dhany Putra 
Matursembahnuwun mas Eka Budi waktu istirahatnya terganggu (beliau sebenarnya malam sebelumnya kerja masuk malam).Foto Mas Eka Budi nunggu kiriman...
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Sampai ketemu lagi di Kemisan seru yang akan datang #gantiduet jadi lupa tak membuat video amatir.
 #hobiku blusukan

Situs Poncol Klero Tengaran


Situs Poncol Klero Tengaran
Kamis, 24 Mei 2018. Lanjutan dari Blusukan Kemisan, edisi Puasa tetap seru blusukan di Klero. Keluar Sendang Klero, awalnya langsung seperti rencana. Tapi mas Dhany ngeyel (dengaren iso ngece, “Durasimu kok cepetmen?!”), ya sudah, semoga ngeyelnya bermanfaat! Akhirnya saya ikuti. Sesampainya di jalan dekat candi Klero kami ambil kiri, kalau sebaliknya kearah jalan utama. Hanya sekitar setengah km saja, sampailah kami di dusun Poncol. Kami bertanya sebanyak 2 kali kepada warga tentang dimana keberadaan Sendang Pawon. Nama ini cukup memantik rasa semangat kami untuk menelusuri, bagaimana tidak? Di lokasi yang berbeda dengan nama berunsur ‘pawon’,  ada situsnya : sebut saja Kalipawon Ambarawa, Karangpawon Candirejo Tuntang, dan Watu pawon Kawengen Ungaran juga tentu ingat Candi Pawon.
Saat kami masuk gerbang Dusun Poncol terus terang ada wangi bunga khas, namun saya pribadi belum ngeh. (tetap baca ya). 100m setelah itu, kami parkir di masjid Dusun Poncol, seperti saran warga yang kami temui. Kemudian kami berjalan menuju Sendang Pawon (Sendang diarah depan masjid, seberang jalan). Melewati ratusan anak tangga yang menurun curam (--terbayang tantangan kami nanti, waktu kembali, semoga sepadan!).
Kemudian sampailah….
Sedndang Watu Pawon Poncol
Disambut ular sawah yang sedang ninis (saat akan saya foto mumpet malu mungkin). Kami celingukan, mengedarkan pandangan barangkali watu purbakala yang kami maksud disekitar sendang. Beberapawaktu kemudian kami pastikan hanya nama saja, kecuali batu unik yang tak bisa kami duga-duga ini apa:
Sendang Watu Pawon Poncol Klero Tengaran
Modus Mas Dhany kembali terulang, akhirnya saya ikuti pula….. wkwkkwkw
Beberapa waktu kami cari, akhirnya kami putuskan yntuk menyudahi. Kami kemudian dengan gontai meniti tanjakan tangga yang menurut kami semakin bertambah jumlah anak tangganya. Beruntung Mas Eka WP tak turut serta, bisa-bisa kumur ‘Degan Hijau’ beliau. Kami kemudian berniat lanjut menuju destinasi terakhir.
Kami kemudian kembali, niat kami langsung menuju sendang berikutnya. Saat lewat di gerbang tadi saya sempat terlintas dalam pikiran “apa ini ya, kok harum sekali??!”, tepat saat saya selesai berpikiran seperti itu. Mas Eka Budi menepuk pundak dan “Stop!”, teriaknya. Saya bingung sejadi-jadinya, kemudian dia balik badan dan berlari. Saya putar balik motor untuk nututi, ternyata…
Di sebuah lokasi (di pinggir jalan) berpagar batako keliling ternyata ada makam kuno. Hanya 1 makam. Makam tersebut memakai watu candi untuk nisannya! Rejeki memang tak akan kemana!
Selain watu candi tersebut yang membetot perhatian kami, keberadaan kayu tua yang sudah mati dan tumbuh disampingnya satu pohon kamboja. Nampaknya bunga kamboja inilah yang tadi saya hirup wanginya, padahal cuma satu pohon saja. Ach..!! saya tak tanggap ternyata. Untung ada Mas Eka Budi yang jeli.
Segera kami mengeksplor.
makam keramat Situs Poncol Klero Tengaran
Watu candi terlihat jelas polanya,
makam keramat Situs Poncol Klero Tengaran
Disekeliling lantai area makam ini sudah dipaving, sehingga kami tak tahu lagi watu candi lain yang mungkin saja digunakan untuk lantai. Berbagai kemungkinan bisa saja ; entah watu candi ini awalnya bagian strukur Candi Klero yang dibawa kesini untuk dijadikan makam. Atau malah diarea ini dulunya ada pula bangunan suci masa lalu? Dugaan berseliweran di pikiran kami.
Makam Mbah Poncol, Situs Poncol Klero Tengaran
Seorang ibu yang rumahnya tepat disamping makam ini, saat kami tanyai hanya bilang, “Makam Keramat mas, sing mbabat alas alias pendiri dusun poncol ini, warga menyebutnya Kyai Poncol”, urai ibu tersebut. Cerita ya hanya terbatas itu. Karena beliau juga menambahkan bukan asli warga Poncol. Semoga suatu saat ada yang melengkapi cerita ini (berkenan meninggalkan komentar). Agar cerita tetap terjalin sampai nanti.
Karena waktu sudah menunjukkan jam 11, kami kemudian segera untuk menuju destinasi terakhir.
Crew Kemisan kali ini, Saya, Eka Budi dan Dhany Putra…,
Salam Pecinta Situs dan Watu Candi
Lanjut menuju Sendang "Kali Tanggi" masih di Klero Tengaran. #hobiku blusukan