Selasa, 20 September 2011

Serat Pulo Kencana : Kota Singasari


Kota Singasari
(08)

Tidak lama kemudian ia pun pulang ke perkampungannya, Singasari sambil membawa isterinya Puteri Pregi Wangsa. Dia sendiri bernama Parta Kusuma. Saat ini Jati-pitutur dengan jalan sihir menciptakan empat orang patih : Kudana Warsa menjadi patih Jenggala Manik, Jayabadra patih di Kadiri, Jaya Singa patih Urawan dan Jaya Kacemba patih Singasari.
Kili-suci tetap tidak kawin. Tempat kediamannya yaitu di hutan Kapucangan. Keempat raja mengingini pendewati itu supaya tinggal bersma mereka. Jati-pitutur dengan jalan sihir menciptakannya pula menjadi empat dan kini tiap raja mendapatkannya untuk tinggal bersamanya.
Saat ini semua sudah beres, Jati-pitutur dan Pitutur-jati pamitan dengan raja Jenggala Manik. Mereka meramalkan kepada raja, bahwa kanjeng sinuhun akan mendapatkan seorang putera yang berani dan cakap, puteranya itu akan dijaga oleh orang-orang yang keluar dari batu.setelah berkata demikian Jati-pitur dan saudaranya menghilang untuk kembali ke tempat dewa-dewa.
Raja Jenggala Manik sakit raja Singa, penyakit itu baru akan sembuh kalau kanjeng sinuhun akan meniduri seorang perempuan Papua. Permaisuri teringat bahwa ia akan mendapat seorang, yaitu aank seorang raja dari Wandan-kuning dan sebagai seorang tawanan, ia sudah lama hidup tersia-sia.ia tinggal di dapur dan tidak mempunyai pakaian, kecuali yang lekat di badannya. Setelah mandi dan mendapatkan pakaian yang baru, ia pun ditiduri oleh sang raja. Penyakit raja segera sembuh. Tapi seorang perempuan Papua itu mengandung dan melahirkan seorang anak pria yang disebut Brajadenta juga Panji Tohpati atau Prakosa. Jadi ia kini adalah putera raja yang tertua. Setelah itu sang raja masih banyak lagi mendapatkan anak dari selirnya, tapi tidak seorang pun anak perempuan. Tapi ia jatuh sakit lagi, sekali ini penyakitnya itu hanya akan sembuh dengan meniduri seorang perempuan Bali, perempuan itupun mengandung pula. Karena marahnya raja memerintahkan supaya budak itu ditanam hidup-hidup, ia tidak sampai hati menyuruh bunuh dengan keris. Tapi budak perempuan itu tetap hidup di dalam tanah dan melahirkan seorang anak pria yang badannya dituksr oleh para dewa dengan bahan yang kuat.
Sambil membawa ibunya di telapak tanganya, ia keluar dari dalam tanah dan pergi kepada raja, ia diterima oleh raja sebagai puteranya dan disebut Raden Pamade. Putera-putera raja dsebutkan satu persatu.
Saat ini diceritakan tentang dua onang bersaudara, seorang pria, seorang lagi perempuan. Keduanya dikasihi oleh para dewa. Yang perempuan bernama dewi Sri dan yang pria Sedana. Mereka sebenarnya adalah Cri dan Wisnu. Mereka mengembara di dalam hutan, tidak tahu akan pergi kemana. Yang pria jatuh cinta kepada saudaranya. Saudaranya pun berjanji pula seperti itu. Tapi karena  mereka bersaudara, yang perempuan menolak dengan tegas keinginan saudaranya pria dan berjanji baru akan menuruti kemauannya, kalau mereka keduanya sudah dilahirkan kembali untuk kedua kalinya. Yang pria menerima syarat itu dengan senang hati dan menikam dirinya. Mayatnya jatuh cerai berai dalam jurang. Dewi Sri tinggal seorang diri dan ia menangis. Air matanya berobah menjadi seorang perempuan yang jelita, yang beriidri di depannya. Perempuan itu diambil saudara oleh Sri dan diberi nama Unon. Atas permintaan Sri, ia dikemudian hari harus menjelma sebagai Puteri Urawan. Kini keduanya tinggal pada seorang janda miskin bernama Sambega. Sejak kedatangan Sri dan Unon di kediamannya, janda itu menjadi amat kaya.
Kemudian diceritakan tentang Puteri Keling (Isteri pertama Raja Jenggala Manik). Hingga kini ia tidak mempunyai anak, karena itu ia amat berduka cita. Raja menghiburnya, dan tidak lama kemudian mulai Nampak tanda-tanda ia mengandung.
Sedana masuk dalam dirinya. Ia melahirkan seorang putera, yang disebut Panji (Raden Putra, Gagak-pranala, Kudarawisperga) atau Marabangun.
Di sebelah barat Alun-alun ada sebuah batu rata yang besar yang amat keramat tapi juga amat berbahaya. Barangsiapa menyentuhnya mati. Panji mempunyai seorang ibu susu bernama Madu-keliku, tapi ia tidakmau menyusu padanya. Untuk makannya ia hanya menghisap ibu jarinya, karena marahnya, Madu-keliku tatkala tidak ada orang lain, melemparkan anak itu keatas batu tersebut, batu itu terbelah dua, sedang anak itu tidak apa-apa.


Serat selanjutnya : Jati-pitutur dan Pitutur-jati

Diketik ulang oleh sasadaramk.blogspot.com untuk membagi kebudayaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar